Sesuai dengan janji nya, Sherin sudah berada di kediaman sahabatnya itu. Ia mulai membantu segala persiapan yang ada. Sherin mengeluh setiap ia memasang dekor. Dirinya tak habis pikir dengan cita-cita Gigi yang satu ini.
"sungguh melelahkan" keluhnya.
"sudah, jangan banyak bicara. lakukan saja" jawab Gigi yang tengah sibuk mendekor.
"oh yah Gi, apa kau tidak mengundang Kak Kate? sudah sangat lama kita tidak bertemu dengannya" tanya Sherin penasaran.
"sudah! Aku semalam menghubunginya. Dia bilang akan melihat jadwal nya terlebih dahulu"
"jadwal? Dia seperti selebriti saja"
"ekhm! Sepertinya ada yang sedang membicarakan diriku" celetuk seseorang yang baru saja masuk kedalam mansion itu.
Sherin dan Gigi melototkan matanya melihat siapa yang sedang berdiri di hadapan mereka.
"KAK KATE?" ucap mereka berdua secara bersamaan.
Kate tersenyum dan segera berjalan menghampiri mereka. Mereka saling melepas rindu satu sama lain.
"Dimana Ayla? Apa kau tidak mengajak nya?" tanya Gigi yang melihat ke arah belakang Kate.
"Ayla sekolah. Aku tidak bisa membawanya"
"huh, sayang sekali. Padahal aku ingin menggigit pipinya yang bulat seperti mochi itu" Ucap Sherin yang ikut menimpali.
"Sherin, kau ini ada-ada saja" ucap Kate seraya memukul lengan Sherin pelan.
"oh yah Kak, kau pasti lelah kan? Ayo aku antar ke kamar biar kau istirahat dulu" ujar Sherin.
Gigi yang mendengar itu hanya bisa melongo, bukankah yang harus mengantar Kate itu dirinya? Kenapa jadi Sherin yang seperti tuan rumah disini.
"memang nya kau tau dimana kamar tamu nya?" tanya Gigi.
"tau lah! di atas kan? Di atas ada banyak kamar. Kak Kate bisa memilih yang dia suka. Ayo kak" ucap Sherin dengan pedenya.
Sherin membantu Kate membawa koper nya, dia sudah seperti pemilik rumah saja. Sherin membuka salah satu kamar yang dekat dengan kamar yang sering dia tempati ketika datang untuk bermain bersama baby aura.
"bagaimana? Kaka suka tidak dengan kamarnya?"
"kau ini ada-ada saja. tentu saja aku suka"
Sherin sengaja mengajak Kate untuk ke kamar, karena sejujurnya ia sangat lelah dari pagi membantu Gigi. Ia ingin merebahkan pinggangnya yang seperti nya sebentar lagi mau encok.
"hm, sepertinya aku melewatkan beberapa hal?" tanya Kate tiba-tiba. Sherin yang sedang rebahan akhirnya ikut duduk seraya menoleh ke arah Kate.
"apa benar sebentar lagi kau akan menikah?" sambung Kate.
Sherin hanya bisa mengangguk pasrah. Ia mulai menceritakan tentang dirinya dan Bram.
"sebenarnya hari ini hari pernikahan ku dengan lelaki itu. Tapi aku mencari alasan hingga akhirnya di undur. Jadi 3 hari lagi aku akan tunangan. Awalnya acara tunangan tidak ada, tapi aku bersikeras agar tunangan dulu. Padahal itu hanya alasan ku saja agar bisa mengulur waktu."
"menurut ku usaha mu itu hanya sia-sia saja. Lagipula apa yang kau takutkan? Menurut cerita Gigi, lelaki itu sudah sangat sempurna untukmu."
"kak, Ada banyak pertimbangan mengapa aku tidak menyukainya"
Kate mengelus lembut rambut Sherin. ia memberikan pengertian tentang pernikahan. Kate paham perasaan Sherin, terlebih lagi tidak ada cinta di antara mereka.
"yasudah, ayo kita kebawah. kasian Gigi harus melakukannya sendiri" ucap Kate.
Acara yang mereka tunggu-tunggu akhirnya terlaksana juga. Raut bahagia dari sepasang suami istri itu membuat Sherin ikut bahagia. Namun kebahagiaannya hanya sementara. Karena mood nya sudah rusak akibat sang mommy tiba-tiba mengajak Lelaki yang tidak ia sukai itu ikut serta.
"kau kenapa tidak mengajak calon suamimu berbincang Rin?" tanya Kate seraya menyenggol lengan Sherin.
"calon suami, calon suami. Tunangan saja aku sangat malas"
Sherin berjalan ke arah sepasang suami istri itu untuk mengambil alih baby aurora yang akrab mereka panggil aura.
"uh sayang, kau lelah yah?" ucapnya dengan suara yang begitu lembut.
"kau sudah sangat cocok menjadi seorang ibu, mommy jadi tidak sabar menggendong cucu mommy" celetuk sang mommy yang baru saja menghampiri dirinya.
"mom, please! Sehari saja jangan membuatku kesal"
"mommy yang seharusnya mengatakan itu. Bukan kamu!"
Sherin tak mau meladeni ocehan mommynya, ia lebih memilih membawa Baby aura pergi dari hadapan mommynya.
Acara syukuran itupun akhirnya selesai juga, para tamu undangan sudan kembali ke kediaman mereka satu persatu. Sekarang hanya menyisahkan beberapa orang saja, termasuk Bram.
"oh yah Bram, Rin. Selamat yah sebentar lagi kalian akan bertunangan" ucap Sky yang menbuat Sherin mengerucutkan bibirnya.
"terimakasih Sky" balas Bram.
"oh yah, kalian jangan lupa untuk datang" sambungnya.
"pasti"
Gigi dan Kate hanya bisa menahan tawa melihat ekspresi Sherin yang sudah sangat kesal. Mereka yakin bahwa Sherin saat ini sedang ingin meledak.
"Sherin, Bram. Kalian sebaiknya pulang saja dan segeralah beristirahat. 3 hari lagi kalian tunangan bukan?" ucap Gigi.
"oh, jadi kau mengusir ku?" protes Sherin kesal.
"ya ampun Sherin. aku bukan mengusir mu, tapi kau sebentar lagi akan mengadakan pesta yang sangat penting. KAU AKAN TUNANGAN! Dan kau harus fit. Iyakan kak Bram?"
Bram mengangguk setuju. Kate hanya bisa menggeleng kecil melihat perdebatan mereka. "sudahlah, kalian semua lebih baik istirahat. Aku juga sangat lelah"
Akhirnya Sherin berpamitan kepada mereka, tanpa menunggu lama ia langsung keluar dan berjalan ke arah parkiran. Namun ia merasa tidak melihat mobilnya dimana-mana.
"bukannya tadi aku memarkiran tepat di sini? Kenapa sekarang jadi tidak ada?" bingung Sherin.
"kau ikut aku" ucap Bram tiba-tiba.
"malas!" ketus Sherin.
"yasudah, kau jalan kaki saja"
Sherin mendengar ponselnya bergetar, sepertinya ada pesan untuknya.
"Sayang, kau pulanglah bersama calon suamimu. Mobil mu mommy yang bawa, maaf tidak sempat memberitahumu ~ Mommy"
Sherin menghentakkan kakinya dengan keras. Mommynya sungguh keterlaluan. Gadis cantik itu sungguh malas jika harus satu mobil dengan Bram.
"tapi.. ini sudah sangat larut. Apa ada taxi yang lewat di sekitaran sini yah?"
Sherin melihat mobil Bram sudah keluar dari parkiran, tinggal beberapa detik lagi, mobil itu akan melewati dirinya.
"EH STOP STOP" ucapnya seraya merentangkan tangannya di hadapan mobil Bram.
"ada apa? Bukannya kau ingin jalan kaki?"
"menyebalkan! Cepat buka pintu nya!"
Sherin masuk kedalam mobil dengan wajah yang kesal. Sepanjang perjalanan ia selalu menoleh ke arah jendela. Ia tak sudi menoleh ke arah Lelaki yang sebentar lagi akan menjadi suaminya.
"eh tunggu tunggu, ini bukan ke arah rumah ku. mau dibawa kemana aku?" batin Sherin gelisah.
"STOP! Ini bukan jalan ke rumahku. Kau mau membawa ku kemana hah?"
"apart!" singkat Bram tanpa menoleh sedikitpun.
"apart? Untuk apa? Kita mau apa disana? Aku tidak mau! Aku mau pulang ke rumahku!!"
"BERISIK! Bisa diam tidak? Telinga ku sakit mendengar suara bising mu"
"kalau begitu turunkan aku. Aku tidak mau ikut ke apart mu!"
bukannya mendengar ucapan Sherin, Bram malah menambah kecepatan mobilnya. Sherin benar-benar takut saat ini.
"turun!" ucap Bram yang baru saja memarkirkan mobilnya. Sherin yang masih kaget karena laju mobil yang sangat kencang hanya bisa pasrah mengikuti perkataan Bram.
"awas saja jika dia berani macam-macam kepada ku" batin Sherin seraya mengikuti Bram dari belakang.
"masuk!" ucap Bram.
"turun! Masuk! enak saja memerintah ku. Dasar lelaki sinting" batin Sherin kesal. Tapi dia tetap saja ikut untuk masuk ke dalam apartment, ini sudah dua kali Sherin masuk kedalam apart Bram. Ia masih ingat dengan jelas saat dia terbangun di kamar Bram.
Sherin mendudukkan dirinya di atas sofa, ia tidak mengerti mengapa Bram mengajak nya ke apart miliknya.
Bram yang baru saja keluar dari sebuah ruangan, ikut duduk bersama Sherin di sofa. Sherin melihat ada sebuah map merah di tangan Bram. Tapi apa isi map itu?
"apa itu kontrak pernikahan seperti di film-film?" pikirnya seraya menatap penuh selidik.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 73 Episodes
Comments