Kamar Sebelah

“Belok sini?”,

“Belum masih lurus lagi”,

“Ini?”,

“Kanan atau kiri?”,

“Belok kanan terus habis itu lurus 800 meter, hotelnya ada di kanan jalan”,

“Okey, jangan sampai salah lagi ya? Nanti nyasar lagi”,

“Nggak bakalan. Itu hotelnya sudah kelihatan”,

“Bener ini nggak tapi hotelnya?”,

“Bener dong ini baca”,

“Sama”,

Sang ayah mengajak kedua putrinya untuk berlibur. Week end kali ini ia mendapat jadwal untuk meluangkan waktu bersama anak-anaknya. Rutinitas ini sudah berjalan setahun belakangan dimulai sejak keluarga mereka sudah tidak utuh lagi.

Minggu ini adalah akhir pekan yang panjang jadi sang ayah berinisiatif untuk mengajak Nadia dan Tasya liburan ke tempat favorit mereka. Pastinya waktu yang akan mereka habiskan bersama menjadi lebih menyenangkan dan membekas di hati. Jauh lebih baik dari pada hanya seharian tinggal di rumah atau pun main di mall, pergi ke bioskop, atau sekedar makan dan belanja.

Nadia dan Tasya sudah booking hotel untuk liburan mereka. Sang ayah hanya tinggal keluar biaya saja menuruti apa pun yang buah hatinya mau. Petang itu mereka sampai di hotel tempat mereka akan menginap dan menghabiskan waktu beberapa hari di sana. Hotel itu mereka pilih karena lokasinya tidak jauh dari tempat yang mereka ingin datangi dan juga masih dekat dengan pusat kota.

“Atas nama Nadia Santaya mas”,

Nadia mengurus reservasi.

“Ini mbak kamar nomor 404”,

Family Room. Itulah kamar yang dipesan oleh sang ayah dan anak-anak. Hotel terbaik yang bisa mereka dapatkan di kawasan itu. Yang terbukti ramai pengunjung yang menginap di sana.

“Mau makan di sini atau makan di luar?”, tanya sang ayah.

“Makan di hotel aja Yah. Makanan di sini the best”, jawab Tasya.

“Serius? Tahu darimana?”, tanya sang ayah.

“Kita kan sudah cari tahu dulu sebelum pilih hotel ini”,

“Ayah percaya deh sama kita”, bela Nadia.

“Ayah jadi ragu, terakhir kali kalian yang pilih restaurant lidah ayah zonk”, kata ayah.

“Itu ayah saja yang seleranya jadul”, kata Nadia.

“Apa mau Tasya bikinin mie instan saja?”, jawab Tasya.

“Ah kalian”, kata Ayah yang selalu mengalah.

Begitulah tali kasih, selalu ada tarik ulur emosi dalam pertumbuhan cintanya.

Ayah bersama Nadia dan Tasya turun ke bawah untuk makan malam. Terbukti benar makanan di hotel itu enak-enak sesuai dengan iklan yang mereka sebarkan. Masakannya sesuai dengan selera sang ayah. Lezat.

*

Malam hari. Nadya dan Tasya sudah tidur. Ayah mau keluar dari kamar untuk merokok. Hambar rasanya bagi seorang perokok belum menghisap kandungan zat-zat buruk itu setelah makan malam.

Ayah menuju ke sebuah ruang tunggu yang tersambung dengan balkon yang ada di lantai 4. Itulah spot yang digunakan oleh orang-orang merokok seperti yang dilihatnya tadi waktu hendak turun ke bawah untuk santap malam. Dan benar di sana ada satu orang yang juga sedang merokok.

“Sendiri saja Pak?”, tanya sang ayah ikut duduk di sana.

“Iya Pak, bapak mau merokok juga?”, tanya orang asing itu.

“Ini Pak”, orang asing itu menawarkan cerutunya.

“Terimakasih Pak, tapi saya bawa sendiri”, jawab sang ayah.

“Liburan juga Pak?”, tanya sang ayah basa-basi.

“Tidak Pak. Saya lagi kerja”, jawab orang asing itu.

“Bapak lagi liburan?”, tanya orang asing itu.

“Iya Pak. Saya liburan bareng anak-anak?”, jawab sang ayah.

“Di kamar nomor berapa Pak?”, tanya orang asing itu lagi.

“Saya kamar nomor 404, kalau bapak dan keluarga?”, tanya sang ayah.

“Saya sendiri, saya tidak bawa keluarga”, jawab orang asing itu datar.

“Saya di nomor 403”, jawab orang asing itu yang ternyata kamarnya bersebelahan.

Begitulah basa-basi nya orang tua. Mereka berdua lanjut ngobrol ngalor-ngidul perihal kehidupan. Obrolan khas bapak-bapak.

*

Pagi harinya sang ayah sudah bersiap untuk sarapan di hotel. Tapi yang terjadi Nadia dan Tasya malah pergi ke pusat kota. Anak-anak itu ingin jalan-jalan dan berbelanja. Padahal sang ayah sudah ingin mencoba menu yang sudah ia tandai kemarin malam sebagai menu breakfast.

“Ayah perlu ikut nggak?”, tanya sang ayah.

“Nggak usah Yah”, kata Nadia.

“Ayah di hotel saja”, kata Tasya.

“Jangan lama-lama ya”, pesan sang ayah.

“Okey”, kata Nadia dan Tasya kompak.

“Kalian nggak sarapan dulu?”, tanya sang ayah.

“Kita sarapan di luar saja”, kata Nadia.

Sanga ayah memang harus bersabar dalam menjaga dan merawat anak-anaknya.

Pagi di hari itu Nadia dan Tasya pergi ke pusat kota. Sementara sang ayah memilih untuk tinggal di hotel. Anak-anaknya janji untuk tidak pulang terlalu siang karena sore hari ini mereka berencana ke pantai untuk ngecamp di sana. Pagi itu sang ayah pun sarapan sendiri di hotel.

Sebuah kebetulan. Untuk kedua kalinya ayah kembali melihat seorang asing yang dijumpainya tadi malam di ruang tunggu lantai empat sewaktu merokok bersama. Karena dirasa sudah cukup mengenal ayah tanpa canggung duduk bersama dengannya satu meja.

“Kemana anak-anakmu?”, tanya orang asing itu.

“Mereka pergi ke pusat kota. Mereka sudah mulai dewasa tidak mau selalu diawasi oleh ayahnya. Kedua putriku meninggalkanku di hotel”, ungkap sang ayah.

“Semakin bertambah usia mereka kita para orang tua akan jarang melihat anak-anak kita sendiri”, sahut orang asing itu.

Selesai sarapan ayah ingin kembali ke kamar. Sedangkan orang asing yang menginap di kamar sebelahnya 403 langsung berangkat pergi setelah selesai makan sebab keperluan kerja katanya.

Ayah menaiki tangga untuk sampai ke lantai 4 tempat kamarnya menginap 404. Ia sengaja melakukannya untuk sedikit berolahraga dengan cara berjalan kaki. Apalagi ia barusan makan berat dengan porsi yang lumayan banyak.

Di sepanjang dinding yang dilaluinya ketika menapaki anak tangga ada terpajang lukisan-lukisan wajah yang ia tidak ketahui siapakah mereka itu. Mungkin mereka adalah pemilik turun-temurun hotel yang sudah berdiri semenjak ratusan tahun lalu ini.

Ketika ayah sampai di lantai 4 ia harus kembali lagi ke lobi. Ayah lupa dimana meletakkan cardlock atau kartu kunci hotel kamarnya. Kemungkinan terbesarnya kunci itu masih berada di dalam kamar karena tertinggal. Untung saat ini anak-anaknya tidak ada. Kalau mereka sampai tahu pasti sang ayah diledek oleh Nadya dan Tasya karena sifat pelupanya ini.

Ayah terpaksa turun ke bawah untuk meminta kunci cadangan kepada petugas hotel. Kali ini turun pakai lift karena ia tidak mau capek lagi jika harus mengulang naik turun tangga. Saat memasuki lift lalu berbalik badan, ketika pintu lift perlahan menutup, ayah melihat dua anak kecil laki-laki dan perempuan dengan pakaian yang basah kuyup memasuki kamar nomor 403.

“Mas kenapa itu loker kunci kamar nomor 403 disilang merah?”,

Tanya sang ayah saat sampai di meja resepsionis. Ia memperhatikan ketika petugas hotel mengambilkan cardlock yang berada di kotak kunci kamarnya 404. Kotak 403 ditandai silang X dengan selotip berwarna merah.

“Kamar nomor 403 sedang dalam perbaikan Pak”, jawab petugas hotel.

“Jadi kamarnya sekarang kosong?” tanya ayah.

“Iya Pak kamar nomor 403 kosong”, jawab petugas hotel.

Ternyata kamar sebelah kosong. 403 tidak disewakan karena sedang dalam perbaikan. Tidak ada yang menginap di kamar itu. Fakta itu membuat sang ayah termangu.

Ayah kembali ke kamarnya 404. Ia kembali naik melewati tangga. Kali ini bukan untuk berolahraga tapi untuk mencari kebenaran. Dan kebenaran itu pun ditemukan. Sosok orang asing yang ditemui sang ayah dan diajaknya berbincang-bincang tadi malam ketika sedang merokok dan tadi pagi saat sarapan adalah salah satu orang yang fotonya terpajang di dinding yang dilewati anak tangga menuju ke lantai atas.

*

“Halo Nad, kamu sama Tasya dimana?”, tanya sang Ayah mengangkat panggilan dari Nadia.

“Sudah di depan pintu kamar Yah, cepet bukain”, jawab Nadia.

“Pakai dikunci segala Yah”, kata Nadia.

“Tadi ayah tidur dulu”, jawab ayah.

Pukul 2 siang

“Jadi ke pantai nggak?”, tanya ayah.

“Jadilah”, jawab Nadia dan Tasya serempak.

*

Ayah dan Tasya sudah stand by menunggu di mobil. Semua barang yang direncanakan untuk dibawa berkemah di pantai juga sudah masuk ke dalam mobil. Tapi dimana Nadia?

“Yah, aku sama Nadia kemarin sempat kenalan sama salah satu pengunjung hotel gitu. Tadi dia juga ikut sama kita ke kota. Dia yang bantu kita nunjukkin kota ini”, kata Tasya.

“Okey. So…?”, tanya sang ayah mendengar Tasya berkata demikian.

“Dia kita ajak ke pantai ya?”, Tasya meminta izin kepada ayahnya.

“Anaknya baik banget sumpah”, tambah Tasya.

“Cewek kan?”, ayah curiga.

“Cewek dong ayah, seumuran sama aku sama Nadia”, terang Tasya.

“Boleh dong”, sang ayah mengizinkan.

Beberapa menit kemudian Nadia datang masuk ke dalam mobil bersama teman yang dimaksud.

“Kenalin Yah ini namanya Ayuk”, kata Nadia.

“Hai Ayuk, om ayahnya Nadia sama Tasya”, kata ayah.

“Hai om, makasih ya om sudah dibolehin ikut”, kata Ayuk.

“Sama-sama. Kamu nginep di hotel ini juga. Di lantai berapa?”, tanya sang ayah.

“403”, jawab Ayu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!