“Adri, adik kamu mana?”,
Pertanyaan itulah yang didengar oleh Adri dari dalam kamar mandi ketika anak berusia 10 tahun itu sedang mandi. Teriakkan lantang dari mamanya yang memekakkan telinga.
“Tadi katanya mau main di taman sama temen-temennya Ma”, jawab Adri setelah keluar dari kamar mandi.
“Mama barusan dari taman. Ini jam berapa Adri? Di taman sudah tidak ada anak-anak sama sekali”, sang mama menghampiri anak sulungnya yang baru selesai mandi.
“Kamu lekas pakai baju. Habis itu ikut mama cari adik kamu”, perintah mama.
“Iya Ma”, jawab Adri melihat mamanya begitu khawatir.
Meski begitu Adri tetap masih bersikap santai. Ia berjalan menuju ke kamarnya sambil melihat waktu yang sudah hampir jam 6 sore.
Setelah selesai ganti baju Adri mengikuti mamanya yang ingin kembali mencari adiknya yang masih belum pulang ke rumah meski waktu sudah mendekati malam.
“Kita mau cari kemana lagi Ma?”, tanya Adri.
“Kita cari ke taman dulu”, jawab mama Adri.
“Katanya tadi mama sudah cari di taman? Mau ke sana lagi?”, tanya Adri.
“Tadi Mama cuma lewat depannya doang belum masuk ke taman”, jawab mama.
“Kamu tahu sendiri taman kalau malem kaya apa”, terang mama Adri.
Rupanya sang Mama takut kalau harus ke taman sendirian. Apalagi langit sudah cenderung gelap. Itulah alasan kenapa mama minta ditemani oleh Adri. Memang taman bermain yang ada di lingkungan perumahan mereka terlihat seram di saat malam hari.
Di sisi lain Adri masih beranggapan bahwa sang adik tidaklah hilang. Paling adiknya masih bermain dengan teman-temannya. Sebentar lagi juga pulang sendiri seperti biasanya. Pencarian ini terlalu berlebihan menurutnya.
“Papa kemana Ma?”, tanya Adri.
“Papa lagi ke rumah-rumah tetangga”, jawab Mama.
“Siapa tahu adik kamu sedang main di salah satu rumah mereka”, tambahnya.
Orang tua Adri khawatir putra bungsunya belum pulang. Anak yang masih berusia 5 tahun itu tidak pernah terlambat pulang sesore ini. Apalagi firasat seorang ibu.
Akhirnya Mama dan Adri sampai juga di taman. Taman bermain yang biasa ramai di waktu selain malam dan hujan. Taman yang menjadi tempat favorit bagi warga perumahan terutama anak-anak yang gemar bermain.
Memang ketika gelap hari suasana taman itu bertolak belakang dari waktu matahari meninggi. Sekarang suasananya sepi dan cenderung membuat takut.
“Rian… Rian… kamu dimana nak?”,
Mama dan Adri berdua masuk ke taman bermain menyisir ke segala penjuru mencari Rian yang belum juga pulang.
“Ma, kenapa lampu tamannya selalu mati?”, tanya Rian.
“Itulah kenapa mama dan kamu bawa senter” jawab Mama.
“Mama… Adri… “,
Papa datang bersama Pak RT beserta rombongan warga yang hendak membantu mencari Rian.
“Belum ketemu Pa?”, tanya Mama.
“Belum Ma. Tadi Papa sudah cari di rumah-rumah temennya Rian tapi mereka semua bilang sore ini mereka tidak bermain di taman”, terang sang Papa.
“Duh… gimana dong Pa?”, sang mama bertambah panik.
“Kami siap bantu mencari”, kata Pak RT menyuarakan suara warga.
*
Pencarian Rian dilanjutkan. Mama, Adri, Papa bersama warga perumahan memperluas area pencarian mereka menyisir ke seluruh kawasan perumahan dan sekitarnya. Dipimpin oleh Pak RT mereka membagi menjadi kelompok beranggotakan 3 – 4 orang untuk melakukan pencarian menyebar ke area-area yang dipetakan. Hal ini dilakukan supaya lebih efektif dan Rian cepat ketemu.
“Rian… Rian…. Rian……”
Nama itu dipanggil diteriakkan oleh orang-orang. Tidak hanya itu, tidak sedikit warga yang membawa peralatan dapur sambil dipukul-pukul untuk membunyikannya.
“Rian… Rian… Rian….”
Sudah tiga jam lebih pencarian secara serempak dilakukan tapi belum juga ada ditemukan tanda-tanda dimana Rian berada. Untuk perumahan dengan luas yang tidak begitu besar tentu saja ini adalah sebuah tanda tanya. Warga banyak yang sependapat jika kejadian ini tidak lain ada sangkut pautnya dengan dunia lain.
“Apa sebaiknya kita istirahat dulu Pak RT?”, tanya salah seorang warga.
“Ia Pak RT kita isi tenaga dulu baru setelah itu lanjut lagi”, kata warga yang lain.
Permintaan warga disetujui. Mereka menghentikan pencarian meski ada sebagian warga yang harus tetap mendampingi kedua orang tua yang enggan berhenti untuk mencari.
*
“Mama…. Papa……”
Teriakan itu terdengar oleh orang-orang. Ia adalah Adri yang berlari menghampiri kerumunan warga untuk mencari kedua orang tuanya. Adri baru saja pulang ke rumahnya karena ingin mengambilkan air minum untuk mamanya yang sudah kelelahan. Kini ia kembali dengan teriakan itu.
“Ada apa Adri?”, tanya sang Mama yang sudah terlihat lusuh.
“Rian ketemu Ma”, kata Adri yang membelalakkan mata semua orang.
“Dimana adik kamu?”, tanya Mama.
“Di rumah Ma”, jawab Adri.
*
Ketika Adri sampai rumah hendak mengambil air untuk mamanya. Ia mendapati kulkas yang terbuka lebar. Adri menemukan sang adik sedang duduk di meja makan. Rian dengan rakusnya sedang makan cake yang diambilnya dari dalam kulkas.
“Rian, kamu habis darimana?”, tanya Adri kepada adiknya.
“Ya habis mainlah kak”, jawab Rian.
“Kak, kuenya aku habisin ya. Aku laper banget”, kata Rian kepada Adri.
“Kamu habis main dari mana?”, tanya Adri.
“Dari taman”, jawab Rian.
Sesaat itu juga Adri berlari ke luar rumah untuk mencari mama papanya untuk mengabarkan kepada orang-orang bahwa Rian telah pulang ke rumah.
*
Seluruh penghuni perumahan berbondong-bondong ke rumah Rian. Dan benar saja sesampainya di sana Rian sudah berada di dalam rumah. Rian terlihat telah menghabiskan satu loyang cake buatan mamanya dengan lahap. Terlihat dengan jelas di sekitar mulutnya cream yang masih belepotan.
“Rian sayang, kamu habis dari mana?”, sang mama memeluk buah hatinya.
“Kami semua nyariin kamu nak”, tambahnya.
“Kata kakak tadi kamu habis main di taman?
"Tadi kamu main sama siapa nak?”, tanya Mama.
“Tadi Rian itu main di taman sama tante”, jawab Rian.
“Tante siapa? Mama kenal nggak?”, tanya Mama.
“Tantenya seperti apa?”, selidik sang Mama.
“Tantenya itu pakai baju putih. Rambutnya panjang. Tapi mukanya serem Ma”, jawab Rian yang membuat orang-orang di sana kaget.
“Serem gimana?”, tanya Mama.
“Mukanya hancur gitu Ma”, jawab Rian dengan ringan.
“Tantenya juga bau banget. Kayanya dia jarang mandi deh Ma”, cerita Rian tanpa rasa takut.
*
Pak RT mendampingi Pak Ustadz ke taman bermain. Mereka berdua pergi ke sana di waktu tengah malam.
“Kenapa lampu tamannya tidak diganti dengan yang baru Pak?”, tanya Pak Ustadz.
“Kami sudah capek Pak Ustadz. Tiap diganti yang baru selalu mati lagi”, jawab Pak RT.
“Senternya saya pinjam Pak RT”, kata Ustadz.
“Jangan takut ya Pak RT”, pesan Ustadz.
Pak Ustadz mengarahkan sinar lampu senter itu di sebuah ayunan yang ada di taman bermain. Di sana ada yang sedang duduk berayun. Sosok berbaju putih dengan rambut yang panjang serta wajah yang hancur. Sosok itulah yang dimaksud Rian sebagai tante yang telah bermain dengannya.
“Jangan ganggu warga sini lagi”, kata Pak Ustadz.
“Alam kita berbeda”, pungkasnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments