Sekolah Terakhir

“Berangkat dulu ya”,

“Assalamualaikum”,

Julia berpamitan kepada ibunya untuk berangkat ke sekolah.

“Waalaikumussalam”

“Dihabiskan sarapannya”,

Balas ibu Julia yang sedang sibuk mengurus si kecil yang masih bayi.

Seperti biasa setelah keluar dari komplek rumahnya Julia menunggu angkot di pinggir jalan yang akan mengantarkannya ke tempatnya bersekolah. Gadis remaja kelas IX SMP itu juga sedang menunggu sahabatnya yang juga bersekolah di sekolah yang sama. Mereka juga tinggal di komplek perumahan yang sama. Julia mengira ia sudah terlambat makanya ia berangkat buru-buru. Tapi sampai di pinggir jalan tempat biasa ia dan teman baiknya itu menunggu angkot ia masih sendirian.

Julia tolah-toleh menunggu temannya kenapa masih belum datang, padahal waktu sudah mulai siang. Tentu ia tidak mau terlambat masuk sekolah karena akan ada sanksinya. Ia semakin cemas apalagi setelah angkot yang biasa mereka tumpangi telah datang. Melihat kendaraan umum itu dari jauh Julia menghubungi temannya lewat chat tapi tidak berbalas.

Tidak kunjung mendapati temannya datang Julia akhirnya memutuskan untuk berangkat sendiri.

“Tunggu”,

Suara yang tidak asing bagi Julia. Tepat sebelum angkutan umum itu kembali melaju sahabat yang ditunggu akhirnya datang.

“Aku kira kamu tidak masuk Din”, kata Julia kepada Dini sahabatnya.

“Aku kesiangan tadi bangunnya”,

Jawab Dini yang nafasnya masih tersengal-sengal karena berpacu mengejar waktu.

“Kamu bawa tumbler nggak Jul? Aku lupa bawa. Minta airnya ya?”, pinta Dini kepada Julia.

Julia pun memberikan botol minuman kepada sahabatnya itu. Terlihat Dini sangat letih dan haus. Begitu nikmat menyegarkan tegukan air putih di waktu yang dibutuhkan.

***

15 menit berlalu Dini dan Julia sampai di sekolah mereka. Beruntung mereka tidak datang terlambat.

“Aku ke WC dulu ya Jul”, kata Dini.

“Aku temani ya”, kata Julia.

“Tidak usah. Nanti kalau masuknya telat setelah guru sudah masuk kelas kita bisa dikira datang terlambat”, alasan Dini karena mereka berdua duduk satu bangku.

“Okay masuk akal. Tapi kamu tidak apa-apa kan Din? Kamu pucet banget”, tanya Julia.

“Nggak pa-pa Julia. Ini cuma capek saja”, pamit Dini meninggalkan Julia ke WC.

Jam pertama sudah dimulai. Guru sudah masuk kelas. Mata pelajaran pertama pagi ini adalah matematika yang merupakan mata pelajaran kesukaan Julia dan Dini.

“Ada yang belum datang?”, kata ibu Guru.

“Julia, teman kamu mana?” tanya ibu Guru yang melihat kursi Dini menjadi satu-satunya kursi yang kosong.

“Sedang ke toilet Buk”, jawab Julia.

Satu jam pelajaran sudah hampir selesai tapi Dini juga belum masuk ke kelas. Julia benar-benar khawatir. Ia memutuskan untuk menyusul Dini. Julia izin ke toilet untuk mencari sahabatnya.

Julia mencari Dini di seluruh toilet sekolah. Tapi hasilnya nihil. Ia tidak menemukan Dini. Bahkan ia juga memeriksa WC laki-laki. Tapi tetap saja tidak ada Dini di sana. Karena melihat kondisi terakhir Dini yang tampak sakit akhirnya Julia memutuskan untuk pergi ke UKS sekolah. Siapa tahu Dini memilih untuk beristirahat di sana.

Julia ke UKS sekolah. Di sana sepi tidak ada seorang pun. Tidak ada guru dan juga tidak ada siswa. Setelah mengecek ruangan itu sepenuhnya Julia pun ingin segera pergi ke tempat lain untuk mencari Dini. Atau siapa tahu sekarang sahabatnya itu sudah masuk ke kelas.

“Julia”,

Belum juga sampai keluar pintu UKS Julia mengurungkan niatnya untuk pergi. Suara yang memanggil namanya itu jelaslah suara Dini meski terdengar sedikit creepy.

“Kamu dimana Din?”, tanya Julia.

“Aku di sini”, jawab Dini.

Julia menghampiri Dini yang ternyata tengah berada di ruang kamar UKS. Ia mendapati sahabatnya itu terbaring lemas di tempat tidur. Tampak wajahnya yang makin pucat. Wajahnya pucat pasi dengan lingkaran mata yang menghitam. Badannya dingin. Terlihat kondisi Dini semakin tidak baik.

“Tadi aku kemari kamu kok nggak ada Din?”, tanya Julia.

“Baru saja aku dari toilet Jul”, ucap Dini.

“Julia, aku minta maaf ya kalau selama ini banyak salah ke kamu. Aku juga mau berterimakasih sama kamu sudah mau menjadi sahabatku, teman baikku”, ungkap Dini yang tiba-tiba merubah suasana menjadi biru.

“Kamu apa-apaan sih Din, kaya sudah tidak mau sembuh saja”, jawab Julia.

“Iya Dini, aku juga senang banget punya sahabat kaya kamu. Aku sama teman-teman yang lain sayang sama kamu”, ucap Julia.

“Sudah kamu istirahat dulu biar cepat sembuh”, ujar Julia.

“Iya Julia, aku juga pengen cepat sembuh supaya bisa main sama kamu lagi”, kata Dini.

“Julia, nanti kamu pulang sekolah sendiri ya. Soalnya bapak ibuku sedang jemput aku ke sekolah. Aku izin pulang dulu”, kata Dini kepada Julia.

“Iya Din, kamu istirahat dulu. Aku ke kelas dulu. Nanti jam istirahat aku ke sini lagi. Mau nitip jajan apaan?”, kata Julia.

“Tidak usah repot-repot Jul”, kata Dini.

***

Julia kembali ke kelas. Ia meninggalkan sahabatnya sendiri di UKS. Ia berharap setelah tidur istirahat Dini bisa kembali sehat.

Sesuai janjinya Julia kembali ke UKS di jam istirahat untuk menemani Dini. Ia juga tidak lupa membawakan jajanan kesukaan sahabatnya itu. Tapi ketika sampai di UKS Dini sudah tidak ada di sana. Di UKS juga sepi tidak ada siapa-siapa. Tidak ada guru dan juga tidak ada siswa yang lain. Julia berpikir positif pasti sahabatnya itu telah dijemput pulang oleh orang tuanya.

Jam pelajaran terakhir. Beberapa menit lagi sekolah hari ini akan selesai. Julia sudah tidak sabar ingin cepat pulang untuk selanjutnya berkunjung ke rumah Dini yang sedang sakit.

Datanglah guru BK yang masuk ke kelas Julia di sela-sela pelajaran tengah berlangsung.

“Julia mana?”, tanya guru BK setelah meminta izin.

“Saya Pak”, jawab Julia sambil mengangkat tangannya.

“Rumah kamu satu komplek dengan Dini kan?”, tanya guru BK tersebut.

“Iya Pak, rumah saya satu komplek dengan rumahnya Dini”, jawab Julia.

“Nanti setelah jam pelajaran selesai dari pihak sekolah dan juga perwakilan dari teman siswa yang lain mau ke rumah Dini. Kamu Julia sekalian ikut pulang bareng kami ya?”, pinta guru BK.

“Iya Pak, baik”, Julia menurut.

Julia berpikir baik sekali pihak sekolah dan murid-murid lainnya. Baru sakit sehari saja langsung dijenguk rame-rame. Apa mungkin karena sudah mau lulus ya batin Julia.

***

Rupanya tidak hanya dari pihak sekolah yang diwakili para guru-guru dan juga siswa-siswa teman satu kelasnya saja yang datang menjenguk Dini. Banyak orang-orang asing yang tidak Julia kenal pada hari itu yang juga datang ke rumah Dini.

Tangis Julia pun pecah tak ada yang bisa membendung tatkala ia melihat sahabatnya sudah terbungkus indah mengenakan kain kafan yang putih bersih serta baunya yang wangi.

“Dini kenapa tante?”, tanya Julia sesenggukan.

Ibunda Dini tidak kuasa hanya ingin membalas jawab pertanyaan dari sahabat anaknya tersebut.

“Peluk Dini nak”, hanya itu yang bisa ibunda Dini ucapkan sambil tak kuasa menahan air mata yang selalu kembali keluar berlinang.

Julia memeluk hangat Dini yang sudah tidak bernyawa untuk yang terakhir kalinya. Terlihat wajah almarhumah yang berseri meski telah mati.

***

Senin pagi itu pihak sekolah telah diberitahu oleh salah seorang kerabat dari keluarga Dini jika salah satu siswi mereka telah meninggal dunia. Dini tidak mengalami sakit parah sebelumnya. Anak baik hati itu hanya demam selama dua hari sebelum untuk selamanya kembali kepada pangkuan Sang Pencipta.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!