Kali ini Justin tidak bisa menganggap ini sepele dan hanya menerimanya begitu saja.
Kean dan Theon yang melihat dari kursi penonton merasa takut kalau Justin mengalami kecelakaan karena tindakan agresif Irent.
Mereka juga tidak bisa tenang melihat situasi ini. Tapi, mereka tak bisa berbuat apa-apa.
Justin mulai melawan dengan memberi tendangan pada stir Irent sehingga Irent tidak bisa stabil dan dia menurunkan kecepatannya agar bisa berada di belakang Irent.
Saat jarak mereka cukup jauh, Justin mulai bernapas lega. Tapi, sepertinya dia ditipu.
Saat Justin mulai mundur secara berkala dan memperlebar jarak antara mereka, Irent melepas kedua turbo nya sekaligus dan melesat bagai angin.
Justin tidak akan bisa mengejarnya karena perhitungan jarak dan waktu ke garis finish tidak memberikan Justin peluang untuk menang.
Justin kali ini mengalah dengan iblis cantik di depannya. Irent berhenti di garis finish dengan menekan penuh remnya yang membuat ban belakang motornya terangkat.
Tak lama Justin menyusulnya di garis finish. Mereka membuka helm mereka secara bersamaan.
“Kayaknya, lo marah banget ama gue sampe dendam gini.” Ujar justin memulai topik pembicaraan.
Irent turun dari motor dan menarik kerah jaket justin.
“Lo tau Tin. Belum ada yang berani nyuruh gue lakuin hal yang nggak gue mau kecuali Vio dan ayah. Tapi berani-beraninya lo nyuruh gue ngelakuin hal yang nggak gue mau. Lo berani maksa gue ngelakuin hal yang nggak gue suka. Dan lo tau bagian paling menjengkelkannya apa? Gue nggak tau kenapa gue nggak bisa ngehalangin atau ngelarang lo buat ngelakuin hal itu. Anggap aja itu adalah harga yang harus lo bayar karena ngebuat gue kayak gini.” Irent berkata dengan intonasi dingin dan mata tajamnya.
Setelah selesai mengatakan itu, irent melepas kerah jaket Justin dengan kasar.
“Jezz!” Teriak Kean mendekati mereka berdua.
“Lo nggak papa Jezz?!” tanya Theon panik. Melihat Kean dan Theon datang, Irent pergi dari situ menuju kantin arena.
“Gue, nggak papa. Gue nggak nyangka dia bakal semarah itu ama gue.” Lirih justin menatap kepergian Irent.
Kean dan theon juga bingung dengan situasi Justin.
Justin tidak ingin Irent marah seperti ini padanya. Tanpa perhitungan, dia berlari menyusul Irent di dalam kantin.
*****
Irent duduk sendiri di salah satu kursi dengan sekaleng soda ditangannya. Pikirannya sedang kemana-mana sekarang. Dia berusaha mengontrol emosinya yang sangat sulit dikendalikan.
Irent berpikir seandainya kalo disini ada Kevin dia pasti dengan mudah menenangkannya, ada Tiara yang akan berusaha menghiburnya serta Dito dan Alex yang melakukan tingkah absurd demi mengembalikan moodnya.
Dia menjadi sangat merindukan teman-temannya di palembang.
Dia juga merasa sangat bersalah pada justin karena balapan tadi. Dia tau tidak seharusnya dia berbuat seperti itu. Tapi, dia tidak bisa mengendalikan amarahnya.
Saat sibuk dengan pikirannya, Irent merasa seperti ada yang menatapnya. Saat dia berbalik untuk memastikan, ternyata Justin sudah berada di sampingnya dan sedang menatapnya.
Tak ingin bertengkar lagi, Irent berpikir untuk pergi dari situ.
Namun, saat dia berdiri bersiap untuk pergi, Justin menahan tangannya.
“Gue minta maaf.” ucap Justin lirih.
“Gue mohon lo duduk dulu. Kita bicarain baik-baik. Gue bener-bener minta maaf atas perbuatan sembarangan gue ke ello. Gue nggak mikirin pendapat dan perasaan lo dan bertindak seenaknya. Gue nggak bermaksud buat lo marah atau semacamnya. Gue bener-bener nggak sengaja. Gue nggak tau lo bakalan semarah ini. Gue bener-bener minta maaf Rent.”
Justin berusaha agar Irent mau memaafkannya. Dia tau, tidak seharusnya dia bertingkah seenaknya.
Justin bingung dengan dirinya sendiri. Dia tidak pernah memikirkan perbuatannya sampai seperti ini. Apa lagi meminta maaf pada orang lain.
Dia sudah terbiasa mendapatkan apa pun yang dia mau dan tidak pernah peduli apakah perbuatannya menyakiti orang lain atau tidak.
Tapi, di hadapan gadis cantik di depannya ini dia tidak bisa melakukan itu. Dia takut gadis cantik di depannya itu akan membencinya dan menjauhinya.
Irent menghela napasnya dan akhirnya kembali duduk di samping Justin. Justin belum melepaskan tangannya.
“Gue juga mau minta maaf. Nggak seharusnya gue seagresif itu nyerang lo. Apalagi karena masalah sepele seperti ini. Gue nggak mikirin dampaknya nanti lo kenapa-napa lagi. Gue minta maaf. Gue nggak bisa ngendaliin emosi gue.” Irent juga meminta maaf.
Dia juga merasa bersalah pada justin. Apalagi mengingat Justin adalah anak dari bos ayahnya. Dia tidak ingin mengambil risiko.
“Damai?” sahut justin mengepalkan tangannya ingin tos sebagai tanda damai.
Irent tersenyum dan membalas tos-an Justin.
“Damai.” Mereka berdua tertawa bersama .
“Kalo gitu gue mau balik sekarang.” Irent berdiri.
“Ya gue juga udah mau balik.” Justin ikut berdiri.
Mereka berjalan beriringan dengan sedikit perbincangan ringan menuju arena tempat motor mereka terparkir.
“Kalo gitu gue balik dulu ya,” pamit irent menyalakan motornya.
“Gue bakal nganterin lo pulang. Gue kan tadi udah jemput lo.”
“Ya udah terserah.”
“Nggak papa kan? Lo nggak marah lagi kan?” tanya justin takut Irent marah lagi.
“Iya nggak usah khawatir. Gue nggak marah,” jawab irent.
Justin juga menyalakan motornya. Mereka membelah jalanan malam menuju rumah Irent.
Justin memastikan Irent masuk ke dalam rumahnya dan akhirnya pergi dari rumah itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments