Saat naik ke kelas XI, ayah Hagwer memutuskan pindah dari Palembang ke Jakarta untuk menunjang pendidikan putri-putrinya agar lebih baik.
*****
Kembali ke masa sekarang.
Mereka sedang berada di Mansion baru yang di beli ayah Hagwer.
“Yah, kami pindah sekolah di mana?” tanya Vio kepada ayah Hagwer.
“Kalian akan pindah ke SMA Kebangsaan,” jawab ayah Hagwer.
“Di sana fasilitas pendidikan akan lengkap untuk kalian. Jadi, kalian bisa belajar dengan lebih baik,” jelas ayah Hagwer kepada kedua putrinya.
“Serius, kita pindah ke sana?” tanya Vio kaget.
“Yes. Any problem?” tanya ayah Hagwer.
“No, no, no. Just a question. Mulai kapan kita sekolah di sana?” tanya Vio.
“Vin sudah selesai mengurus semuanya. Kalian bisa mulai bersekolah besok,” terang ayah Hagwer.
“Okey Yah. Di mana kamar kami?” tanya Vio.
“Mari saya antar Nona,” sahut Vin.
Mereka berdua pun mengikuti Vin menuju kamar dengan membawa koper mereka masing-masing.
****
Di depan kamar.
“Ini kamar kalian berdua Nona.” Sahut Vin di depan pintu kamar.
“Di ujung, kamar Nona Irent dan ini kamar Nona Vio,” terang Vin lagi.
“Jadi kami nggak sekamar? Aku maunya sekamar ama Irent. Nggak mau pisah.” Protes Vio dengan suara dan wajah memelas.
“Udahlah Vi. Lagian kita juga udah besar, nggak apa-apa lah kita beda kamar,” sahut Irent menanggapi protes Vio.
“Tenanglah. Walau pun, kalian pisah kamar ada pintu yang menghubungkan kamar kalian berdua. Jadi, walau pun terpisah kamar kalian tetap terhubung,” jelas Vin kepada kedua remaja itu.
“Oh, okey kalau gitu. Aku masuk dulu.” Vio yang kembali mendapatkan kesenangannya langsung masuk ke dalam kamarnya meninggalkan Vin dan Irent.
“Saya juga pergi Nona. Soalnya masih ada urusan,” ucap Vin kepada Irent.
“Hmm.” Irent hanya berdehem menanggapi perkataan Vin. Lalu, masuk kedalam kamarnya.
Saat tiba di dalam kamarnya, Irent melepas kopernya dan mulai memperhatikan kamar itu. Kamar itu berwarna hitam abu-abu dengan kasur warna senada.
Tidak banyak barang atau peralatan di kamar itu. Sehingga, kamar itu terlihat luas dan minimalis. Vin memang sangat tau favoritnya. Irent berjalan menuju kasurnya dan langsung melempar tubuhnya di kasur dan menghela napas.
Dia tidak tau apakah dia bisa beradaptasi dengan baik di sini. Irent bukan orang yang mudah menyesuaikan diri di tempat baru. Apa lagi di Palembang dulu, dia punya teman-teman yang selalu bersamanya dan sudah dia anggap seperti saudara.
Irent adalah salah satu member Gangster yang ada di Palembang. Dia memang tumbuh menjadi orang yang tertutup. Tapi, dia sangat menyukai tantangan dan balapan. Itulah yang membawanya di dunia yang menurut kebanyakan orang itu tidak baik.
Tapi, Irent tidak merasa seperti itu. Di tempat itu dia punya teman yang tidak banyak basi-basi dan langsung berbicara ke intinya. Walaupun, banyak juga diantara mereka yang humoris. Tapi, Irent tetap nyaman karena di sini tidak ada yang munafik dan semua saling merangkul. Tidak ada yang meninggalkan yang lain.
Apalagi di sini dia bisa mengasah kemampuan balapnya. Irent sudah mengikuti banyak balapan mulai dari balap liar sampai balap taruhan. Kemampuannya banyak dikenal di dunia Gangster Palembang. Bahkan, sampai di luar palembang.
Sekarang, dia malah terjebak di sini karena ayahnya menginginkan pendidikan yang lebih baik. Dia tidak ingin melawan atau membantah ayahnya, itu tidak akan pernah dia lakukan. Jadi, dia terjebak di sini, di ibu kota yang penuh huru-hara, Jakarta.
Anak Mencar
Alex
@irent gimana tempat baru?
Nyaman kaga?
Besaran rumah lama atau baru?
Nyamanan di palembang.
Rumahnya sama aja.
Cuma besaran dikit.
Dito
Aelah rumah kamu yang dulu mah
Besar pisan. Dan sekarang lebih besar
Lagi. Gimana tuh?
Tiara
Sa aelah. Ngomong gitu Rerenya nggak nyaman.
Kevin
Btw, ada info loker nih di sekitar
Situ.
Seriusan?
Kevin
Yeps. Gue japri alamatnya.
Thanks, bro.
Tiara
Ellu mah Kev. Orang baru sehari
Juga. Udah dikasih info loker.
Dito
Nggak tau nih
Yaudah sih
Biar gue nggak bosan.
Dito
Malah off orangnya
Mengetahui kalau akan ada balapan di tempat yang di Sherlock Kevin. Irent segera bersiap-siap dan langsung menuju kamar mandi. Saat dia menuju ke kamar mandi, Vio sudah masuk ke kamar Irent.
“Deh, Irent belum selesai?”
“Bajunya aja belum diatur ckckck.”
Vio ngemundel sendiri dan langsung berbaring ke kasur besar itu sambil men scroll sosmed nya.
“Kyaa! ” Tiba-tiba Vio berteriak dan ngebuat Irent kaget dan langsung keluar kamar mandi.
“Lo kenapa sih?” Irent bertanya pada Vio dengan keadaan jengkel.
“Astaga, astaga, astaga. Lo tau nggak kak Justin. Kak Justin Gretino? Dia ternyata sekolah di SMA Kebangsaan juga. He’s our senior. You know that. Oh my god. Kebetulan yang sangat epik. Astaga.” Heboh Vio
“Ck, gue kira apaan, biasa aja kali,” sahut Irent.
“Ya terserah akulah,” sewot Vio.
“Iya deh, terserah lo.” Irent memang malas berdebat dengan Vio. Apalagi karena masalah seperti ini.
Irent sudah merapikan pakaiannya dan segera bersiap untuk pergi ke balapan itu. Kata kevin balapan itu akan dimulai jam sebelas dan sekarang sudah setengah sebelas.
Kevin adalah yang paling dekat dengan Irent. Karena, mereka mempunyai hobi yang sama yaitu balapan. Bahkan, teman-teman mereka sering menjodohkan mereka karena saking dekatnya. Tapi, Irent menganggap Kevin hanya sebagai sahabat sekaligus kakak yang selalu membimbingnya.
Saat ini, Irent sudah selesai bersiap dengan pakaian Gangsternya dan Vio masih ada di tempat tidur Irent.
“Kamu mau pergi balapan?” tanya Vio.
“Ini kan baru hari pertama kita di sini. Lo tau tempat balapan di sini? Lagian besok hari pertama kita sekolah loh. Kalau lo terlambat pulang, lo jadi terlambat bangun dan besok telat gimana? Kan hari pertama,” cecar Vio.
“Bandar info gue mah banyak. Kalo soal balapan dan soal terlambat , itu nggak akan terjadi. Kan gue disiplin. Lo mestinya khawatirin diri sendiri. Ya udah gue pergi dulu. Bye.” Irent langsung keluar dari kamar dan menuruni tangga.
Di bawah, semua sudah gelap. Irent berjalan pelan. Saat sudah tiba di luar, dia bergegas mengambil motornya dan melaju melewati gerbang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments