Irent yang mendengar semua kebisingan itu segera memakai aerpodsnya kembali setelah melepasnya selama jam pelajaran.
“Guys ke kantin yuk. Laper banget nih.” Celoteh Ara tiba-tiba.
“Iya boleh. Aku juga laper banget, tadi pagi nggak sempat sarapan. Irent juga. Rent ngantin yuk.” Ajak vio.
Irent yang mendengar ajakan Vio tanpa bicara langsung berdiri dan berjalan menuju keluar kelas.
Vio dan Ara hanya bisa geleng-geleng kepala melihat sikap Irent dan bergegas menyusul Irent agar mereka bisa berjalan beriringan. Sepanjang perjalanan mereka bertiga bercerita satu sama lain tentang banyak hal sampai mereka tiba di kantin.
“Okey gimana kalau Irent ngambil tempat memang, aku sama avio yang mesen disini. Biar nanti kita bisa kebagian tempat makan di sini.” Ujar Ara memberi saran
“Boleh. Gitu aja. Kamu nggak papa kan Rent?” tanya Vi ke Irent.
“Iya, nggak papa.” Jawab irent dan berlalu meninggalkan mereka untuk mencari tempat agar mereka bisa makan dengan tenang nanti. Irent melihat tempat duduk yang berada di sudut kantin masih kosong. Irent pun menuju ke tempat duduk itu , menaruh ponsel di sebelah kanannya dan tempat aerpods di sebelah kirinya, sedangkan dirinya sendiri membaca buku yang dibawanya dari kelas dengan aerpods yang masih senantiasa terpasang di telinganya. Tak lama kemudian kedua remaja yang tadi mengantri untuk memesan makanan akhirnya selesai dan berangsur menuju tempat yang sudah dipilih Irent.
“Huh, akhirnya selesai juga.” Kata Ara yang kakinya sudah sakit karena berdiri mengantri.
“Antrian kantin disini panjang banget ya.” Vio yang tiba-tiba membicarakan soal antrian.
“Iya, emang kalau disini jam istirahat tuh kantin penuh sampe sesak. Jadi ada yang milih buat makan di taman, di lapangan juga ada yang makan di kelas.” Jelas ara yang memang bersekolah di situ sejak kelas sepuluh.
“udah ceritanya, kita makan aja sekarang.” Sela Irent yang memotong obrolan mereka agar mereka segera makan.
Ketiga gadis remaja itupun mulai menyantap makanan mereka masing-masing.
*****
Di sisi lain.
Justin dan teman-temannya juga sedang berada di kantin itu dan mereka telah selesai mengambil pesanan setelah antrian yang cukup panjang.
Kean melihat Ara dan Vio saat mereka selesai memesan makanan dan mereka berjalan menuju ke arah Irent yang sedang duduk. Posisi tempat duduk irent itu berada di pojok dekat jendela sebelah taman, dengan satu meja dan tiga kusri saling berhadap-hadapan dengan total enam kursi.
“Guys, coba lihat siapa disana,.” Ujar Kean kepada kedua temannya.
“Itu kan Queen Trezh, eh maksudnya Laurent.” Larat theon.
“Iya. Jezz nyuruh kita buat nyari informasi tentang dia. Lo nggak mau nyamperin dia Jezz?” Tanya Kean.
“Nggak usah. Mending kita makan di lapangan.” Jawab Justin menolak.
“Okey kalau gitu, gue ama Theon aja yang ke sana. Lumayan, makan bareng dekel cantik. Lo duluan aja ke lapangan.” Ucap kean.
“kean!” suara justin menjadi sedikit berat yang menandakan emosinya mulai naik. Theon dan Kean yang menyadari itu berbalik menghadap Justin dengan menelan saliva mereka sendiri.
“Ya udah sih Jezz, gue tau lo pengen makan bareng tuh cewek. Ini niatnya kita mau bantu loh.” Kean berusaha menjelaskan dengan hati-hati pada Justin, takut-takut Justin tambah marah.
Justin diam beberapa saat. Kean dan Theon tidak bisa tidak tegang dengan diamnya Justin saat ini. Setelah beberapa saat, Justin pun berjalan menuju tempat dimana Irent dan kawan-kawannya berada. Baru disitulah kean dan theon bernapas lega dan menyusul Justin.
“Hello ladies, boleh kami duduk di sini?” sapa Theon dengan ramah sekaligus bertanya.
Ara dan Vio saling tatap-tatapan lalu memperhatikan Irent. Irent tampak tetap tenang menikmati makanannya.
“Boleh ko kak. Ini kan tempat umum.” Ucap Vio memberi izin.
Ketiga pemuda itupun duduk. Justin tepat berada di hadapan Irent. Justin memperhatikan Irent sedang makan dengan tenang. Aerpods itu masih bertengger di telinganya. Entah dia menyadari situasi sekarang atau tidak, Justin tidak tau.
“Kita kenalin diri dulu. gue Theon, yang ditengah ini Justin biasanya kita manggilnya Jazz. Dan yang di sebelah Jezz itu Kean.” Jelas Theon.
”Oh, kalau aku Vio, yang ditengah itu Irent dan yang disamping Irent itu Ara.” Vio pun ikut memperkenalkan diri sekaligus teman-temannya.
“aih, jadi lo Vio?” tanya Kean kaget.
“Iya. Kenapa?” tanya Vio bingung dengan reaksi Kean.
“Nggak. Nggak ada apa-apa.”
‘kepribadian mereka memang sangat berbeda’ pikir Kean dan mungkin itu juga dipikirkan oleh Theon dan Justin.
Mereka pun makan dengan tenang. Selama makan, justin selalu memperhatikan Irent. Dia benar-benar tertarik dengan Irent. Sejak pertama mereka bertemu aerpods itu selalu bertengger di telinganya. Sikap cueknya. Potongan rambut wolf cut panjangnya, kemampuan balapnya. Justin benar-benar tertarik dengan semua hal dalam diri gadis itu.
“Lo mau ngomong ama gue?” tanya Irent tiba-tiba.
“Ha?” Justin bingung dengan pertanyaan tiba-tiba Irent.
“Dari tadi lo merhatiin gue. Lo mau ngomong sesuatu?” tanya Irent
“Ahh. Gue cuman kagum aja ama lo setelah hari itu. Kemampuan bal..” Belum selesai Justin bicara bel tanda istirahat selesai berbunyi.
“Mending kita masuk sekarang. Soalnya guru fisika yang ngajar di kelas kita killer banget.” Ara memberi saran berdasarkan pengalamannya.
“Astaga! gue paling takut ama guru fisika, sekarang ditambah gurunya killer. Mending sekarang kita balik.” Ujar vio karena dia memang takut guru killer.
“Oh iya kak. Nanti dilanjut lain kali ya pembahasannya.” Ujar Vio ramah dan mereka pun segera pergi dari situ.
Selalu saja seperti ini, setiap dia ingin berbicara dengan Irent selalu saja ada penghalang. Justin jengkel juga lama-lama. Ketiga pemuda itupun juga kembali ke kelasnya.
Hari itu berjalan dengan baik hingga bel pulang berbunyi. Semua siswa keluar dai kelas untuk menuju rumah mereka masing-masing. Vio dan Irent juga sama. Mereka berdua langsung pulang ke rumah karena Ayah Hagwer berpesan agar mereka langsung pulang jika memang tidak ada kepentingan.
*****
Hari-hari Irent berjalan sebagaimana mestinya. setelah pulang sekolah dia makan, tidur siang, mandi, membaca buku, belajar dengan ditemani aerpodsnya itu. Sesekali dia akan ke kamar Vio atau menghabiskan waktu bersama ayahnya di ruang keluarga. Semejak hari pertama, Irent tidak pernah lagi makan di kantin atau sekedar berjalan-jalan mengelilingi sekolah. Waktu itu juga dia makan di kantin karena memang tidak sempat sarapan. Tapi jika Irent sarapan, dia jarang bahkan hampir tidak pernah makan di kantin sekolah. Irent memang sangat introvert dan saat jam istirahat dia menghabiskan waktu dengan membaca buku-bukunya atau ke perpustakaan menikmati kesunyian. Vio dan ara beberapa kali mengajak ke kantin atau sekedar keliling sekolah mencari udara segar tapi Irent tidak pernah mau melakukan itu.
Sedangkan Justin, dia benar-benar frustasi karena wanita cantik yang selalu membuatnya tertarik itu sudah tidak ditemuinya selama dua minggu. Dia beberapa kali melihat Ara dan Vio di kantin, tapi tidak pernah melihat cewek yang dicarinya itu dan hal tersebut membuatnya sangat gusar. Cewek itu pun tidak punya sosmed untuk di stalking dan justin juga tidak punya nomor Irent. Kean tidak bisa mendapatkan nomor Irent yang aktif sekarang saat pencarian informasi.
*****
Di rumah Irent.
Saat sore hari, Irent sedang membaca sebuah novel sambil menyeruput jus jeruk dan jangan lupa aerpods yang selalu bertengger di telinganya itu. Saat sedang sibuk membaca novelnya tiba-tiba terdengar notifikasi di ponselnya. Irent langsung mengecek ponselnya dan ternyata itu pesan dari Kevin. Dia terakhir komunikasi sama Kevin dan teman-temannya yang ada di Palembang sekitar empat hari yang lalu. Kevin memberi tahu kalau hari ini akan ada balapan lagi di sekitar situ. Kevin langsung menshareloc lokasinya ke Irent. Kevin juga memberitahu kalau saat balapan terakhirnya, Irent berhadapan dengan King Of Arena yaitu Jezz Key dan Irent berhasil mengalahkannya. Irent cukup kaget mengetahui kalau King Of Arena adalah Jezz Key yang tidak lain tidak bukan itu Justin, kakak kelasnya sendiri. Justin memang sudah sangat terkenal sebagai King Of Arena dengan kemampuannya dan Irent juga sama. Irent pernah berambisi ingin berhadapan dengan King Of Arena dan sekarang tanpa dia sadari dia sudaj berhasil mengalahkannya. Tapi Irent tidak ingin lengah, dia memutuskan untuk berlatih sore ini sebelum balapan sebentar malam.
Irent pun bersiap-siap untuk pergi latihan. Saat dia selesai dengan persiapannya, tiba-tiba Vio masuk lewat pintu penghubung kamar mereka berdua.
“Rent. Lo mau pergi balapan?” Tanya vio ragu-ragu.
“Iya. Kenapa emang?” Irent menjawab dan balik bertanya.
“Kamu bilang kamu ketemu ama Kak Justin waktu balapan. Kak Justin juga ikut balapan.” Ujar Vio. Irent memang sudah menceritakan pertemuannya dengan justin.
“Yes. He is with friends.” Ucap Irent membenarkan.
“Aku boleh ikut nggak?” tanya Vio lagi.
“Lo mau ikut balapan?!!” tanya Irent kaget dengan permintaan adiknya itu.
“Enggak-Enggak. Aku cuman mau nonton aja.” Jelas vio agar kakaknya itu tak salah paham.
“Ohhh. Boleh. Tapi gue nggak langsung ke tempat balapan, gue mau latihan dulu, biar enggak kalah nanti pas balapan.” Terang Irent
“Enggak papa, aku ikut aja.”
“Okey kalo gitu lo siap-siap cepet, kalo lama gue tinggal.” Ancam irent
“Ihhh. Iya-iya aku gerakan kilat nih.” Vio langsung ke kamarnya bersiap-siap dengan cepat karena tak mau di tinggal kakaknya. Dia memoles make-upnya, mengenakan pakaian yang sesuai dan terakhir dia menata rambunya.
“udah belum Vi. Gue tinggalin beneran ni anak.” Sahut Irent dari luar kamar Vio.
“Iya ini udah selesai.” Vio langsung keluar dari kamarnya . Mereka langsung ke garasi mengambil motor dan mobil masing-masing dan keluar dari gerbang besar itu dan membelah jalanan jakarta yang luas itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments