Sherin yang terus bergerutu karena kesal oleh Bram, tampak memalingkan wajahnya ketika mobil yang ia tumpangi sekarang telah tiba di kawasan rumah elit, tak jauh elit dari kediamannya. Bram lagi-lagi tak perduli oleh tingkah gadis itu, ia berlalu meninggalkan Sherin di dalam mobil sendiri.
"halo sayang.." ucap sang mama yang sudah menunggu di depan pintu rumah.
"loh, menantu mama dimana? Kenapa kau sendiri sayang?" sambung mama julie yang terlihat menoleh ke belakang mencari sosok istri putranya itu.
Bram menggerakkan kepalanya ke arah mobil, ia memberi kode bahwa sosok yang sedang mamanya cari sedang berada di dalam mobil itu. Mama julie pun seakan paham oleh kode sang putra.
"kau ini! kenapa tidak mengajak menantu mama untuk masuk?"
Mama Julie segera berjalan ke arah mobil Bram yang sudah terparkir di halaman rumahnya, Mama julie mengetuk kaca mobil. "sayang, turunlah." ujarnya.
Sherin yang melihat ibu mertuanya itu segera menurunkan kaca mobil nya, gadis itu pasrah saat wanita yang beda usia itu memaksanya untuk turun dan masuk kedalam rumah. "ayo sayang, jangan malu-malu"
kedua wanita beda usia itu memasuki rumah dengan ekspresi yang berbeda. Bram melihat mama nya dengan senyum merekah, berbeda dengan Sherin yang nampak kikuk dengan situasi tersbut.
"Sherin sayang, kau suka makanan apa? Biar mama buatkan yah. Kau pasti lapar bukan?"
"ehm, tidak usah tante. Aku masih kenyang" bohong Sherin. Padahal sedari tadi cacing di perutnya tak berhenti berdemo.
"loh kok panggil tante sih? Mama kan sudah jadi mama mu juga. Jadi sekarang panggil mama yah nak" ucap mama julie dengan lembut.
"iya tan.. Eh Mama"
"yasudah, kalian istirahat dulu gih di kamar. Pasti kalian sangat lelah bukan?"
Bram berdehem sejenak, lalu melangkahkan kakinya menuju kamar tanpa mengajak Sherin yang masih berdiri mematung.
"ayo sayang, ikuti suami mu." ucap sang mama.
Mau tidak mau, Sherin pun ikut melangkahkan kakinya mengikuti sang suami. Sherin masih tak terima dengan semua ini. Setidaknya Bram memberikan waktu untuk dirinya mengucapkan salam perpisahan kepada mommy nya. Bahkan Sherin tak memiliki sepasang baju sama sekali. Hanya baju haram itu yang ikut dengan dirinya.
Saat ia tiba di depan kamar Bram, rasanya kakinya sungguh berat untuk melangkah masuk. "ini benar aku akan sekamar dengan lelaki jahat itu? Ahh... aku tidak mau!" batinnya.
"jika kau tidak ingin masuk, aku akan menutup pintunya" Ujar bram dari dalam kamar.
"cerewet sekali" Kesal Sherin. Akhirnya ia pun masuk kedalam kamar yang begitu asing di matanya. Warna putih didominasi oleh kamar itu, tak ada satupun foto atau pajangan yang tergantung di dinding kamar. Sangat polos, itulah yang ada di benak Sherin ketika masuk pertama kali di kamar Bram.
"Kamar macam apa ini? Bahkan tidak ada TV di dalam sini" gerutu Sherin.
"heh, aku mau bicara sebentar" sambung Sherin dengan ketus. Bram yang mendengar ucapan Sherin hanya diam. Lelaki itu tengah fokus pada laptopnya.
"aku keberatan! Harusnya sebelum kau membawa ku kesini, konfirmasi dulu ke aku. bagaimana jika mommy ku menunggu diriku pulang? Dan baju, iya baju! Aku bahkan tidak memiliki satu baju pun disini. Tas ku juga? koleksi tas ku semuanya ada di rumah mommy. OMG! Aku tidak bisa hidup tanpa baby-baby ku itu. Jadi sekarang, antarkan aku ke rumah mommy ku" Ujar Sherin dengan suara cemprengnya.
"loh kenapa diam saja? Ayo cepat!" sambungnya.
Bram menutup laptopnya dengan sedikit kasar, Lelaki itu berdiri dan menatap tajam ke arah Sherin. "yang pertama, pakaian mu semuanya sudah berada di dalam lemari pakaian. Supir mommy mu yang mengantarnya kesini sejak tadi pagi. Kedua, mommy mu yang memberi saran ke mama untuk membawa mu langsung ke rumahku. Jadi mommy mu tidak akan menunggu kepulangan mu. dan ketiga, tas-tas tidak penting mu itu sedang di dalam perjalanan. Mommy mu sudah mengatur semuanya. Bahkan boneka-boneka santet mu itu semuanya tengah dikirim kesini. kau sudah puas?"
"WHAT? Mommy yang merencanakan semua ini? Tapi kenapa? Maksudku, kenapa mommy melakukan ini kepadaku?"
"tanyakan langsung ke mommy mu itu. sekarang diamlah! Suaramu sungguh membuat gendang telinga ku tidak nyaman" ketus Bram.
Sherin meraih ponselnya yang berada di dalam tas, wanita itu melangkahkan kakinya ke arah balkon lalu segera menghubungi sang mommy.
"MOM! Mommy...." teriak Sherin.
"Mommy sengaja membuang ku kah? Kenapa mommy melakukan semua ini? Sherin bahkan belum sempat say good bye sama bibi."
"Sherin, mommy bukannya membuang mu. Tapi sudah kewajiban mu untuk mengikuti suami mu kemana pun dia pergi. Dan sekarang, kau harus berbakti kepada Bram. Mommy tidak mau mendengar jika kau nakal ataupun tidak menurut perkataan suami mu. Paham?"
"mom, tapi kan.."
"tidak ada tapi-tapian Sherin. Mobil mu akan mommy kirim minggu depan"
"kenapa bukan sekarang saja? Kenapa harus menunggu sampai minggu depan?"
"dalam seminggu ini kau tidak boleh meninggalkan rumah suami mu. Jadi mobil akan mommy kirim minggu depan, sekalian mommy akan menjenguk mu"
"tidak usah! tidak usah menjenguk ku!" Sherin langsung menyudahi panggilannya. Wanita itu sungguh kesal mendengar ucapan sang mommy. Sherin sungguh tidak habis pikir dengan kelakuan mommy nya, dirinya merasa di buang saat ini.
"sudah marah-marahnya? Jika sudah, turunlah dan bantu mama menyiapkan makanan" saut Bram tiba-tiba. Ternyata lelaki itu sudah dari tadi berdiri di belakang Sherin.
"sidih mirih-mirihnyi. menyebalkan!" gerutu wanita itu saat melewati Bram.
Bram sebenarnya sangat ingin membalas wanita itu, namun ia merasa tidak mood hari ini semenjak pulang dari hotel. Bram pun memilih untuk duduk sejenak di kursi balkon itu.
Sherin menuruni anak tangga dengan terus bergerutu, rasanya ia ingin sekali berteriak kencang. Namun apalah daya, posisinya sekarang hanya menumpang di rumah yang bukan impiannya. Ketika sampai di dapur, Sherin melihat mertuanya itu sedang sibuk memindahkan makanan kedalam wadah. "apakah di rumah sebesar ini tidak memiliki satu pelayan pun? Sungguh pelit si bram bram itu. mamanya kan pasti lelah mengerjakan semua pekerjaan rumah" ujar Sherin.
" Sherin? Sejak kapan kau ada disitu nak?" tanya mama julie yang sedang sibuk membawa makanan ke meja makan.
"eh baru tan. maksud Sherin, mama. Biar Sherin bantu yah ma" Sherin melangkah untuk membatu mama julie mengangkat beberapa makanan untuk ke meja makan. Mama julie hanya tersenyum melihat sang menantu mau membantu dirinya.
"terimakasih yang sayang. Tapi, harusnya kan kau istirahat saja. Apa kau tidak lelah?"
"lelah apasih ma? Sherin kan tidak melakukan apa-apa dari kemarin. Mau Lelah bagaimana?" ucap Sherin.
"ekhm, tidak usah malu. Mama juga pernah muda kok." ujar mama Julie seraya menyenggol pelan bahu Sherin. Sherin semakin bingung oleh ucapan mertua nya ini.
"mama tahu kok sayang, tuh leher kamu ada banyak tanda cintanya" sambung mama Julie.
"HAH? Tanda cinta?" batin Sherin bingung. Sedetik kemudian wanita itu membulatkan matanya sempurna. Sherin baru ingat jika di lehernya memang ada tanda menjijikkan itu.
"AHKKKK! jadi dari tadi semua orang melihatnya?"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments