ARSIP KISAH HOROR
Malam minggu ini aku pulang agak larut. Baru saja aku menghadiri acara pesta ulang tahun teman baikku sekaligus kawan satu gengku di sekolah yang merayakan ulang tahunnya yang ke tujuh belas. Aku akan dicap sebagai pengkhianat jika tidak hadir di pesta malam ini. Perayaan ulang tahun sahabatku yang sudah aku kenal dari sejak sekolah dasar.
Aku sebenarnya tidak terlalu suka dengan pesta yang mengundang orang banyak yang tidak semua orangnya aku kenal. Akan lebih menyenangkan jika berkumpul hanya dengan orang-orang yang sudah akrab saja. Tapi agenda malam ini juga berhasil menyelamatkanku dari rutinitas acara keluarga yang setiap satu bulan sekali diwajibkan oleh orangtuaku. Yaitu berkunjung dan menginap di rumah nenek di desa.
Sebenarnya tidak ada salahnya acara keluarga ini. Dahulu ketika aku masih kecil aku juga merasa senang sekali untuk berkunjung ke rumah nenek yang berada di desa. Aku sungguh menikmatinya bermain bersama anak-anak di kampung. Berlarian di sawah dan bermain air di sungai yang jernih dengan udara pegunungan yang begitu sejuk. Tapi kini aku sudah besar. Sudah tidak relevan lagi untuk melakukan hal semacam itu. Untuk gadis remaja seusiaku tentu saja aku lebih suka untuk berkumpul dengan teman-teman dekatku.
Aku tiba di rumahku sendiri yang sudah tidak berpenghuni karena ditinggal pergi jam 10 malam. Jika papaku di rumah pasti aku kena semprot pulang semalam ini. Rumahku sekarang benar-benar sepi apalagi ART rumahku juga sudah izin dua hari ini untuk pulang kampung karena ada hajatan di keluarganya.
Orangtuaku mengizinkan aku untuk tinggal di rumah sendiri malam ini karena aku bilang kepada mereka kalau sehabis dari pesta ulang tahun dua kawan baikku yang juga sudah kenal dengan orangtuaku akan menginap di rumah untuk menemaniku selama papa mamaku dan juga adik-adikku pergi ke desa. Tapi nyatanya kedua kawan ku itu membatalkan janji mereka karena alasan yang tidak jelas sama sekali. Jadinya untuk malam minggu ini aku akan tinggal di rumah seorang diri.
***
Setelah mengunci pagar rumah dan pintu utama aku langsung saja naik ke lantai dua dimana kamarku berada. Pesta itu membuatku lemas dan kepalaku sedikit pusing. Aku langsung menjatuhkan badanku di atas kasur untuk tertidur.
“Tin…. Tin…. Tin….”, bunyi suara klakson.
Aku terbangun dari tidur yang belum cukup lama. Rasanya masih lemas dan badanku pegal-pegal. Suara klakson mobil yang familiar itu memaksaku untuk membuka mata lalu turun ke lantai bawah untuk membukakan pintu.
Waktu aku menuruni anak tangga, aku yang masih mencoba mengumpulkan kesadaranku sepenuhnya menjadi heran ketika aku melihat jam dinding di ruang tamu. Ternyata sekarang baru pukul 02.00 pagi, pikirku kenapa mereka pulang?
Aku membukakan pintu utama karena memang aku mengunci secara manual dari dalam sehingga tidak bisa dibuka hanya dengan kunci pintu dari luar saja. Setelah pintu kubuka aku melihat keluargaku yang sudah berdiri mematung di depan pintu. Papa mamaku dan dua adikku yang masih kecil. Tanpa berkata-kata mereka langsung masuk ke dalam rumah kemudian masuk ke kamar mereka masing-masing.
“Mobilnya tidak dimasukkan garasi sekalian Pa?”, tanyaku kepada papa.
Aku melihat papaku yang berjalan tertunduk dengan langkah terburu-buru menjawabnya dengan menggelengkan kepalanya. Aku melihat mamaku yang sudah ambruk di tempat tidur. Terlihat kalau mereka sangat lelah sekali. Aku tak akan menanyakan alasan mereka kenapa pulang selarut ini dari perjalanan yang biasanya kami lakukan. Setidaknya tidak saat ini. Aku juga sudah tidak melihat kedua adik laki-laki kembarku yang ketika masuk rumah langsung berlari menaiki anak tangga menuju ke kamar mereka di lantai dua yang bersebelahan dengan kamarku.
Ingin segera kembali tidur aku pun langsung saja kembali mengunci pintu.
***
Tiba-tiba aku kembali terbangun. Aku mendengar suara pintu kamarku dibuka. Aku memang tidak pernah mengunci pintu kamarku sewaktu tidur. Aku menoleh ke arah pintu. Rupanya papa mama dan juga adik-adikku masuk ke dalam kamarku. Mereka berdiri mematung memandangiku. Aku melemparkan senyum kepada mereka. Dalam batinku apa yang mereka lakukan mendatangiku di waktu tidur? Apalagi mereka baru saja pulang.
Kemudian aku perlahan mulai sadar. Saat sekilas melihat mereka aku melihat juga pintu kamarku yang ternyata masih tertutup rapat. Kemudian aku pandangi lagi keluargaku itu. Setelah melihat mereka dengan seksama rupanya aku dapati wajah mereka putih pucat. Dan setelah lebih lama lagi aku memandangi mereka aku sama sekali tidak mengenali wajah-wajah mereka. Siapakah mereka sebenarnya? Mereka bukanlah keluargaku.
Aku ingin berteriak tapi tidak bisa. Tubuhku menjadi terbujur kaku. Aku juga tidak bisa bergerak. Aku tidak kuat lagi bertahan di situasi ini. Mataku terpejam pingsan setelah melihat mereka berempat, orang asing itu menyeringai menyeramkan kepadaku.
***
Terdengar suara keributan. Sepertinya ada orang-orang yang sedang beradu mulut. Kegaduhan itu membangunkanku. Setelah terjaga aku langsung bangun dari tempat tidur lalu membuka jendela kamarku. Aku ingin sinar matahari menerangi gelap ruang kamarku yang beberapa waktu lalu masih teringat dengan jelas memberikan rasa takut yang luar biasa kepadaku.
Dari jendela kamarku aku bisa melihat keributan itu berasal dari tukang sayur yang motornya jatuh sedang beradu argument dengan bapak-bapak tua yang sedang bersepeda. Sudah ada beberapa orang yang menengahi permasalahan mereka.
Aku melihat halaman depan rumahku. Mobil keluarga tidak ada di sana. Itu artinya semalam tidak ada yang pulang setelah aku. Hanya aku sendiri yang berada di rumah ini.
Aku pun memastikannya dengan menghubungi keluargaku yang kini tengah berada di rumah nenek di desa. Dengan sangat jelas terkonfirmasi melalui video call mereka baik-baik saja sedang sarapan bersama.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Herlina Lina
br bab awal aja udah serem
2024-07-13
1
Nolan Olenk3
oke lanjut
2024-06-24
1