Hari sudah gelap dan mereka sudah makan malam tapi Risha belum juga kembali,semakin hari sikap Risha semakin sulit di kontrol.
Dirgan sudah lelah padahal sering kali Dirgan sudah menegurnya dengan banyak cara,Bahkan Rita dan Bara sebagai orang tuanya saja sudah lelah.
"masih mau mas mempertahankan dia? 5 tahun bukan waktu yg sebentar mas,bahkan sikapnya semakin keterlaluan dan tdk menjalankan tugasnya sebagai istri,dia hanya menumpang hidup saja di rumah ini,kerjaan dia setiap hari minta uang trus."ujar Jiya dengan wajah kesalnya.
"maksud Lo apa?"tanya Risha yg ternyata baru saja pulang.
"apa sih Lo Nyamber aja deh,Lo gk di ajak kali!"saut Jiya menatap sinis ke arah Jiya.
"Jangan cari masalah deh Lo di sini cuma numpang berlagak banget jadi orang,Kurang ajar banget Lo ngerjain gue sama teman gue tadi siang."marah Risha menatap Jiya.
"udah diam! Lagi makan juga malah berantem!"tegur Tono kepada Jiya dan Risha.
"dia keterlaluan pah!"ucap Risha mengaduh.
"kamu yg keterlaluan Risha,kamu sengaja nyuruh Jiya masak trus kamu bilang dia babu,sopan santun kamu di mana?"ujar Dirgan menegur Risha.
"mas,kok kamu belain dia sih!"protes Risha tdk suka.
"karena aku benar,makanya kalau mau ngerjain orang liat dulu siapa orangnya,Lo pikir gue mau jadi babu Lo dan asal Lo tau lebih pantas orang gk tau diri kayak Lo jadi babu."ucap Jiya kemudian berjalan ke kamarnya.
Semua orang meninggalkan Risha yg terlihat kesal saat semua orang tdk memperdulikan dirinya,melihat hal itu Dirgan sudah muak dengan semua tingkah Risha.
"besok aku akan mengantar kamu pulang ke rumah orang tua kamu Risha,aku sudah muak dengan sikap kamu yg tdk tau diri itu."ucap Dirgan kemudian berbaring di kasur.
"apasih mas,aku gk mau pulang ke sana."jawab Risha menatap punggung Dirgan.
Dirgan mendengar apa yg di katakan Risha tapi memilih untuk mengabaikannya,Risha kenal Dirgan Tdk merespon dirinya dan memilih untuk tidur juga.
Nara sudah berada di rumah milik kakeknya yg sudah menjadi atas namanya,rumah itu warisan dari kakeknya sebelum meninggal.
Rumah yg sangat nyaman dan halaman yg hijau terlihat menyegarkan mata,Walaupun terbuat dari kayu tapi rumah itu memiliki dua tingkat.
"ini rumah siapa?"tanya Devan menggandeng tangan Nara.
"dulu rumah ini milik kakek bunda,kamu suka rumahnya?"ujar Nara menatap Devan.
"suka bunda."jawab Devan dengan gemas.
"baiklah sebaiknya kamu mandi dulu,setelah itu kita istirahat ya karena besok ibu ada kerjaan dan kamu harus ikut."jelas Nara menangkup wajah Devan.
"siap Bun."jawanya dengan senyum manisnya.
Nara melihat Devan yg berlari ke dalam kamar yg sudah di siapkan oleh Nara,Sejak umur 2 tahun Nara membiasakan Devan mandiri dan ditidurkan di kamar terpisah.
Setelah bersih-bersih Nara masuk ke dalam kamar yg di tempati Devan karena tdk mendengar suaranya,Ternyata saat membuka pintu kamar Devan sudah tidur dengan lelap.
"pasti sangat lelah,Maaf ya nak bunda harus membawa kamu ke mana-mana."ucap Nara pelan sambil menyelimuti Devan.
karena tdk mau mengganggu Istirahat Devan kini Nara kembali ke dalam kamarnya.
semenjak perpisahannya Nara tdk pernah lagi berkomunikasi dengan Dirgan dan juga keluarganya,sengaja hal itu di lakukan oleh Nara karena rasa kecewa dan ingin fokus pada kehamilannya.
*****
pagi harinya Nara dan Devan bersiap berangkat ke tempat acaranya,begitu juga dengan Dirgan,Tono,Jiya,Yuni yg sudah berjalan ke tempat party peresmian kantor cabang yg baru.
"nanti kalau sudah di sana jangan jauh-jauh dari bunda ya,bunda gk mau anak gantengnya bunda kenapa-napa."pesan Nara mencubit pelan pipi Devan.
"siap bunda cantik."jawab Devan tersenyum.
"anak pintar."ucap Nara.
Mereka berjalan menggunakan mobil di sewa oleh Nara selama berada di Korea.
Dirgan dan keluarganya sudah sampai di tempat acara banyak karyawan dan rekan bisnisnya yg menyambut Dirgan.
"selamat pak Dirgan."
"selamat Pak."
"selamat atas pembukaan cabang barunya."
"terima kasih."ucap Dirgan kepada mereka.
Dirgan mengobrol bersama dengan rekan bisnisnya dengan serius,karena belum sampai waktunya Dirgan belum memotong pita peresmiannya.
Nara turun dari mobilnya menggandeng Devan dan masuk ke tempat acara.
"Hallo,selamat datang."
"silahkan masuk Bu,sebentar lagi acara akan segera di mulai."
Nara tersenyum kemudian masuk untuk bertemu dengan para tamu undangan yg ada di acara itu.
Jiya yg sedang mengobrol dengan karyawan melihat seseorang yg di kenalnya.
"mbak Nara!"
Jiya terus menatapnya sehingga dirinya benar-benar yakin kalau yg di lihatnya adalah Nara,tanpa menunggu lama Jiya mengikutinya.
setelah berada di belakang Nara dengan cepat Jiya menepuk pelan pundaknya,sehingga membuat Nara menoleh.
"j-jiya!"ucap Nara kaget melihat keberadaan Jiya.
"Mbak."sapa Jiya langsung memeluk Nara.
Mereka langsung berpelukan melepas rindu karena sudah lama tdk ketemu.
"aku kangen banget sama Mbak!"ucap Jiya sembari memeluk Nara.
"mbak juga kangen banget sama kamu,gimana kabar kamu Jiya?"tanya Nara menatap Jiya.
"aku baik,mbak kemana aja selama ini? aku selalu mencoba menghubungi nomer Mbak tapi gk bisa!"ujar Jiya kepada Nara.
"maaf ya Jiya mbak ngk ngabarin kamu."ucap Nara merasa bersalah.
Nara berjongkok dan menatap anak kecil yg sejak tadi berpegangan dengan Nara,Sesekali Jiya menatap Nara karena bersama anak kecil.
"hai adek ganteng,Namanya siapa?"sapa Jiya sembari tersenyum.
"Devan Tante."jawabnya dengan lembut.
"Mbak,Dia anakmu?"tanya Jiya berdiri.
"iya dia anakku namanya Devan,usianya udah jalan 5 tahun."jawab Nara.
Yuni mencari keberadaan Jiya tapi tdk menemukannya dan kemudian bertanya pada Dirgan.
"Kamu lihat Jiya nak?"Tanya Yuni kepada Dirgan.
"mungkin ada di sekitar sini ma,atau ke kamar mandi coba mama telpon dia."ujar Dirgan mencari ke sekitar.
Yuni mengambil ponselnya dan menghubungi nomer Jiya.
"Tante Yuni,dia pasti nyariin aku."ucap Jiya menatap ponselnya.
"jangan bilang kalau aku ketemu sama mbak."mohon Nara memegang tangan Jiya.
Jiya mengangguk kemudian mengangkat Telponnya.
"iya Tante,kenapa?"tanya Jiya.
"kamu dimana? Dari tadi Tante cari gk ada!"
"aku ke toilet sebentar,perut aku tiba-tiba mules."bohong Jiya kepada Yuni.
"kamu sakit?"
"ngak kok cuma mules aja tante,nanti aku kesana kalau sudah selesai."
"ya sudah."
Setelah itu Jiya mematikan Sambungan telponnya dan kemudian kembali menatap Nara.
"Mbak harus jelasin semuanya sama kau,ayo ikut aku sebelum mereka liat keberadaan Mbak di sini dan takutnya si nenek lampir datang,itu sangat bahaya buat kalian berdua."jelas Jiya menari pelan tangan Nara.
"Mobil mbak ada di perkiraan depan,kamu ambil ya."pinta Nara menyerahkan kuncinya pada Jiya.
Jiya mengangguk kemudian bergegas keluar dari pintu,sementara Nara melalui pintu lain agar tdk ada yg melihat keberadaannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 39 Episodes
Comments
Shinta Dewiana
kenapa mesti takut toh mereka tdak ada hubungan lagi....hisss
2024-08-01
2