Bab 4. Tiba Di Puskesmas Bagian 2.
"Ibu, sebenarnya apa yang terjadi pada Ayah ?" Tanya Kevin sambil menatap lekat ke arah ibunya.
Mendapat pertanyaan seperti itu membuat Mirna sedikit tidak berdaya. Dia menghela nafas sebelum berkata kepada anaknya.
"Ayahmu pingsan saat sedang bekerja di perumahan. Kemungkinan besar ayahmu kelelahan dan tubuhnya tidak bisa lagi menahannya." Ucap Mirna panjang lebar.
"Apa ? Ayah pingsan ! Kelelahan bekerja !" Seru Kevin terkejut dengan mata yang melebar sempurna.
"Hmm, bagaimana pun ayahmu bekerja sebagai kuli. Jadi pekerjaannya adalah pekerjaan kasar yang berat. Sebagian besar pekerjaan harus mengeluarkan banyak tenaga." Kata ibunya menjelaskan.
Kevin terdiam cukup lama. Dia mulai memikirkannya sekarang. Usia ayahnya sudah tidak muda lagi. Itu usi ayang seharusnya pensiun dan mengerjakan pekerjaan yang lebih ringan. Pekerjaan yang bersifat hanya mengisi waktu luang. Akhirnya dengan penuh tekad dia berkata kepada kedua orang tuanya.
"Ibu, biar aku yang menggantikan ayah bekerja di perumahan itu, kebetulan sekolah sedang libur selama dua minggu setelah ujian semester ganjil." Kata Kevin membulatkan tekadnya.
"Hah ! Tidak boleh !" Jawab keduanya orang tuanya hampir bersamaan. Mana mungkin mereka membiarkan anak mereka satu satunya bekerja. Sementara itu selama ini dia tidak pernah melakukan pekerjaan berat semacam itu.
"Haist !" Kevin tersenyum masam. Dia sudah menduga jika reaksi kedua orang tuanya akan seperti ini. Jadi dia membuat metode lain untuk membujuk.
"Ibu, dengarkan aku dulu, aku belum selesai bicara !" Kata Kevin serius.
Sebelum kedua orang tuanya menjawab Kevin sudah mengutarakan isi pikirannya.
"Selama dua minggu ke depan aku akan menganggur di rumah. Karena itu aku harus mencari kegiatan yang bisa aku gunakan untuk mengisi waktu luang ku. Sebelumnya aku kebingungan mencari kegiatan selama libur panjang dalam dua minggu ke depan." Kata Kevin menjeda kalimatnya.
Dia ingin melihat reaksi kedua orang tuanya. Menyadari mereka hanya memandang ke arahnya dan mendengarkan akhirnya Kevin melanjutkan kalimatnya.
"Jika itu teman temanku, maka mereka pasti punya kegiatan sendiri, kebanyakan dari mereka berlibur di tempat wisata atau bahkan liburan ke Pantai Biru. Sementara aku masih bingung mau melakukan apa.
"Aku bicara seperti bukan mengeluhkan kenapa aku tidak bermain seperti anak anak yang lain tapi lebih ke arah yang realistis. Aku fikir mengapa aku tidak mulai mencari pengalaman untuk bekerja dan mencari yang saja. Hitung hitung aku bisa merasakan bagaimana sulitnya bekerja."
"Di tambah lagi bapak juga sedang sakit. Kita setiap hari mengandalkan hasil kerja dari bapak untuk makan dan kebutuhan rumah lainnya."
"Ada banyak kebutuhan mendesak yang harus segera di selesaikan. Termasuk 3 hari lalu aku tidak sengaja mendengar, Haji Amir juga meminta uang kontrakan yang menunggak selama dua bulan."
"Nah, aku juga ingin membantu sebisaku bu, kebetulan aku juga punya tabungan uang 2 juta dari hasil aku kerja di Cafe Bang Rangga, Ibu bisa menggunakannya untuk membayar kontrakan."
Mirna terdiam untuk waktu yang lama, begitu juga dengan Bagas suaminya. Keduanya tahu jika Anak mereka setiap hari bekerja di Cafe milik Rangga anak Haji Ahmad salah satu orang paling kaya di Desa Sedayu. Haji Ahmad punya bisnis berternak ayam petelur. Ayamnya saja sudah mencapai angka 80.000 ekor.
Sebelumnya keduanya orang tua Kevin tidak mengizinkannya bekerja, tapi karena Kevin terus membujuk dan meyakinkan orang tuanya jika pekerjaannya itu tidak akan menggangu belajarnya. Akhirnya mereka mengizinkan Kevin untuk bekerja.
Bicara tentang Cafe milik Rangga. Fakta yang hanya di ketahui oleh Haji Ahmad sekeluarga adalah Haji Ahmad hanya punya dua anak. Yang pertama bernama Anggara yang kedua bernama Rangga.
Tadinya Haji Ahmad ingin kedua anaknya yang mengelola peternakan itu menggantikannya.
Tapi tidak di sangka, Rangga sang anak kedua justru ingin mendirikan Cafe. Dia berfikir ingin berusaha dan memiliki bisnis yang mandiri dengan usahanya sendiri dari 0.
Akhirnya Haji Ahmad mempercayakan Anggara sebagai nak pertamanya untuk mengurus usaha ternak ayam petelur itu.
Cafe milik Rangga sendiri adalah Cafe dengan nuansa yang santai dan nyaman. Tempatnya luas dan bersih. Selain di lengkapi dengan Wifi juga ada taman yang indah. Ada kolam ikan koi dan juga tebing batu yang terbuat dari semen.
Di hisai dengan air mancur yang di atur sedemikian rupa seolah olah itu adalah air terjun mini. Cafe itu di lengkapi dengan nuansa hijau yang sangat nyaman.
Banyak sekali tamanan dan bunga bunga yang menghiasinya, banyak spot spot yang bisa di gunakan untuk foto selfie sehingga banyak di sukai oleh kalangan anak anak muda.
Kembali ke cerita
Kevin pun melanjutkan ucapannya.
"Kalau bapak tidak bekerja bukankah artinya tidak akan akan penghasilan sementara waktu ? Maka dari itu ijinkan aku menggantikan pekerjaan bapak, hanya dua minggu. Setelah itu aku akan kembali ke sekolah dan berhenti bekerja. Bagaimana menurutmu bu ?" Tanya Kevin.
Untungnya tiap ranjang Pasien di tutup dengan tirai putih jadi orang orang tidak bisa melihat seperti apa rupa orang yang di dalam dan tidak bisa mencuri dengar apa yang mereka katakan. Apalagi jika volume suara percakapan itu kecil.
Kebetulan puskesmas ini cukup besar sehingga memiliki fasilitas yang lebih baik. Dengan ruangan yang luas. Maka setiap ranjang pasien juga memiliki tempat yang luas.
Di ruang Dahlia ini ada 10 ranjang pasien yang masing masing sudah di tutupi dengan tirai putih. Tiap ruangan memiliki ruangan dengan luas dan lebar 4 meter. Jadi bisa d bayangkan betapa besar dan luas keseluruhan ruangan ini.
Belum sempat Murni menjawab, tiba tiba ada seorang wanita cantik datang dari luar memasuki ruangan dengan tinggi badan 170 cm, lekuk tubuhnya sangat indah seperti gitar Spanyol.
Sehingga membuat siapapun yang melihatnya pasti akan terpesona. Matanya yang jernih sangat khas, rambutnya berwarna hitam legam, sangat lurus dan halus. Dia memakai jas putih bersih yang semakin menambah keanggunan nya.
Di belakangnya ada dua Suter yang mengikuti. Saat Dokter dan suster itu melihat Kevin mereka semua sempat tertegun sejenak. Terlebih dua suster yang mengikuti sang dokter dari belakang.
Mata mereka terbelalak lebar, dan mulut mereka melongo. Sementara sang Dokter jauh lebih baik. Dia lebih bisa menguasai diri dan bertindak lebih profesional.
Tiba tiba terdengar suara dari salah satu suster.
"Irma, aku tidak sedang bermimpi kan, gila ! Itu mas nya ganteng banget, mirip Oppa Jung Kook tau gak !" Kata Dina heboh.
"Enggak Din, kamu gak mimpi. Itu mas nya beneran ganteng banget." Kata Irma menimpali.
Di saat yang sama, Kevin yang melihat ada dua suster dan dokter yang masuk tanpa sadar menganggukkan kepalanya sambil tersenyum.
Melihat senyuman itu Dina kembali heboh.
"Ya ampun ! Senyumannya itu loh, bikin aku basah !" Kata Dina berbisik pelan di telinga sahabatnya. dengan tatapan berapi api seolah olah ingin menerkam Kevin saat ini juga.
"Dasar gila." Ucap Irma sambil menggelengkan kepalanya.
Dina dan Irma adalah pegawai puskesmas yang usianya saat ini adalah 23 tahun.
Kevin sendiri yang mendengarnya hanya terkekeh geli. Bagaimana pun, sekarang pendengarannya sudah sangat tajam berkat menelan kacang energi spiritual.
Lain dengan para suster itu lain pula dengan sang Dokter. Nama Dokter itu bernama Anastasya Lukman Mahendra. Dokter Anastasya itu sudah pernah melihat banyak pria tampan di kampusnya dulu saat Kuliah di London.
Dia di sini hanya untuk sementara waktu saja, dia ingin mengabdi pada masyarakat sebelum kembali melanjutkan studi S2 nya nanti. Mumpung lagi pulang ke Kota Justisia fikirnya.
Tapi bagaimanapun Dokter Anastasya harus mengakui jika Kevin memang tampan. Akhirnya dia menggelengkan kepalanya menghilangkan pikirannya dari hal hal yang sudah melenceng jauh dari tugasnya sebagai seorang dokter.
Setelah menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya secara perlahan dokter Anastasya melangkahkan kakinya ke depan.
"Selamat malam Ibu bapak dan juga adek." Kata dokter Anastasya menatap tiga orang di depannya.
Kemudian dokter Anastasya berkata lagi
"Setelah serangkaian pemeriksaan yang saya lakukan kepada bapak Bagas. Saya menyimpulkan jika bapak Bagas saat ini sedang terkena penyakit tifus. Saran saya, agar lebih cepat sembuh bapak harus total dari pekerjaan yang berat berat." Kata dokter Anastasya menjelaskan.
Sebelum ketiga orang di depannya mengucap kalimat. Dokter Anastasya kembali berkata
"Istirahat yang cukup sangat penting untuk mempercepat pemulihan bapak Bagas. Juga bapak harus minum banyak cairan seperti air, jus, atau sup untuk mencegah dehidrasi."
"Yang kedua bapak harus makan makanan yang mudah dicerna dan hindari makanan yang pedas atau berlemak. Misalnya makanan seperti bubur atau makanan rebus bisa menjadi pilihan yang baik." Kata Dokter Anastasya mengakhiri kalimatnya.
Mendengar itu Bagas selaku ayah Kevin hanya bisa tersenyum masam. Makanan pedas adalah makanan kesukaannya dan sekarang dia di larang untuk memakannya. Tapi mau bagaimana lagi. Jika dia ingin sembuh dia harus menuruti apa kata dokter.
Dengan pasrah dia berkata
"Baik Dok, saya mengerti." Ucapnya sedikit lesu.
Murni yang melihat suaminya lesu dan tidak bersemangat hanya menggelengkan kepalanya.
"Kira kira kapan ya dok, bapak saya bisa pulang dan mejalani perawatan di rumah ?" Tiba tiba suara Kevin terdengar.
"Untuk sementara ini biarkan istirahat di sini dulu. Untuk tindakan pertama bapak Bagas akan di infus terlebih dahulu, juga saya akan membuat kan resep obat yang bisa membantu kesembuhan bapak Bagas lebih cepat."
"Selain itu kondisi pasien juga perlu di pantau terlebih dulu. Jika memungkinkan pulang maka pihak puskesmas akan memberikan informasi lebih lanjut."
Setelah mendengar jawaban panjang lebar dari dokter Anastasya Kevin pun tersenyum dan mengucapkan terimakasih.
Selanjutnya dokter Anastasya meninggalkan ruangan milik orang tua Kevin dan melanjutkan pekerjaannya. Sementara itu salah satu suster yang ada di sana segera memasang selang infus di tangan ayah Kevin.
Setelah selesai keduanya berpamitan pergi dan melanjutkan pekerjaan mereka.
Selepas kepergian dokter dan juga dua suster itu tadi, Kevin menatap kedua orang tuanya.
"Bagaimana Bu ? dokter Anastasya tadi bilang kalau bapak harus istirahat di rumah. Jadi untuk sementara biarkan Kevin membantu dan menggantikan bapak bekerja selama dua minggu, itung itung biar Kevin punya pengalaman." Kata Kevin penuh tekad.
Kedua orang tua Kevin pun bertatapan satu sama lain. Setelah itu tatapan mata keduanya seperti telah mengambil keputusan. Dengan suara yang terdengar tak berdaya akhirnya sang Ibu berkata
"Ya sudah, ibu ijinkan, tapi kamu jangan terlalu memaksakan diri ya nak." Kata Murni sambil mengelus lembut rambut anaknya yang sekarang menjadi sangat tampan.
"Baik Bu, terimakasih." Ucap Kevin yang sangat bersemangat karena di ijinkan bekerja menggantikan ayahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 66 Episodes
Comments
ceritanya kurang jelas... muter-muter kaya kentut di sarung...
2024-11-14
1
Hari Wahyudi
persis sinetron indosiar
2025-02-03
0
Riaaimutt
agak bosan ya ketemu kalimat ini mulu
2024-08-24
2