“Iya, ini udah selesai.” Vio langsung keluar dari kamarnya . Mereka langsung ke garasi mengambil motor dan mobil masing-masing dan keluar dari gerbang mansion besar itu dan membelah jalanan Jakarta yang luas itu.
*****
Rumah Justin.
Justin sedang mengutak-atik laptopnya mengurus pekerjaan dari perusahaan bisnis ayahnya.
Justin memang sejak SMP sudah diwajibkan oleh ayahnya mempelajari bisnis agar bisa mengurus perusahaan ayahnya nantinya.
Saat sedang serius mengurus pekerjaannya, tiba-tiba kedua teman Justin yang tidak lain dan tidak bukan adalah Kean dan Theon langsung menyelonong masuk ke kamar Justin tanpa mengetuk pintu lebih dulu. Mereka terlihat sangat tergesa-gesa.
“Lo berdua seharusnya punya sopan-santun,” sindir Justin
“Ck, lo kaya ama siapa aja. Kita ini sahabat lo kali,” protes Theon.
“Jezz, lo tau nggak kalau bakal ada balapan sentar malam dan Irent ikut berpartisipasi dalam balapan itu.”
Kean memberitahu Justin perihal keterlibatan Irent dalam balapan kali ini dan inilah yang menjadi tujuan utama mereka kemari.
Justin mendengar penjelasan Kean dan Theon. Mendengar nama Irent disebut, Justin langsung menghentikan pekerjaannya dan beralih menatap kedua sahabatnya itu.
“Kapan balapannya dimulai?” tanya Justin
“Kita tau lo pasti bakalan ikut. Jadi, kita udah daftarin. Balapannya bakalan dimulai saat jam sepuluh malam ini di tempat biasa,” jawab Kean.
“Good.” Justin langsung kembali fokus ke laptopnya agar pekerjaannya bisa selesai sebelum jam sepuluh malam.
Kedua sahabatnya itu langsung melempar tubuh mereka ke ranjang empuk milik Justin. Justin hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah mereka berdua dan melanjutkan pekerjaannya.
Justin berhasil menyelesaikan pekerjaannya sebelum pukul sepuluh malam. Sekarang, pukul sembilan lewat sedikit.
Justin langsung masuk ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Saat Justin menyelesaikan pekerjaannya, Irent juga sudah selesai dengan latihannya dan langsung menghampiri Vio.
Vio memberikan kakaknya air dan mereka duduk bersama menikmati pemandangan malam.
*****
Semuanya selesai tepat setengah sepuluh malam. Justin dan kawan-kawannya, serta Vio dan Irent bergegas menuju tempat balapan. Vio dan Irent tiba lebih dulu karena tempat balapan itu dekat dengan tempat latihan Irent.
“Lo nunggu siapa?” tanya Irent pada Vio.
“Ha? Nggak nunggu siapa-siapa,” jawab Vio
“Aku cuman mau liat lo balapan secara langsung aja. Karena, kan nggak pernah ngeliat langsung kamu balapan,” jelas Vio.
“Percaya aja deh gue,” sahut Irent.
“Ya kan emang gitu kenyataannya.”
“Ya udah, gue mau absen dulu. Lo nunggu sini aja.” Irent langsung pergi untuk mengabsen.
Saat Irent pergi mengabsen, Justin dan teman-temannya tiba di tempat balapan itu. Vio mengenali mereka dan langsung berniat menyapa mereka.
“Halo Kak Justin, Kak Kean dan Kak Theon,” sapa Vio kepada ketiga orang itu.
“Vio? Lo ikut balapan juga?” tanya Theon kaget.
“Nggak, aku cuman nemenin Irent balapan. Bosan aja kalo di rumah terus,” jelas Vio
“Jadi Irent sekarang dimana?” tanya Justin tiba-tiba.
“Oh, Irent lagi ngabsen tadi katanya,” jawab Vio.
Tanpa berkata apa, pun Justin langsung pergi menuju tempat absen untuk mengabsen juga dan yang pasti menyusul Irent.
“Kalian enggak ikut ngabsen bareng kak Justin? Kalian kan ikut balapan juga?” tanya Vio kepada kedua sahabat Justin.
“Kami nitip absen aja ke Jezz, kasian kan kamu ditinggal sendirian di sini,” jawab Theon.
“Ohh, ya udah.”
Justin tiba di tempat absen. Di sana, berdiri gadis cantik yang sudah tidak ditemuinya selama dua minggu.
Sekarang, Justin sudah berada tepat di samping Irent. Dia ingin mengobrol bersama Irent. Tapi, dia bingung harus membicarakan apa.
Akhirnya, Justin hanya menatap gadis cantik itu.
Irent yang merasa di tatap langsung berbalik.
Ternyata, Justin tepat berada disampingnya dan sedang menatapnya. Tatapan mereka saling bertemu hingga beberapa saat.
“Kenapa? Ada yang salah ama penampilan gue?” tanya Irent
“Ha?” Justin kaget dan bingung dengan pertanyaan Irent.
“Dari tadi kayaknya lo natap gue. Emang ada apa?” tanya Irent lagi.
“Ohh, soal yang itu. Gue mau bilang gue kagum banget ama kemampuan balap lo. Luar biasa lo berani ngambil resiko nyalain turbo di tikungan tajam,” jelas justin.
“Gue ngerasa tersanjung dipuji ama King Of Arena. Balapan lo juga keren,” ucap Irent dengan senyuman manisnya.
Irent memang paling senang dipuji soal kemampuan balapnya.
Justin terpaku sejenak melihat senyuman manis dari gadis itu.
“Gue juga merasa tersanjung dipuji ama Iblis Pembalap Cantik Rakitan Anak Mencar,” ujar Justin.
“Lo tau?” tanya Irent tidak menyangka.
“Of course.”
“Gue duluan ya. Soalnya, kasian Vio nanti nunggu lama,” pamit Irent
“Kita bareng aja, gue juga udah selesai ngabsen,” ujar Justin
“Oh, okey.”
Mereka berdua pun berjalan bersama menuju tempat Vio berada. Irent, Justin, Kean dan Theon langsung mengambil motor mereka dan bersiap untuk balapan.
Sedangkan, Vio berada di jejeran para penonton yang juga ingin melihat pertandingan kali ini.
“Ready. Tri, two, one, go!” Bendera dijatuhkan pertanda balapan dimulai.
Tidak seperti pertandingan sebelumnya. Kali ini, Justin dan Irent langsung menunjukkan kecepatan mereka dan meninggalkan pembalap lain jauh dibelakang.
Kali ini Irent jauh lebih unggul daripada Justin. Jika, pertandingan sebelumya Irent dan Justin saling mengejar. Maka, pertandingan kali ini Irent selalu memimpin walau dengan jarak yang tipis.
Justin juga yang tidak mau kalah, menyalakan turbo nya dan langsung mengambil jalan pintas dengan melewati bagian rerumputan dengan kecepatan yang luar biasa.
Irent yang melihat itu juga langsung menyalakan turbo nya tepat di tikungan dan melompat kan motonya di pembatas pagar Arena yang tebalnya hanya dua jengkal.
Pagar itu lurus sampai ke garis finish. Irent masih menggunakan turbo walau sudah berada tepat di atas pagar pembatas.
Semua penonton bersorak-sorai melihat antraksi mereka mencari jalur terbaik untuk mencapai garis finish lebih dulu.
Vio yang menonton itu khawatir, takur-takut terjadi sesuatu pada mereka berdua. Mereka tetap di jalur mereka masing-masing dan saat sekitar lima ratus meter pertandingan itu selesai, mereka kembali ke jalur yang seharusnya dan di situ mereka kembali kejar-kejaran.
Saat di garis finish, mereka melewatinya tanpa ada jarak sama sekali. Semua penonton bertepuk tangan dengan sangat meriah.
Pembalap lainnya termasuk Kean dan Theon hanya bisa geleng-geleng kepala melihat persaingan mereka berdua.
Ini seperti hanya mereka berdua saja yang balapan.
Saat tiba di garis finish, mereka berdua membuka helmnya. Mereka mengambil nafas dengan tergesa-gesa dan tersenyum satu sama lain.
Ini pertandingan yang cukup luar biasa. Mereka saling tos.
“Itu tadi pertandingan yang luar biasa,” kata Irent takjub.
“Baru kali ini gue balapan dengan usaha yang sangat keras,” ungkap Justin.
“Kalau gue, kedua kalinya gue harus usaha sekeras ini,” ungkap Irent.
“Siapa yang pertama?” Tanya Justin penasaran.
“Itu ...”
Saat Irent ingin menjelaskan, tiba-tiba ketiga orang yang bersama mereka tadi yaitu Kean, Theon dan Vio menghampiri mereka.
“Rent, tadi kamu keren banget. Aku nggak nyangka ternyata kemampuan balap kamu sehebat ini. Walau, pun aku sempat khawatir sih tadi ngeliat kalian berdua ngelakuin itu.” Vio langsung memberi pelukan bangga pada kakaknya itu.
“Tapi, emang tadi kalian itu gila banget. Kata gue mah terlalu nekad,” ujar Theon membenarkan pernyataan Vio.
“Gitu deh jadinya kalau dua-duanya ambisius. Nggak ada yang mau kalah,” kata Kean menimpali percakapan mereka.
“Btw Rent, sekarang udah mau tengah malam. Jadi, kita harus pulang sebelum ayah marah,” ucap Vio memberitahu perihal jam pulang mereka.
“Oh, ya udah gue ambil uangnya dulu baru kita langsung pulang.”
Irent ingin pergi untuk mengambil uangnya. Tapi, dia langsung dicegat oleh Justin.
Justin menggenggam pergelangan tangannya. Irent langsung memandang heran ke pemuda itu.
“Lo belum ngasih tau tadi siapa yang pertama,” ungkap Justin.
“Soal itu, lain kali aja ya kita bahasnya. Soalnya, gue harus pulang. Bentar lagi tengah malam.” Irent langsung melepaskan genggaman Justin dan pergi mengambil uangnya.
Lagi dan lagi pembicaraan mereka harus terpotong. Justin benar-benar kesal dengan hal itu dan tidak berusaha menyembunyikan kekesalannya.
Justin tidak tau kenapa. Tapi, dia sedikit marah saat Irent bilang kalau dia bukan satu-satunya yang membuat Irent harus berusaha keras saat balapan.
Kekesalannya benar-benar terlihat dari raut wajahnya. Kean dan Theon sangat menyadari itu dan sepertinya, Vio juga menyadarinya.
Kean dan Theon juga langsung mengajak Justin untuk pergi.
“Kayaknya lo capek banget habis balapan, kita juga capek. Ayo kita istirahat.” Theon langsung menarik justin setelah mengatakan itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments