Sherin mulai membuka matanya perlahan, dinginnya AC membuat gadis itu bangun untuk mencari selimut. Sherin melihat selimutnya berada di bawah kaki. "oh my god, dingin sekali"
Sherin menyelimuti dirinya sendiri, namun sedetik kemudian gadis itu kembali membuka matanya. Sherin segera duduk dan memperhatikan seisi ruangan, ia merasa tidak asing dengan kamar itu. "ya ampun!" gadis itu segera berdiri dari tidurnya, ia menutup mulut serta memeperhatikan pakaiannya. Merasa pakaiannya tidak ada yang berubah, Sherin dengan cepat berjalan ke arah pintu, namun sialnya pintu itu lagi-lagi tidak bisa terbuka.
"Sherin mengapa kau sangat bodoh? uh, kau seharusnya tidak pergi ke club sialan itu" kesalnya. Ia berusaha membuka pintu itu namun hasilnya tetap sama saja. Sepertinya pintu itu memang sengaja di kunci dari luar.
"kenapa juga aku harus ke tempat lelaki gila ini? Lihatlah sekarang, aku jadi tidak bisa berbuat apa-apa"
Sherin akhirnya menyerah untuk membuka pintu, ia masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan wajahnya terlebih dahulu. "dia tidak melakukan hal yang aneh kan kepadaku?" ujarnya saat membasuh wajah.
"awas saja jika dia berani berbuat macam-macam kepadaku."
Sherin kembali ke kamar setelah membasuh wajahnya, gadis cantik itu mencoba mencari ponselnya. Namun sayang seribu sayang, ponsel nya ternyata mati daya. Gadis itu hanya bisa pasrah sambil menunggu Bram untuk membuka pintunya.
"lagipula, kemana dia? Kenapa lama sekali?" Sherin kembali berdiri dan mencoba membuka pintunya, namun belum sempat dirinya memegang gagang pintu tersebut, Bram sudah muncul dari balik pintu.
"selamat pagi wanita pemalas" itulah kata-kata pertama yang diucapkan Bram saat melihat Sherin. Bram masuk dan kembali mengunci pintu kamarnya. Lelaki itu melipat kedua tangannya seraya bersandar di pintu.
"menyingkir! Aku mau pulang" ujar Sherin.
Bram tersenyum sinis seraya menatap Sherin. "apa kau tidak merasa dejavu?"
"dejavu dejavu. Lebih baik kau segera menyingkir. aku mau pulang, mommy ku pasti sedang mencari ku"
"tenang saja, mommy tahu jika kau semalam tidur dikasur ku"
Sherin menatap Bram dengan jengah, sejak kapan lelaki itu memanggil mommy nya dengan sebutan mommy? Dan yah, apa dia bilang? mommy tahu jika aku tidur di kasurnya? Sungguh lelaki tidak tahu malu.
"apa kau bilang? lancang sekali kau memberitahu mommy ku"
Sherin menerobos tubuh Bram dengan keras, Gadis itu berharap agar Bram membiarkannya keluar. Dorong dorongan pun akhirnya terjadi di antara mereka berdua. Bram dengan wajah datarnya mengangkat tubuh Sherin ke atas pundaknya. lelaki itu mengangkat Sherin seperti karung beras yang siap di jual di pasar.
"TURUNKAN AKU!" teriak gadis itu.
Bram membawa tubuh Sherin ke atas tempat tidur, lelaki itu tak menghiraukan teriakan dan pukulan-pukulan Sherin di pundaknya. Bram menjatuhkan Sherin di atas kasur lembutnya.
Tak tinggal diam, Sherin segera bangun dan mencoba untuk kabur. Namun ia lupa jika yang ada dihadapannya saat ini bukan lah seseorang yang lemah. Bram menarik tangan Sherin dan segera menindihnya. Kedua tangan Sherin ia kunci di atas kepala gadis itu
"jawab pertanyaan ku, mengapa kau datang ke tempat ku dengan kondisi mabuk?" ujar lelaki itu dengan tatapan tajamnya.
"kau tidak perlu tahu, dan kau tidak berhak tahu. Aku juga tidak wajib untuk menjawab pertanyaan mu"
"sepertinya kau memang suka membuat ku murka nona Sherin" Bram melepas kedua tangan Sherin dan mengubah posisi wanita itu. Bram mengunci kedua tangan Sherin di belakang pinggulnya. Sherin benar-benar tidak bisa bergerak saat ini.
"LEPASKAN AKU!" ronta Sherin.
Bram mendekatkan wajahnya ke wajah Sherin, lelaki itu semakin dekat hingga wajah nya hampir menyentuh hidung Sherin. Sherin menggigit bibirnya seperti orang yang tak akan membiarkan siapapun meraih bibir tebalnya itu.
"kenapa kau diam?" ujar bram seraya tersenyum mengejek.
"bodoh sekali dia, tentu saja aku diam. Jika aku membuka mulut ku, bisa saja dia mencium ku lagi. Uh, aku tidak mau itu terulang kembali" batin gadis cantik itu.
1 menit.. 2 menit.. 3 menit berlalu, mereka masih setia dengan posisinya. Bram maupun Sherin tak ada yang mau membuka mulutnya. Mereka hanya melemparkan tatapan saling menghujamnya.
"ck! Sungguh gadis gila" gumam Bram. Akhirnya lelaki itu melepas kedua tangan Sherin. Iapun kembali berdiri dan membiarkan Sherin meluruskan otot-otot tangannya terlebih dahulu.
"kau bebas kali ini. Tapi lain kali jika kau datang dengan keadaan mabuk seperti kemarin, aku tidak akan membiarkan mu. Sekarang kau pulanglah" ujar lelaki itu dengan datar. Bram berjalan ke arah lemari pakaiannya untuk memakain kemeja kerjanya.
"oh yah, awas saja jika kau mengulang perbuatan mu seperti tadi.malam. Kau akan habis di tangan ku" setelah mengatakan itu Bram melanjutkan langkahnya.
"apa maksudnya? Apa jangan-jangan dia sudah tahu jika aku yang menyembunyikan dalamannya?" gadis cantik itu menoleh sebentar, kemudia secepat kilat ia mengambil tas nya dan segera keluar dari kamar. Sherin berlari dengan cepat sampai-sampai dia lupa jika saat ini ia tidak memakai alas kaki.
Saat keluar dari lift, Sherin melihat orang-orang di sekitarnya memperhatikan dan saling berbisik. Gadis itu merapihkan rambutnya yang sedikit berantakan, mungkin saja orang-orang itu sedang menertawakan penampilannya. "apa aku seberantakan itu?" batinnya.
Sherin melanjutkan langkahnya hingga ia sampai ke parkiran, namun tiba-tiba ia merasa ada seseorang yang menepuk pundaknya. ia pun segera menoleh dan ternyata Bram lah yang sedang berdiri di depannya.
"duh, dia lagi dia lagi" batinnya.
Bram melemparkan sesuatu ke arah kaki gadis itu, sorot mata Sherin pun mengikuti benda yang tergeletak di depan kakinya. "HAH? SEJAK KAPAN AKU BERTELANJANG KAKI??" teriaknya seraya menjijikkan kedua kakinya.
"kau sengaja menyembunyikan alas kaki ku kan?" kesal nya sambil menunduk untuk memakai alas kakinya. "kau mau balas dendam kan karena aku sudah menyembunyikan dalaman mu. Huh, sungguh lelaki pendendam" mulut gadis itu tak henti hentinya bergerutu.
"loh, kemana dia?" Sherin yang baru saja memakai alas kaki nya nampak heran, karena lelaki yang sedang ia ajak bicara tiba-tiba saja menghilang dari hadapannya. "dasar lelaki aneh". Sherin pun akhirnya masuk kedalam mobilnya.
Bram yang sudah berada di dalam mobil, hanya bisa melihat Sherin dari kejauhan. Gadis itu nampak berbicara sendiri layaknya orang gila. Bram hanya bisa menarik nafasnya dalam-dalam. Lelaki itu diam-diam memperhatikan Sherin sampai mobil gadis itu melewati mobilnya.
Di sepanjang perjalanan pun, Bram tetap mengikuti mobil tunangannya itu, ia lagi-lagi menarik nafasnya dengan berat saat melihat mobil yang di kendarai Sherin sangat ugal-ugalan.
"Dia seharusnya menjadi pembalap. Bukan berbisnis" Ujar Bram.
setelah beberapa menit, Bram akhirnya mengambil jalur lain untuk menuju kantornya. Ia memicingkan matanya sejenak ke arah mobil Sherin sebelum ia benar-benar menghilang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments