Risha memperhatikan Nara dari kejauhan sejak tadi dan juga melihat Raka yg bersama dengan Nara.
"aku tdk bisa melihat jelas,siapa laki-laki yg bersama dengan Nara."gumam Risha dari dalam mobil.
"kalau di lihat dari pakaiannya sepertinya pria itu sangat kaya,kenapa Nara selalu beruntung di cintai pria tampan dan juga kaya raya."
Ada kekesalan di hati Risha saat melihat Nara lebih beruntung di bandingkan dirinya.
Dirgan mengirimkan surat cerainya ke rumah Risha melewati pengacaranya.
TING.. TONG...
tdk lama pintu rumahnya terbuka.
"cari siapa."tanya Bara di ambang pintu.
"saya pengacara pak Dirgan ingin mengantarkan surat ini untuk di tandatangani oleh Bu Risha."
"anak saya tdk di rumah,nanti saya akan berikan surat ini padanya."ujar Bara kepada pengacara Dirgan.
"baik pak,terima kasih."
"iya, sama-sama."
Pengacara itu pergi dan Bara kembali masuk ke dalam rumah,kemudian menyimpan surat itu di meja ruang tamu.
Dirgan berada di kantornya dengan documen yg menumpuk di hadapannya.
tdk lama pintu ruangannya terbuka dan ternyata Risha datang tanpa memberitahu terlebih dahulu.
"kenapa kamu ke sini? aku sudah mengirimkan surat perpisahan kita ke rumah kamu."ujar Dirgan yg fokus pada Laptop.
"aku tdk mau berpisah,aku juga tdk akan menandatangani surat itu."kekeh Risha berjalan ke arah Dirgan.
"cukup Risha sikap kamu yg seperti ini yg selalu membuat aku muak."tegas Dirgan emosi.
"apa aku sangat jahat di mata kamu dan keluar kamu,mas? Apa aku serendah itu? Apa aku seburuk itu di mata kalian semua? Apa ku tdk pantas mendapat kebahagiaan yg aku inginkan?"ujar Risha menatap erat Dirgan.
"kamu sendiri yg membuat itu semua terjadi Risha,Perlakuan jahat kamu yg membuat kita semua muak,kebahagiaan seperti apa yg kamu inginkan sedangkan kemu sendiri menghancurkan kebahagiaan orang lain."cecar Dirgan sembari menatap ke arah jendela.
"jadi menurutmu aku salah? Kamu harus ingat baik-baik mas,apa yg terjadi sama pernikahan kamu dan Nara adalah kesalahanmu juga,kamu yg melepaskan dia tanpa berfikir panjang."Risha membuka kembali masa lalu Dirgan.
Dirgan membalikkan badannya dan menatap Risha yg sedang menangis di ruangannya.
"kenapa kalian semua memojokkan aku seolah semua yg terjadi karena kesalahanku,apa kalian pernah memikirkan perasaan aku semenjak aku kembali ke sini? Tidak mas,kalian semua justru membuatku jatuh lebih rendah lagi,hinaan kalian semua membuatku semakin sakit padahal seharusnya kalian yg merangkulku,3 tahun aku berjuang sendirian setelah kecelakaan itu dan berusaha kembali lagi pada kalian,tapi apa bukannya perhatian justru aku menerima penghinaan kalian."Tangisan sendu dan rasa sakit Semuanya di lontarkan oleh Risha.
Dirgan bingung melihat tangisan Risha yg seolah menahan rasa sakitnya selama ini,Kini Dirgan di ambang kebingungan karena tdk tau harus bersikap seperti apa.
setelah mengatakan hal itu Risha keluar dari ruangan Dirgan sembari menangis.
Jiya yg baru saja turun dari mobil melihat Risha yg berlari masuk ke dalam mobilnya.
"hah,pasti drama baru lagi! Gk ada capeknya banget sih dia!"gumam Jiya memperhatikan mobil Risha yg meninggalkan area kantor.
Ternyata Dirgan mengejar Risha tapi sayangnya sudah terlambat,Risha sudah pergi meninggalkan kantor.
"Mas,Kenapa?"tanya Jiya menepuk pundak Dirgan.
"gk apa-apa,kamu baru sampai?"tanya Dirgan.
"iya baru aja sampai,tadi liat nenek lampir keluar sambil nangis,ada apa lagi mas?"ujar Jiya menatap Dirgan.
"mas bingung banget,apa pernikahan mas harus gagal untuk yg kedua kalinya? Dulu perceraian mas sama Nara kerena kesalahan mas yg memilih Risha,mas bingung banget di satu sisi mas masih sangat mencintai Risha,tapi juga sangat membenci sikapnya."jelas Dirgan lesu.
Hari sudah menunjukkan pukul 5 sore Devan seharian bermain dengan Raka dan Nara bahkan pergi ke taman bersama.
sekarang mereka bertiga berada di rumah Nara dan Raka menghantarkan mereka dengan selamat.
"kalian tinggal di sini?"tanya Raka menggandeng Devan.
"iya pa,aku sama Bunda tinggal di sini berdua."jawab Dirgan menatap Raka.
"iya gue tinggal di sini sama Devan,sengaja sih sebenarnya karena areanya yg tenang dan jauh dari bisingnya kendaraan,suasana desanya yg sangat di sukai oleh Devan,di tengah kota seperti ini kan hanya di sini yg memiliki suasana setenang ini."jelas Nara kepada Raka.
"papa tinggal di sini aja sama kita."pinta Devan menarik tangan Raka.
"emmzz Devan masuk dan mandi dulu udah bau aseeemmm."pinta Nara menoel hidung Devan.
"siap bunda."Devan memberikan hormat kepada Nara.
Nara dan Raka tertawa melihat tingkah menggemaskan Devan yg lagi ke dalam rumah.
"terima kasih udah main sama Devan,maaf ya sekali lagi gue ngerepotin Lo."ucap Nara duduk di teras.
"gk apa-apa,kalau Lo butuh sesuatu atau Devan kenapa-napa hubungin gue aja ya."ujar Raka tersenyum.
di tengah obrolan mereka ponsel Raka berdering Nara menoleh ke arah Raka.
"hallo ma,ada apa?"tanya Raka di sambungan telepon.
"
"iya sebentar lagi aku pulang,tapi aku ingin menunjukkan sesuatu sama mama,kita alihkan panggilannya ke Video call aja ma."
"ada apa sih? Apa yg mau kamu tunjukkan ke mama? Cepat mama lgi masak makan malam ini."
"coba mama liat aku sama siapa."
"itu siapa...seperti gk asing mukanya!"
Nara tersenyum dan melambaikan tangan kepada mamanya Raka yg sedang kebingungan.
"siapa ya? Aduh mama lupa Raka!"
"Tante browniesnya gosong..."
"hah Brownies gosong? Tante gak...astaga Nak Nara,iya Tante baru ingat Kamu Nara ya?"
"Tante apa kabar? Masih suka buat brownies gak?"
"Tante baik,sini main ke rumah kita buat brownies lagi sama kayak dulu ya,Tante tunggu."
"nanti aku ke sana ya Tante,bye."
"bye cantik."
Mereka mematikan sambungan telponnya dan Raka kembali menyimpan ponselnya.
"kamu masih ingat aja sama brownies yg gosong itu,kalau di ingat-ingat lucu juga waktu itu kamu nangis karena browniesnya gosong."ledek Raka membuat Nara malu.
"udah ih jangan di ingat terus malu tau."protes Nara menunduk.
"ini udah malam,besok pagi Lo dandan yg cantik gue jemput kalian berdua ke sini."ujar Raka tersenyum.
Devan keluar dari rumah dan langsung memeluk Raka dengan erat,Nara tersenyum melihat anaknya yg tdk mau lepas dari Raka.
"papa mau kemana? Di sini aja sama Devan."rengek Devan memeluk Raka.
"gak bisa sayang,papa harus pulang ke rumahnya besok lagi ya mainnya kasian papa capek."pujuk Nara mengelus punggung Devan.
"gak mau,Devan mau ikut papa aja bunda."kekeh Devan hampir menangis.
"gak boleh..."
"gue bawah Devan nginep di rumah ya,Lo gk keberatan kan? Kalau gue yg nginep di sini nanti di kira apa sama orang-orang."ujar Raka meminta izin Nara.
"jangan Deh nanti ngerepotin Lo lagi."jawab Nara.
"boleh bunda? Janji Devan gk nakal."ujar Devan memajukan jari kelingkingnya.
Nara menatap Raka sebentar kemudian mengangguk,Raka membawa dengan kerumahnya dan sangat terlihat Devan senang dan menyukai. Raka.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments
Shinta Dewiana
namanya juga anak kecil pastilah sangat membutuhkan kasih sayang yg utuh..
2024-08-01
0
Fawaz Al ashy
kalau gue jadi nara gua akan balik lagi kemasa lalau dgn Dirga orang nya labil gak bijak ambil keputusan gue mending pilih raka kalau emang dia tulus.. /Smug/
2024-07-28
0
Lismawati
kasian Devan dia benar" merindukan sosok ayah yg bisa menyayanginya ,aku membacanya ikut sedih ank sekecil itu di buli kwn gk ada bpk, berilah thor kebahagiaan tuk Devan dan Nara. lanjuuut thor 💪💪
2024-07-15
2