Kakek Penjual Kue Putu

Malam ini Ali menginap di rumah Rio. Besok pagi mereka akan sama-sama berangkat ke luar daerah untuk keperluan kantor. Mereka berdua menjadi wakil dari perusahaan tempat mereka bekerja untuk melakukan inspeksi ke pabrik-pabrik cabang dari induk perusahaan mereka.

Kampung Rio dekat dengan bandara. Itulah alasannya kenapa Ali menginap di rumah Rio. Besok pesawat berangkat pagi mereka tentu saja tidak ingin ketinggalan pesawat.

*

Setelah rampung jam kerja Ali bersama Rio langsung pulang ke rumah Rio. Ini adalah kali pertama ia berkunjung ke rumah teman satu divisinya itu. Dari kantor menuju ke rumah Rio jaraknya setengah jam perjalanan tidak terlalu jauh.

Dengung suara pesawat terbang yang lepas landas mau pun mendarat mulai bisa terdengar dengan jelas ketika semakin dekat dengan lingkungan tempat tinggal kawannya itu. Sebuah pengalaman baru yang bertolak belakang bagi Ali yang merupakan anak asli asal pesisir.

“Kenapa?”, tanya Rio sewaktu mereka sampai di kampung tempat Rio tinggal.

Rio melihat ekspresi Ali yang tiba-tiba saja berubah ketika memasuki jalan kampung. Ali hanya menggerakkan kedua alisnya menjawab pertanyaan Rio.

Ali memang mempunyai bakat alami yang dianugerahkan kepadanya tanpa diminta. Dari sejak kecil ia sudah bisa melihat makhluk halus atau juga yang disebut dengan jin. Ali adalah seorang yang mempunyai indra keenam ia bisa melihat para penghuni dari alam lain.

Tidak banyak yang tahu kalau Ali bisa melihat makhluk gaib. Hanya beberapa kawan dekatnya saja yang ia kasih tahu dan menerima kelebihannya ini. Salah satunya adalah Rio. Temannya itu seakan telah tahu isyarat dari Ali yang baru saja menjawab pertanyaannya dengan meninggikan kedua alisnya.

“Tadi kamu lihat apa?”, tanya Rio kepada Ali setelah mereka sampai di rumah.

“Itu tadi di pohon besar jalan masuk kampung. Ada genderuwo besar banget”, jawab Ali.

“Itu sudah legend di kampung ini. Beberapa orang di kampung juga pernah diganggu. Apalagi orang-orang dulu. Bapak ku saja waktu kecil juga sering lihat”, cerita Rio membenarkan kesaksian Ali.

*

Malam harinya selepas isya Ali dan Rio menghabiskan waktu di teras rumah untuk bermain catur sambil ditemani nikmatnya kopi homemade buatan sendiri.

“Belum datang? Udah jam sembilan lewat”, kata Ali.

“Bentar lagi. Paling dia masih di kampung sebelah”, kata Rio.

Selain genderuwo yang bersemayam di pohon besar tadi Rio juga menjanjikan kepada Ali jajanan makanan yang khas legendaris yang masih berjualan di kampungnya. Yaitu kue putu. Penjual kue putu di kampungnya adalah seorang kakek yang biasanya mulai berjualan dari sehabis magrib hingga larut malam berkeliling kampung dengan sepeda ontelnya.

“Tut… tut… tut….”,

Bunyi suara uap yang khas keluar dari dalam tabung bambu tempat kue putu dikukus terdengar oleh Ali dan Rio. Kakek penjual kue putu lewat di depan rumah Rio.

“Beli putunya mbah”, kata Rio.

Ali dan Rio pun menghampiri kedatangan penjual itu untuk membeli jualannya.

Isian gula jawa yang dibalut parutan kelapa dan tepung beras butiran kasar. Dimakan selagi hangat sungguh nikmatnya.

Mereka membeli dua piring penuh kue putu legend buatan sang kakek. Satu piring untuk dinikmati Ali dan Rio lalu satu porsi lagi untuk orang rumah.

*

“Kenapa?”, tanya Rio yang mendapati Ali susah tidur.

“Tadi kakek penjual kue putu”, kata Ali.

“Itu namanya mbah Sastro. Ada apa?”, tanya Rio.

“Kamu perhatikan tidak mbah Sastro pas nuntun sepedanya?” kata Ali.

“Lama, berat”, terang Ali.

“Itu karena memang mbah Sastro sudah tua saja”, jawab Rio.

“Bukan”, sanggah Ali.

“Itu karena ada yang ngebonceng di sepedanya mbah Sastro”, terang Ali.

“Serius?”, Rio terkejut.

“Sosoknya gimana?”, tanya Rio penasaran.

“Sosok itu ngebonceng, duduk di atas ban belakang sepeda mbah Sastro”, kata Ali.

“Pantes jalannya lama”, sahut Rio.

“Sosoknya anak kecil. Pakai kaos, celana pendek. Seumuran anak SD lah”, terang Ali.

“Serem nggak?”, tanya Rio makin penasaran.

“Wajahnya mengelupas separuh. Kulit wajahnya mengelupas separuh. Kelihatan merah daging separuh mukanya. Kulitnya yang terkelupas masih nempel di dagu. Belum lepas. Menggelantung”, deskripsi Ali.

*

Habis subuh. Ali dan Rio sholat berjamaah di masjid kampung. Mereka berencana menemui mbah Sastro kakek penjual kue putu perihal peristiwa semalam. Ali ingin mencoba menolongnya.

Ali bisa berbicara dengan sosok anak kecil yang mengikuti mbah Sastro ketika ia keliling berjualan. Tapi untuk itu ia perlu berbicara dulu kepada mbah Sastro dan menerangkan semuanya dengan baik-baik.

Ketika mbah Sastro selesai dari dzikirnya seusai sholat subuh Ali dan Rio pun menghampirinya waktu kakek itu hendak pulang. Tapi jawaban yang didapat mereka berdua justru malah membuat mereka tercengang.

“Tidak usah repot-repot mas”, kata mbah Sastro.

“Anak kecil itu sudah mengikuti saya dari sejak dulu”, terangnya.

*

Dulu

“Minta kue nya”,

“Kamu suka kue putu?”, tanya Sastro kepada anak kecil yang menghampirinya waktu ia sedang singgah saat keliling berjualan.

“Suka”,

“Ibuku yang sering membelinya”, jawab anak kecil itu.

“Kenapa jualannya malam-malam? Apa tidak takut?”, tanya anak kecil itu.

“Enak malam. Dingin. Kalau siang kepanasan”, jawab Sastro.

“Kamu bukannya yang kecelakaan lalu meninggal kemarin sore?”, tanya Sastro.

Anak kecil itu mengangguk.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!