"Ya udah kalau gitu kita balik ke kelas ya.” Pamit theon dan mereka langsung pergi dari kelas itu.
Untuk kesekian kalinya pembicaraan mereka harus terpotong. Justin sudah benar-benar sangat jengkel dengan hal ini, tapi dia tetap mengikuti kedua sahabatnya keluar dari kelas itu.
“Kalian kenal dengan tiga pilar SMA Kebangsaan?” tanya ara karena benar-benar shock melihat irent dan vio bicara dengan ketiga orang itu.
“Pilar SMA Kebangsaan?” Tanya irent bingung.
“Lo nggak tau rent kalo mereka cowo paling famous sesekolahan? Kalau lo vi? Lo juga nggak tau?” Ara shock irent nggak tau siapa mereka dan langsung bertanya lagi pada vio.
“Ya tau lah. Kean french celister anak dari pemilik tambang nikel terbesar di Indonesia. Kean itu sangat pintar. Dia sudah menorehkan berbagai prestasi dibidang akademik mulai dari tingkat nasional hingga internasional. Yang kedua theon levir the corsh adalah anak dari pemilik perusahaan desain yang banyak menghasilkan arsitek dan desainer hebat dengan karya yang luar biasa. Dia adalah yang paling ramah diantara mereka bertiga. Dia sangat menyukai seni dan hobi melukis. Dia juga menghasilkan lukisan yang sangat indah. Bahkan lukisannya ada yang di simpan di galeri negara. Dan yang terakhir yang menjadi pemimpin pilar justin gretino criosh lencester. Dia adalah anak dari pemilik perusahaan saham dan perusahaan properti raksasa. ayahnya memiliki singgasana bisnis raksasa di Indonesia. Perusahaan itu tidak pernah sekalipun menginvestasikan saham di tempat yang salah dan selalu berhasil meraup keuntungan berkali-kali lipat. Justin sudah bergabung di perusahaan bisnis ayahnya sejak masuk SMA dan belajar bisnis sedari kecil. Dulu dia adalah ketua osis sekolah ini, tapi entah kenapa dia memilih melepaskan jabatannya itu. Rumornya karena dia juga pemimpin gangster besar di tambah dengan kesibukan mengurus perusahaan ayahnya. Jadi, dia melepaskan jabatannya sebagai ketua osis. Walaupun begitu dia masih menjadi prince sekolah.” Vio benar-benar menjelaskannya panjang lebar.
Irent yang mendengar itu cukup kaget. Tidak menyangka orang yang sudah dikenalnya dan menemaninya sejak hari pertama adalah orang-orang berpengaruh.
“Sehebat itu mereka?” Tanya irent masih tidak percaya
“Asal kalian tau ya. Keluarga mereka adalah donatur terbesar di sekolah ini. Jadi mereka bebas melakukan apa pun di sekolah ini. Bahkan saat mereka berbuat kekacauan atau bolos kelas tidak ada guru yang berani menegurnya.” Terang ara.
“Ha? Serius?” tanya vio juga kaget. Dia tidak tau tentang hal itu.
“Serius! Jadi kalian kalo bisa, jaga jarak ya dari mereka.” Saran ara.
“Tapi mereka baik loh.” Ucap vio
“Mereka tuh nggak baik sama sekali. Kalian tau mereka pernah dirumorkan terjerat kasus pembunuhan. Mereka ngebunuh salah satu siswa di sekolah ini. Waktu itu gempar banget sesekolahan. Katanya tu anak ngomong kalo mereka itu nggak sepantasnya nggak hormat ama guru dan mereka juga bisa berpengaruh cuma karena feedback dari orang tuanya.” Ara menjelaskan dengan suara yang dikecilkan.
Vio dan irent kaget dengan hal itu. Tapi irent tidak ingin mengambil pusing langsung memasang aerpodsnya dan membaca bukunya. Mungkin itu Cuma rumor belaka pikirnya.
*****
Hari ini berjalan seperti biasanya. Irent selalu duduk di kelas tanpa ada keinginan untuk keluar hingga bel tanda waktu pulang berbunyi. Suasana sekolah riuh. Para siswa berlalu lalang dan berjalan menuju gerbang sekolah. Begitu juga dengan irent, vio dan ara.
“Jemputan gue udah dateng nih. Gue duluan ya. Bye guys.” Pamit ara dan mereka saling berpelukan.
“Kita juga harus pulang.” Vio dan irent berjalan menuju parkiran.
“Lo pulang duluan aja. Gue masih ada urusan. Gue udah ngabarin ayah tadi.” Jelas irent
“Ya udah kalo gitu. Lo hati-hati.”
“Nggak kebalik. Seharusnya gue yang bilang gitu.”
“Terserah deh.” Vio langsung masuk ke dalam mobilnya membunyikan klakson dan pergi dari sekolah itu.
Irent juga langsung melajukan motornya membelah jalanan padat itu.
****
Setelah pulang sekolah justin dan teman-temannya bermain basket di lapangan sekitar satu jam.
“Astaga, capek banget.” Keluh kean. Mereka sedang duduk istirahat di kursi penonton. Banyak cewe-cewe yang berlalu lalang di lapangan basket entah itu untuk caper atau hanya ingin melihat mereka bermain.
Justin, kean dan theon hanya melihat saja semua murid cewe itu berbuat sesukanya.
“Jezz, pilih deh yang pengen lo pacarin. Pada berjejer tuh.” Ucap theon dan menunjuk pada para murid cewe yang masih setia di lapangan basket itu.
Justin tidak menanggapi perkataan theon dan hanya mengambil botol air dan meminumnya. Setelah itu justin mengambil ponselnya ingin menelfon seseorang. Justin menekan nomor yang baru didapatkannya pagi tadi, dia menelfon irent. Dia sebenarnya tidak tau ingin berbicara apa dengan irent tapi dia tetap menelponnya karena ingin mendengar suaranya. Beberapa kali justin menelpon tapi tak kunjung diangkat oleh irent. dia kesal sekarang.
“Nelfon siapa sih lo?” Tanya theon yang melihat justin menelpon seseorang tapi tak kunjung diangkat.
“Palingan juga cewe yang dimintai nomornya tadi pagi.” Kean yang malah menjawab pertanyaan theon.
“Lo beneran suka sama tu cewe?” tanya theon selidik.
“Bicara lo ngelantur.” Justin menyangkal perkiraan mereka.
“Halah. Kalo lo suka bilang aja kali jezz.” Kean yang sudah melihat dari pertama mereka bertemu. Dia menyadari kalo justin mulai suka sama irent.
Justin kembali fokus pada ponselnya dan menelfon nomor lain yang ada diponselnya.
Beberapa saat, akhirnya orang itu mengangkat telfonnya.
“Halo. Ini siapa ya?” Tanya orang yang ditelpon justin.
“Halo vi. Ini gue justin.” Jawab justin.
Ya, justin menelfon vio. Mengingat pesan dari irent yang bilang kalau dia nggak angkat langsung telfon vio aja.
“Kak justin?! Ada apa ya kak nelfon aku?” Vio kaget justin tiba-tiba menelfonnya.
“Gue mau tanya irent dimana ya? Soalnya dari tadi gue telfon dianya nggak angkat.” Jelas justin alasan mengapa dia menelpon vio.
“Ohhh irent? Kurang tau juga kak. Soalnya kami tadi nggak pulang bareng. Dia bilang dia ada urusan, nyuruh aku pulang duluan. Dia juga udah izin tadi keayah. Aku kira tadi soal balapan, tapi kalo kak justin nelfon aku berarti bukan. Aku juga nggak tau sekarang irent dimana.”
‘hari ini nggak ada jadwal balapan. Jadwal latihan juga nggak ada. Pertemuan juga nggak ada. Urusan penting apa yang di maksud ama irent. dia nggak kenapa-napa kan?” Justin sedikit khawatir karna bahkan vio pun tidak tau irent dimana.
“Kak?” Vio bingung karena justin nggak bicara lagi.
“Oh iya. Gue baru ingat hari ini ada pertemuan pasti dia lagi di sana.” Bohong justin karena tidak mau vio ikut khawatir.
“Ya udah kalau gitu gue tutup ya.” Justin langsung menutup telponnya tanpa mendengar jawaban dari vio. Sebenarnya di mana gadis itu berada?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments