Audrey menunggu di depan pintu. Ia duduk di kursi teras rumahnya. Siang itu ia baru pulang dari rumah temannya. Ketika sampai di rumah pintu sudah terkunci. Ia tidak bisa masuk karena memang ia tidak membawa kunci sendiri. Karena di hari itu tidak ada agenda Mama nya akan meninggalkan rumah.
Untungnya remaja SMA yang tengah dalam masa libur sekolah itu tidak harus menunggu lama. Beberapa saat kemudian Mama pulang. Ibu Audrey datang dengan wajah menyesal telah membuat anaknya terkunci di luar tidak bisa masuk ke rumahnya sendiri.
“Aduh sayang, maaf ya Mama lupa ngabarin”, kata Mama.
“Mirna sudah lahiran di rumah sakit. Mama sama ibu-ibu yang lain barusan jenguk ke sana”,
“Seriusan Ma kak Mirna lahiran?”, Audrey turut gembira.
“Harusnya Mama ajak Audrey dong”, protes Audrey.
“Ya habis kamu main mulu kerjanya”, kata Mama.
“Ya kan nggak tahu kalau hari ini kak Mirna bakal lahiran”, kata Audrey.
“Ada fotonya nggak Ma?”, tanya Audrey.
“Ya Mama nggak sempet foto-foto. Nanti juga di upload sama Mirna”, jawab Mama.
*
Sejak kecil Audrey tinggal bersama Mama. Mereka tumbuh bersama hanya berdua. Audrey tidak punya saudara lain. Dari dulu ia sudah terbiasa dengan yang namanya sepi jikalau Mamanya pergi atau pun teman-temannya sedang tidak menemani.
Hal itulah yang membuat Audrey begitu kegirangan ketika mendengar kabar Mirna telah melahirkan anak pertamanya. Bagi Audrey rasanya seperti punya adik baru. Perasaan yang sama yang juga ia dapatkan ketika setahun yang lalu ia mendapatkan tetangga baru. Pasangan muda yang baru menikah yang tinggal di sebelah rumah Audrey, yaitu Mirna dan suaminya.
“Ma, kak Mirna pulang dari rumah sakit kapan ya? Masih lama ndak ya?”, tanya Audrey.
“Nunggu kondisinya pulih dulu setelah melahirkan”, jawab Mama.
“Besok kalau Mirna pulang pasti kamu juga tahu”, kata Mama.
“Oek… oek… oek…”
Mama menirukan suara tangisan bayi. Audrey dibuat tertawa oleh polah lucu mamanya.
“Selamat ya kak Mirna, sekarang sudah jadi ibu”,
“Makasih ya Audrey manis, besok kamu tugasnya bantuin aku jagain adik kamu ya”,
“I love you kak Mirna, kapan pulang dari rumah sakit kak?”,
“Masih nunggu izin dari dokter”,
Begitulah inti percakapan chat Audrey dengan Mirna.
*
“Oek… oek… oek….”,
“Oek… oek… oek…”,
Pukul 03:00 pagi. Suara bayi membangunkan tidur Audrey. Jelas terdengar tangisan itu berasal dari rumah sebelah. Itu artinya Mirna sudah pulang. Audrey melanjutkan tidurnya dengan senyuman berseri. Ia tidak sabar menanti datangnya pagi untuk datang ke rumah Mirna melihat adik bayi.
Bangun jam 8 pagi di hari libur. Tidak terlalu buruk. Audrey lalu bergegas ke rumah Mirna. Tentu saja ia tidak perlu dandan untuk ke rumah tetangga sebelahnya yang sudah seperti kakak sendiri.
“Mau kemana Audrey?”, tanya Mama melihat anaknya keluar dari kamar langsung pergi keluar rumah.
“Main Ma”, jawab Audrey menghilang dari pandangan Mama.
“Makan dulu”, kata Mama yang sudah tidak dihiraukan lagi.
“Mentang-mentang lagi tidak sekolah di rumah kelakuannya seenaknya”, gerutu Mama.
Audrey di rumah Mirna. Mirna sudah pulang. Tidak hanya dengan bayi dan suaminya, di sana juga lengkap beserta kelurga Mirna yang lain. Orang tua Mirna dan juga mertua atau orang tua dari suami Mirna juga ada di sana. Maklum bagi kedua pihak keluarga anak Mirna adalah cucu pertama mereka.
“Duh bayinya cantik banget kak”, puji Audrey.
“Namanya siapa?”, tanya Audrey.
“Kasih tahu nggak ya?”, goda Mirna.
“Halo kak Audrey namaku Hagia Shakira”, jawab Mirna bersuara seperti anak kecil.
“Bagus banget namanya”, kata Audrey.
“Audrey mau gendong?”, tanya suami Mirna.
“Nggak berani kak, besok aja kalau udah besar”, jawab Audrey.
“Ya udah kamu pangku aja”, kata suami Mirna.
Audrey begitu bahagia. Ia tersenyum lepas dengan mata yang berkaca-kaca. Bayi Mirna kini berbaring di pangkuannya. Bayi itu menatap wajah Audrey dengan senyum dan tawa kecil. Audrey sangat terenyuh. Hatinya benar-benar mendapatkan kehangatan yang menyentuh.
*
Mama penasaran dan cemas dengan tingkah Audrey selama tiga hari terakhir ini. Tiap kali bangun pagi ia selalu keluar rumah pamitnya mau main. Siang hari menjelang dzuhur ia baru balik ke rumah dan langsung masuk ke dalam kamar. Ia pulang dengan kondisi tubuh yang terlihat kepayahan.
Hari itu Mama menunggu kepulangan Audrey dengan cemas. Dari dalam rumah ia melihat melalui jendela. Ia mencari-cari anak gadisnya yang tak kunjung pulang.
Mama kaget bukan kepalang ketika melihat Audrey keluar dari halaman rumah Mirna tetangganya sendiri. Selama ini Mama berpikir kalau anaknya main ke rumah temannya yang satu sekolah.
“Audrey, kamu habis darimana?”, tanya Mama.
“Dari rumah kak Mirna lihat adik bayi”, jawab Audrey.
Pernyataan Audrey membuat sang ibu terkejut.
Sore harinya Mama mengajak bicara Audrey.
“Audrey, tadi kamu beneran ke rumah Mirna?”, tanya Mama.
“Memangnya Mirna sudah pulang?”, tambahnya.
“Iya Ma, aku tuh ke sana sekalian bantu-bantu kak Mirna”,
“Seneng banget deh Ma, rasanya kaya punya adik sendiri”,
“Aku juga ikut mandiin, malahan aku disuruh gendong tapi belum berani takut jatuh”,
“Bayinya cantik, lucu banget, gemes”,
Audrey cerita panjang lebar kepada Mama perihal ia selama beberapa hari ini suka main ke rumah Mirna.
“Audrey kamu dengerin Mama dulu ya”, kata Mama mulai berbicara.
“Jadi waktu Mirna lahiran di rumah sakit, Mama sama ibu-ibu yang lain langsung jenguk Mirna ke rumah sakit karena Mirna habis lahiran mau pulang ke rumah orang tuanya, biar ada yang bantu ngurusin katanya”,
“Jadi Mirna sama keluarganya tidak pulang ke sini, mereka sekarang berada di rumah orang tua Mirna”, Mama menjelaskan dengan seksama.
“Tapi Ma, aku tuh hampir setiap hari dengar suara bayinya kak Mirna nangis”, Audrey masih belum percaya.
Mama tetap berusaha tenang untuk menjaga buah hatinya.
“Kamu akhir-akhir ini pegang handphone nggak?”,
“Coba kamu lihat stories nya Mirna”, pinta Mama.
Audrey pun melakukannya. Ia melihat stories Mirna di berbagai akun media sosialnya.
“Iya Ma bener, kak Mirna lagi di rumah orang tuanya”, kata Audrey.
“Terus yang selama ini aku temui di rumah kak Mirna siapa Ma?”, Audrey mulai panik.
“Setan?”, tanya Audrey mulai takut.
“Sini nak lihat”,
Mama mengajak Audrey melihat dari jendela keadaan rumah Mirna. Sepi dan gelap. Bisa terlihat juga pintu gerbang halamannya tergembok.
“Sudah, besok kamu jangan ke sana lagi. Tunggu sampai Mirna benar-benar pulang ke sini”, pinta Mama sambil memeluk Audrey yang ketakutan.
*
“Oek… oek… oek….”,
“Oek… oek… oek…”,
Pukul 03:00 pagi. Suara tangisan bayi membangunkan tidur Mama. Tapi tidak dengan Audrey yang semenjak kejadian itu memilih untuk tidur di sebelahnya.
Mama memberanikan diri untuk keluar dari dalam kamar. Ia berniat ingin mengintip mencari tahu dari siapa sumber suara itu berasal. Mama melihat dari jendela ke arah rumah Mirna. Tidak ada apa-apa di sana. Hanya rumah kosong yang gelap dan sunyi.
Tapi suara tangisan itu masih terdengar olehnya. Setelah mendengarkan dengan seksama rupanya suara tangis bayi itu berasal dari arah depan rumahnya.
Mama menyingkap gorden pintu jendela. Ia bergeming. Dilihatnya sosok perempuan berpakaian serba hitam yang sedang menimang bayinya yang tak berhenti menangis, duduk di kursi teras depan rumahnya.
Perempuan itu menoleh ke arah Mama. Wajahnya sungguh pucat. Dan tersenyum.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments