Sudah hampir 15 menit Bram membiarkan tubuh Sherin di genangi oleh Air, lelaki itu memperhatikan Sherin yang sudah berangsur-angsur diam, tidak seperti beberapa menit yang lalu. Merasa sudah cukup aman, Bram berdiri dan mengambil sebuah handuk baru untuk ia balutkan di rambut Istrinya itu.
Bram kemudian mulai melepas selimut yang melilit di badan Sherin, Sejenak mata Bram memperhatikan pemandangan yang sangat indah di depannya matanya. Lelaki itu menggelengkan kepala nya, kemudian mengambil handuk untuk menutup tubuh polos Sherin.
Bram meletakkan Sherin dengan pelan di atas kasur, setelah itu ia berjalan ke arah koper milik Sherin untuk mengambil pakaian. Namun lelaki itu sedikit bingung melihat pakaian Sherin yang sungguh aneh. Ia mengangkat pakain Sherin sambil mengerutkan dahinya.
"baju apa ini? Bentuknya kenapa seperti penyaring?" ujar lelaki itu. Bram mengambil salah satu baju yang menurutnya sedikit lebih baik dari yang lainnya. Model lingerie itu memang tidak seperti penyaring, tapi bagian dadanya terbuka seperti lapangan, hanya ada 2 pengikat yang seperti pita untuk menutupi bagain sensitif wanita.
Bram dengan gesit memakaikan baju aneh itu di tubuh Sherin, namun lagi-lagi lelaki itu berhenti sejenak untuk menatap pemandangan yang membuat matanya candu. Sherin menggeliat mengubah posisinya sehingga membuat Bram terburu-buru mengikat kedua tali itu dengan bentuk pita.
"apa motivasi orang-orang yang membuat pakaian seperti ini. Aku harus cari tahu perusahaan pakaian ini" ujar lelaki itu setelah berhasil memakaikan baju untuk Sherin.
Bram berjalan ke arah nakas untuk menghubungi staff hotel, ia meminta sebuah selimut baru dan juga beberapa handuk kimono untuk Sherin. Bram melihat jam yang sudah menunjukkan pukul 03.30 pagi, lelaki itu segera menyusul Sherin di atas tempat tidur setelah mendapatkan selimut dan juga kimono dari staff yang baru saja datang.
"awas saja jika kau mengulagi perbuatan mu yang tadi. Aku pastikan kau benar-benar tidak bisa lari lagi" ujar lelaki itu sebelum menutup kedua matanya.
...----------------...
"Hoammmm" Sherin baru membuka matanya saat jam sudah menunjukkan pukul 11 pagi. Gadis itu merenggakan tangannya kuat-kuat. Sherin mengucek matanya yang sedikit sembab, lalu kemudian bangun dan menyandarkan tubuhnya.
Sherin melihat kamar itu dengan saksama, dahinya berkerut saat melihat tubuhnya menggunakan pakaian yang kurang bahan itu.
"tunggu! Sejak kapan aku menggunakan pakaian menjijikkan ini?" gadis itu melihat sekitar seperti sedang mencari seseorang.
"AHKKKKK" Sherin tiba-tiba teriak dan berdiri di atas kasur. Gadis itu menutup mulutnya seraya mempererat selimut di tubuhnya.
"tidak, tidak! OH NO! Sherin apa yang kau lakukan? AKU? SEORANG SHERIN MENCIUM BRAM? TIDAK..."
"BERISIK! Suara mu membuat gendang telinga ku rusak!"
Bram tiba-tiba keluar dari kamar mandi dengan hanya menggunakan handuk yang dililitkan diatas perutnya. Sherin membuang wajahnya kemudian duduk kembali di atas kasur. Gadis itu menenangkan dirinya tanpa mengeluarkan satu katapun. Bram kemudian melanjutkan langkahnya untuk mengambil pakaiannya yang berada di dalam koper.
"SHERIN BODOH! TAMAT SUDAH RIWAYAT MU KALI INI" Batin Sherin gelisah.
Bram yang baru saja selesai memakai pakaiannya terlihat berjalan ke arah Sherin. Lelaki yang memiliki nama lengkap Bram Fernandes itu melipat kedua tangannya di atas perut seraya menatap Sherin dengan tatapan datarnya. "bangunlah dan cepat bersihkan dirimu" ujar Bram kemudian melenggang pergi meninggalkan Sherin sendiri.
"apa dia tidak mengingat kejadian semalam? Atau dia sengaja berpura-pura tidak mengingatnya?" Sherin menurunkan kakinya perlahan. Gadis itu segera berlari masuk kedalam kamar mandi untuk menyegarkan tubuhnya. saat melewati cermin yang ada di dalam kamar mandi tersebut, ia sungguh tidak percaya melihat bagian leher nya di penuhi tanda biru ke merahan.
"AHHKK SIAL! AKU TIDAK SUDI HIKSSS..." Sherin mengambil air dan menyirami leher jenjang nya itu, berharap agar bekas itu segera menghilang.
Sherin merutuki kebodohannya, karena minuman sialan itu dirinya jadi tidak terkontrol seperti semalam. Sherin tiba-tiba teringat oleh isi kopernya, lalu minuman. "pasti semua ini rencana mommy. mommy benar-benar ingin melihat ku menderita sepertinya" gerutu Sherin.
Setelah 20 menit barulah Sherin keluar dari kamar mandi tersebut. Gadis itu bernafas lega saat melihat tidak ada siapa-siapa di dalam kamar. Ia lalu mengambil ponselnya dan segera memesan setelan baju yang normal untuk dirinya.
Ceklek!
Suara pintu membuat Sherin menjadi kikuk, Ia tahu jika yang masuk pasti Bram. Tanpa menoleh, Sherin masih terus fokus dengan ponsel miliknya.
"cepat ganti pakaian mu" ujar Bram seraya melemparkan sebuah paper bag berwarna orange di atas sofa.
"jika dalam waktu 10 menit kau belum turun kebawah, maka aku akan meninggalkan mu sendiri disini" lanjut Bram
Sherin menoleh, gadis itu mengangkat kedua tangannya berkacak pinggang. "tinggalkan saja, aku bisa pulang bersama kakek dan mommy ku. Ada Gigi juga. Pergilah, aku tidak peduli" ujar Sherin.
"asal kau tahu, semua orang sudah pulang sejak pagi tadi. Baiklah jika itu maumu, kau pulang sendiri saja" Bram kemudian mengambil paper bag nya kembali, lalu berjalan untuk meraih kopernya yang sudah siap di angkut.
"eh tunggu! 10 menit kan? Tunggu sebentar. dasar lelaki tak sabaran!" Sherin menarik paper bag itu dari tangan Bram. lalu dengan secepat kilat masuk kedalam kamar mandi untuk mengganti pakaiannya.
Kedua pasangan yang baru saja menjadi sepasang suami istri itu terlihat sedang berjalan di koridor hotel, Sherin berusaha menjaga jarak agar tidak terlalu dekat dengan Bram yang notabennya sudah menjadi suaminya itu. Saat memasuki lift, Bram yang berada di depan Sherin itu terlihat berhenti sejenak.
"ih... Ada apa sih? Ayo masuk!" ucap Sherin yang kesal karena kepalanya terbentur di tubuh besar itu.
Tak memperdulikan ucapan Sherin, Bram tiba-tiba saja berjalan mundur dan meninggalkan Sherin di depan lift itu. Sherin kebingungan melihat tingkah Bram yang aneh itu.
"dasar aneh. Mau kemana lagi dia?" ucap Sherin seraya memasuki lift sendiri. Sherin melihat ada dua orang wanita yang berada di dalam lift itu, wanita satunya mungkin berusia 30 tahunan, sedangkan wanita yang satunya mungkin seumuran dengan dirinya.
Sherin mengeluarkan ponselnya dari dalam tas, ia mencoba untuk menghubungi Bram yang tiba-tiba saja entah kemana. Namun lelaki itu tak menjawab panggilan Sherin sama sekali. "oh ya ampun, aku benar-benar tak mengerti dengan dirinya" gumam Sherin pelan.
"hm, maaf nona. Anda baik-baik saja?" Sherin menoleh saat merasa dirinya sedang di ajak berbicara.
"aku baik-baik saja, terimakasih" jawab Sherin singkat. Sherin merasa aneh dengan pertanyaan wanita yang berada di belakangnya itu, apa ia terlihat sakit atau sedang meminta pertolongan sampai-sampai mendapatkan pertanyaan seperti itu?. Saat Lift terbuka, Sherin melihat suaminya itu sudah duduk manis di sofa lobby.
"mengapa kau tadi tiba-tiba pergi? Dasar aneh!" ujar Sherin saat dirinya baru saja tiba di hadapan Bram.
"sudah jangan banyak tanya. Ayo kita pulang sekarang" titah lelaki itu.
Ketika di perjalanan, Sherin merasa aneh dengan arah mobil Bram. Ini tak seperti jalan ke rumahnya, gadis itu pun segera bertanya kepada Bram. Namun jawaban Bram membuat Sherin protes keras.
"aku tidak mau! kenapa kau mengambil keputusan tanpa memberitahuku?"
Bram diam saja seraya fokus mengendarai mobil mewahnya, lelaki itu tampak tidak peduli oleh ocehan-ocehan gadis yang sudah berstatus sebagai istrinya itu.
"BRAM!? Aku sedang berbicara kepadamu!" Kesal Sherin.
"apa aku terlihat tertarik?" singkat Bram.
"POKOKNYA AKU MAU PULANG KE RUMAH KU!!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments