Hari kemah pun tiba. Sebelum hari perkemahan itu, vio dan Irent sudah menyiapkan semua hal yang dibutuhkan. Lebih tepatnya Vio yang bayak berkontribusi pada persiapan kemah itu.
“Tenda sudah, air mineral sudah, makanan ringan sudah, makanan berat sudah, obat-obatan dan minyak angin sudah, syal sudah, power bank sudah. semua sudah lengkap. Let’s go.” Vio benar-benar bersemangat berkemah.
“Padahal lo nggak mau banget waktu itu kita camping di hutan and look at that. You’re so exited. What happened?” Tanya Irent agak heran.
“Ya terserah gue lah. Ya udah kita berangkat sekarang, nanti terlambat loh.” Vio langsung menarik irent dan mereka turun ke bawah.
“Anak ayah udah siap nih?” Tanya ayah hagwer sambil mengelus kepala kedua putrinya.
“Udah dong yah. Ayah yang mau nganterin kita?” Tanya vio pada ayahnya.
“Iya, kali ini ayah akan nganterin kalian ke sekolah. Nitip ama pak hardy buat jaga putri ayah baik-baik.” Ayah hagwer sejujurnya sangat khawatir karena anaknya akan camping di hutan. Tapi dia tau anaknya pasti akan dijaga baik-baik oleh pihak sekolah.
“Ayah bisa aja.” Sahut vio.
“Ya udah kita berangkat sekarang nanti telat loh ini.” Irent menimpali perbincangan mereka karena melihat jam. Mereka hampir telat.
“Ya udah, ayo kita pergi.” Ayah hagwer mengajak putri-putrinya.
Mereka akhirnya pergi ke parkiran untuk mengambil mobil dan membelah jalanan jakarta menuju ke SMA Kebangsaan. Sekitar lima belas menit perjalanan akhirnya mereka tiba di sekolah itu. Suasana sudah sangat ramai dengan para siswa yang sudah siap untuk camping ke tempatnya masing-masing. Saat ayah hagwer sedang berbincang dengan pak hardy dan kepala sekolah, dari kejauhan vio bisa melihat justin, kean dan Theon. Vio menarik irent untuk menghampiri mereka.
“Ayah kami ke sana ya, mau nyamperin teman-teman.” Pamit irent.
“Iya, kalian hati-hati ya.” Belum sempat juga irent menyahuti ucapan ayahnya, tangannya sudah di tarik sama vio.
“Hello ladies. Are you ready to camp in the forest?!” Tanya theon bersemangat.
“Of course.” Jawab vio.
“Are you not afraid guys? Kalo-kalo kan ada binatang buas di hutan.” Kean menakut-nakuti kedua gadis itu.
“Lo jangan nakut-nakutin deh kean. Udah jelas-jelas panitia udah ngasih tau kalo hutan yang dipilih itu bebas dari binatang buas.” Sahut irent yang tidak ingin ditakut-takuti.
“Emang iya kek gitu?” Vio tidak merasa dia diberitahu.
“Budayakan literasi vi. Mereka ngasih tau di gc camping semalem.” Irent gemas melihat saudarinya tidak tau soal informasi itu.
Irent melihat ke arah justin. Justin terlihat pucat dan lesu tidak seperti biasanya.
‘Dia kenapa? Ko pucat gitu? Dia sakit ya?’ Irent bertanya-tanya dalam hati.
“Kak justin kok kelihatan pucet banget sih? Lagi sakit ya?” Vio bertanya pada justin dengan khawatir.
Irent juga menunggu justin menjawab. Dia merasa khawatir melihat keadaan justin.
“I'm fine. Don’t worried about me. Gue cuman kecapean doang.” Jawab justin datar.
“Kalo lo nggak bisa ikut nggak usah ikut. Nanti orang khawatir kalo lo kenapa-napa di sana.” Irent menasehati justin.
“Lo khawatir ama gue?” Justin bertanya-tanya.
“Siapa pun yang liat keadaan lo sekarang pasti khawatir ellonya kenapa-napa. Kalo lo emang nggak sanggup mending nggak usah ikut.” Jawab irent.
“Gue masih sanggup. gue nggak selemah itu.”
“Ya terserah lo. Udah dibilangin juga.”
“Calm down guys. Ayo kita ke bus sekarang. Bentar lagi busnya jalan tuh.” Theon berusaha menengahi mereka berdua.
Justin langsung berjalan menuju bus meninggalkan mereka berempat.
“Kalian nggak mau langsung ke bus?” Tanya kean melihat kedua gadis itu belum berpindah dari tempatnya
“Entar aja. Kita masih mau nunggu ara. Kalian duluan aja.” Jawab irent dengan suara yang terdengar masih kesal.
“Ya udah deh. Kita duluan ya.” Kean dan theon langsung pergi ke bus.
Tak lama setelah ketiga pemuda itu pergi, ara akhirnya tiba di sekolah.
“Lo ngapain aja sih, sampe lama banget baru nyampe?” Tanya vio.
“Tadi ada kendala di jalan. Ayo kita ke bus sekarang.” Ajak ara.
Mereka bertiga pun berjalan menuju bus. Saat masuk ke dalam bus kursi yang tersisa hanya di bagian belakang. Di depan kursi itu ada kean dan theon yang duduk bersama dan justin duduk sendiri.
Ketiga gadis itu pun berjalan menuju bagian kursi belakang yang masih kosong. Saat irent ingin menyusul vio dan ara tangannya malah dicegat.
“Lo duduk di sini aja.” Justin menyuruh irent untuk duduk di sampingnya.
“Lepas.” Irent berusaha melepaskan genggaman justin.
“Gue bilang lo duduk di sini aja.” Justin berkeras.
Tak tega melihat keadaan justin yang kelihatan lesuh dan pucat akhirnya irent mengalah dan duduk di samping justin. Justin belum melepaskan tangan irent walau irent sudah duduk. Senyum tipis tersungging di bibir justin. Saat bus mulai jalan, Justin perlahan menutup matanya, dia masih menggenggam tangan irent. Irent sebenarnya ingin melepasnya, tapi justin menahan tangan irent, tak ingin melepasnya. Irent tak ingin mengambil pusing langsung memasang aerpods di telinganya dan akhirnya dia mulai rilex.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments