Beef Stroganoff

Ravi hanya menatap gemas ke istrinya. Dibilang enteng, tidak percaya. Dibilang tidak lebih berat dari dua karung kentang, dikira aku menyamakan dirinya dengan kentang. Sabar Ravi, sabar. Setidaknya ada kemajuan mau buatkan sarapan yang enak.

"Aku tidak menyamakan kamu dengan kentang Karina ... Habis aku bingung sama kamu ... Dibilang enteng tidak percaya ... Aku kan terbiasa mengangkat barbel jadi menggendong kamu itu bukan masalah ..." jawab Ravi sambil menikmati kopinya.

Karina hanya memandang Ravi dari balik mugnya. Mata biru kehijauannya tampak semakin hijau jika sedang marah dan entah mengapa, Ravi semakin terhipnotis dengan mata itu. Brengseeekkk... Kenapa aku semakin sayang sama petasan injak ini?

"Ravi ..."

"Ya ...?"

"Tiga tahun itu tidak lama ..."

"Lalu ?"

"Aku tidak takut menjadi janda tapi aku tidak siap menjadi ibu rumah tangga..."

Ravi tersenyum. "Carilah kesibukan, Karina. Kamu tahu kan kakak-kakak kamu semuanya bekerja sesuai dengan passionnya bahkan Lady Bradford sampai memilih pergi karena Sheikh Malik Al Khalifa melarangnya bekerja... Kamu itu sarjana matematika, cumlaude pula... Gunakan kemampuan kamu. Aku saja tidak mampu kuliah di jurusan eksakta..."

Karina mengerjap-ngerjapkan matanya. "Kamu lulusan apa?"

"Ilmu politik dan hubungan internasional di London University."

"Beda aliran."

Ravi mengangguk. "Justru karena itu. Aku dengar dari ibumu bahwa kamu mendapatkan banyak tawaran pekerjaan di beberapa perusahaan besar Swedia. Kenapa tidak kamu ambil ? Atau kalau kamu tidak mau bekerja dengan orang, kamu bisa menjadi boss diri sendiri seperti menjadi dosen..."

"Tapi menjadi dosen kan aku harus memiliki gelar magister..."

"Ambilah... Setidaknya kamu tidak merasa kesepian di rumah ..." bujuk Ravi. "Bagaimana besok kita ke kampus kamu di Stockholm University?"

Karina masih tidak bergeming.

"Pikirkan Karina. Kamu akan bosan di rumah ..."

"Aku akan bisa shopping atau bertemu dengan temanku..."

"Itu kegiatan tidak berfaedah..." ucap Ravi. "Cari kesibukan yang membuat kamu lebih baik ... "

"Shopping membuat aku lebih baik .. Dan aku tidak akan meminta uangmu, Ravi."

"Setelahnya? Hanya kesenangan sesaat tapi setelah itu... Sepi lagi kan? Lalu kamu ingin mengulanginya agar tidak merasa kosong ..."

Karina menatap sebal ke suaminya. "Memangnya kamu psikiater aku ?"

"Tidak Karina. Aku hanyalah seorang suami yang suka melihat istrinya memiliki kegiatan positif... Aku suka wanita cerdas dan mandiri, Karina. Kamu punya semua potensinya disaat orang lain iri padamu. Orang tua yang supportif, otak kamu yang cerdas di bidang akademik, uang yang banyak ... Tidak semua orang seberuntung kamu ..." jawab Ravi masih dengan nada sabar.

Karina terdiam.

"Sayang jika kamu sia-siakan hanya untuk acara dugem dan hura-hura tidak jelas. Kamu masih muda Karina ... Manfaatkanlah semua kelebihan yang kamu miliki..." lanjut Ravi.

Karina menatap wajah serius suaminya. Sangat berbeda dengan Oleg. Selalu hura-hura.

"Biar aku pikirkan..." jawab Karina pada akhirnya.

Ravi tersenyum. "Terima kasih Karina ..."

***

Siangnya Karina benar-benar tidak mau membantu Ravi yang menyiapkan makan siang. Pria itu membiarkan Karina sedang asyik melihat progam magister dari MacBooknya. Ravi tidak akan menganggu Karina dan baginya, istrinya mau membrowsing almamaternya saja, dirinya sudah senang, apalagi jika Karina mau mendengarkan permintaannya.

Kamu itu cerdas bahkan banyak perusahaan besar yang ingin merekrut kamu sebagai pegawainya tapi kenapa lebih memilih bersama Oleg. Apakah itu cara kamu mencoba mencari perhatian kedua orang tua kamu? - batin Ravi.

"Kamu masak apa ?" tanya Karina tanpa mengalihkan pandangannya dari layar MacBooknya.

"Beef stroganoff with pasta ..." jawab Ravi.

Karina menoleh. "Beef stroganoff? With pasta ?"

Ravi mengangguk ke arah istrinya yang tampak antusias.

"Apa pastanya?"

"Rotini."

"Al Dente ?" tanya Karina lagi sambil berjalan menuju dapur.

"Absolutely..." jawab Ravi sambil mengaduk beef stroganoff nya.

Karina melihat pasta yang sudah matang itu dan mengambilnya untuk dimakan.

"Heeeeiiii... " protes Ravi.

"Cek doang ..." jawab Karina judes. "Yep, Al Dente ..."

Ravi menggelengkan kepalanya.

"Aku lapar... Berapa lama lagi .." tanya Karina sambil melihat panci berisikan masakan Ravi.

"Lima menit lagi. Bagaimana kalau kamu membantu meyiapkan piring?"

Karina pun berjalan ke lemari tempat piring berada dan mulai menata meja. Ravi tersenyum diam-diam karena dia bertanya pada Irina makanan kesukaan Karina.

Dari perut turun ke hati seperti kata pepatah.

***

Beef stroganoff

Karina makan dengan lahap beef stroganoff buatan Ravi dan suaminya hanya menatapnya dengan berusaha datar karena dia ingin bersorak istrinya tidak seperti petasan injak lagi.

"Ini enak ..." ucap Karina. "Lebih enak dari buatan ku ... Kamu pakai... Kapulaga?"

"Wow lidah kamu sensi juga ya tahu apa yang aku masukkan ..." senyum Ravi.

"Makanya terasa lebih ... Enak dan sedikit India..." sindir Karina.

"Hei, I'm an Indian... What do you expect?" kekeh Ravi.

"Bisa dimaafkan karena enak ..."

"Terimakasih Karina..." jawab Ravi takzim.

"Ravi ..."

"Ya ?"

"Besok aku mau shopping. Sendirian. Is that okay ?"

Ravi sedikit keberatan tapi demi tidak terjadi keributan, akhirnya dia mengangguk.

"Kamu mau kemana ?"

"IKEA."

***

Malam harinya mereka makan sisa beef stroganoff dengan nasi biryani. Karina merasa sangatlah kenyang karena menunya adalah kesukaannya dan Ravi ikut senang melihat istrinya sangat menikmati masakannya.

***

University of Stockholm

Karina mendatangi pihak adminstrasi fakultas matematika bagian magister. Tentu saja semua orang disana mengenal Karina, gadis genius yang sangat suka matematika.

"Karina ... Slutligen, vill du läsa ett masterprogram ( akhirnya kamu mau mengambil program magister)?" sapa Professor Jorgen Nielsen, salah satu dosen favorit Karina.

"Ja professor. Jag antar att jag måste använda min hjärna, eller hur ( Iya Professor. Bukankah aku harus memanfaatkan otakku ini bukan )?" senyum Karina.

"Jag är glad att du tar college igen ( aku senang kamu mengambil kuliah lagi ). Men hur är det med din man ( tapi bagaimana dengan suami kamu )? Ni har precis gift er ( kalian kan baru menikah )." Profesor Jorgen Nielsen menatap serius ke Karina.

"Suamiku pasti akan sibuk dengan pekerjaannya dan dia juga yang mendorong aku untuk mencari kegiatan berguna. Pilihannya hanya ada dua, bekerja atau kuliah ... Tentu saja aku memilih kuliah saja ..." jawab Karina.

Profesor Jorgen Nielsen mengangguk. "Din man är en bra man ( suami kamu orang baik ). Hans tankesätt är väldigt öppet sinne ( pola pikirnya sangat open minded ). You're so lucky to have a husband like that ( kamu sangat beruntung memiliki suami seperti dia ) karena tidak semua suami ingin melihat istrinya mandiri apapun ras bangsanya. Jangan sampai kamu lepaskan Karina ... Dia suami yang memiliki kedewasaan emosi..."

Karina hanya diam saja. Maaf Professor, kami hanya nikah sementara.

***

Yuhuuuu Up Sore Yaaaaaaaa

Thank you for reading and support author

Don't forget to like vote and gift

Tararengkyu ❤️ 🙂 ❤️

Terpopuler

Comments

awesome moment

awesome moment

skrg...sementara. bntar lgi...selamanya

2024-08-09

2

Murti Puji Lestari

Murti Puji Lestari

belum aja kena batunya kamu karina

2024-07-05

1

Tarminah Tarminah

Tarminah Tarminah

lanjutt

2024-07-01

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!