Mendadak Jadi Over Power

Mendadak Jadi Over Power

Bab 1. Awal Mula.

Bab 1. Awal Mula.

Kota Justisia.

Siang itu Kota Justisia seperti biasa sangatlah ramai. Kendaraan lalu lalang dan juga banyak orang yang melakukan aktivitas sesuai dengan kesibukan masing masing.

Mari berpindah ke tempat lainnya.

Di Kota Justisia pemimpin Kota sendiri sangatlah mementingkan kemajuan pendidikan. Maka dari itu demi menciptakan generasi bangsa yang pintar cerdas, sukses, membanggakan dan memiliki jiwa sosial yang tinggi.

Akhirnya di didirikanlah sekolah favorit yang khusus menampung siswa berprestasi. Mulai dari SD, SMP dan juga SMA.

Bagi mereka yang tidak mampu tapi cerdas,bisa juga menempuh jalur beasiswa untuk masuk ke dalam sekolah ini.

Ada lima sekolah favorit yang ada di Kota Justisia. Di sini akan di ceritakan bagian sekolah di jenjang SMA nya saja.

Sekolah SMA GARUDA.

Sekolah SMA CINDRAWASIH

Sekolah SMA NUSANTARA.

Sekolah SMA HARAPAN BANGSA.

Sekolah SMA MERDEKA.

Siang itu di SMA GARUDA.

-Gudang belakang sekolah.

BUGH ! BUGH ! BUGH !

Terdengar suara pukulan yang di layangkan bertubi tubi pada tubuh seorang anak laki laki yang masih mengenakan seragam SMA nya.

Tubuh itu adalah tubuh milik seorang anak laki laki berusia 17 tahun bernama Kevin Sanjaya. Postur tubuhnya lumayan tinggi yaitu 170 cm. Tapi badannya agak kurus.

"Hahaha !Dasar bocah miskin, Rsakan itu ! Lain kali jika bertemu denganku tundukkan kepalamu dengan hormat." Ucap seseorang yang begitu puas setelah memukuli Kevin.

Dia adalah anak orang kaya yang selalu bertindak semena mena terhadap orang yang lebih lemah. Namun dia takut pada orang yang lebih kuat baik itu dari segi kekuatan maupun ekonomi keluarga. Pemuda itu bernama Robi Atmaja.

Robi adalah salah satu anak orang kaya yang punya hobi melakukan bullying di sekolahnya. Dengan status keluarganya yang mana ayahnya sendiri bernama Beni Atmaja merupakan pemilik perusahaan batubara dan juga salah satu donatur di sekolahnya, membuatnya menjadi anak yang sangat sombong dan juga semena mena.

Pernah suatu ketika, ada guru yang menegur dan menghukum perbuatan nya yang melakukan kekerasan di sekolah. Tapi beberapa hari kemudian guru itu di pecat atas kasus penggelapan dana uang beasiswa.

Dengan terpaksa dan putus asa akhirnya guru itu di pecat dengan tidak hormat dan bahkan sampai di penjara selama 3 tahun. Itu terjadi saat Robi masih berada di tahun pertamanya di SMA GARUDA.

Sekarang telah memasuki tahun kedua. Sikapnya semakin menjadi jadi. Dan saat ini dia sedang membully seorang siswa cupu bernama Kevin.

Setelah di pukuli sampai babak belur akhirnya sebuah kalimat terucap dari bibir Kevin saat Robi dan 3 anteknya sedang berjalan keluar gudang.

Ya, Robi memiliki 3 anak buah yang selalu menuruti apa katanya dan mengikutinya kemanapun dia pergi. Meskipun sombong dan angkuh tapi Robi ini tipe anak yang cukup Royal pada orang yang sudah dia anggap teman. Seperti 3 orang yang mengikutinya ini. Tiga orang itu adalah Aldo, Bimo dan Rio.

Selain itu orang tua Robi dan juga orang tua ketiganya sangat akrab dan menjalin hubungan kerjasama yang baik. Singkat cerita mereka sudah berinteraksi sejak masih masih duduk di bangku SMP.

Jadi saat sudah masuk ke SMA pun mereka semua sangat akrab.

Kembali ke cerita.

Sebuah kalimat pertanyaan keluar dari mulut Kevin.

"Kenapa ? Kenapa kalian selalu menggangguku dan memukuliku ? Apa salahku ?"

Ucapnya terbata bata karena sudut bibirnya saat ini telah robek akibat hantaman keras dari pukulan Robi.

"Hmm !"

Seketika Robi menghentikan langkahnya. Tanpa bermaksud untuk membalikkan badan dia menjawab dengan kalimat yang sederhana namun bisa menyimpulkan semua pertanyaan yang ada di benak Kevin.

"Kamu tanya kenapa ? Jawabannya tentu saja karena itu menyenangkan. Menindas orang lemah yang hanya tahu meringkuk ketakutan sepertimu adalah hal yang menyenangkan bagiku."

"Lagi pula tempat ini bukanlah tempat yang pantas untuk sampah yang tidak berguna sepertimu. Jika ingin di salahkan, salahkan saja dirimu sendiri karena terlahir dari keluarga miskin ! Hahaha !" Ucap Robi tertawa terbahak bahak di ikuti gelak tawa 3 temannya yang mengikuti dari belakang.

Mendengar itu semua Kevin sangat marah. Dia menggeretakkan giginya dengan keras. Dalam hati dia berkata

"Brengsek ! Apa kau bilang ! Aku harus menyalakan diri sendiri karena terlahir dari keluarga miskin, huh jangan mimpi ! Keluargaku adalah satu satunya hal paling berharga yang aku miliki di Dunia ini." Gumamnya.

Dia sangat bahagia dan bersyukur bisa lahir di keluarganya saat ini. Meskipun mereka miskin dan serba kekurangan, namun mereka selalu mejalani hidup dengan penuh semangat pantang menyerah dan juga rasa syukur yang tidak ada habisnya.

Ayahnya pernah berpesan

"Nak, seberapa kejamnya Dunia ini, satu hal yang harus kamu ingat. Jagalah hatimu agar tetap bersih. Karena hanya dengan hati yang bersih kamu bisa membedakan mana yang baik dan buruk."

"Hanya dengan hati yang bersih maka kamu bisa menjadi berbudi luhur tanpa membedakan bedakan tinggi dan rendahnya status seseorang. Karena di mata Allah semua mahluk itu sama. Hanya perbuatan mereka saja yang akan di nilai berbeda."

Kevin mengingat semua nasehat ayahnya dengan baik. Dia mengepalkan tangannya dan gan keras seolah bertekad dan bersumpah jika suatu hari nanti dia akan menjadi orang yang kuat. Orang yang sukses dan tidak di pandang rendah oleh orang lain.

Sebenarnya jika mau, Kevin bisa saja melawan Robi meskipun hasil akan kalah dan babak belur tapi setidaknya dia bisa menjaga harga dirinya sebagai seorang laki laki. Tapi melihat sifatnya yang pendendam dia takut Robi akan melakukan hal jahat yang berimbas atau melibatkan orang tuanya untuk menyelesaikan masalah.

Jika itu terjadi maka masalahnya akan makin sulit. Jadi sebisa mungkin Kevin berusaha untuk bertahan meskipun ini sangat berat untuk di lalui.

Saat ini kondisi sekolah sudang sangat sepi. Dengan langkah gontai dan menahan rasa sakit di sekujur tubuhnya dia nekat berjalan keluar dari gedung sekolah.

Satpam yang melihatnya hanya bisa menggelengkan kepalanya merasa tidak berdaya. Dia tahu pasti anak itu di bully oleh teman temannya. Tapi apalah daya. Dia juga hanya orang kecil yang berusaha menyambung hidup.

Satpam itu sangat mengetahui, betapa merepotkannya berurusan dengan orang kaya. Salah sedikit saja, bisa kehilangan pekerjaan, lebih parahnya lagi bisa saja nyawa yang akan hilang.

Dengan langkah gontai Kevin berjalan menuju gerbang. Dia masih sempat tersenyum dan menyapa sang satpam yang sedari tadi memperhatikannya.

"Mari Pak Supri !" Kata Kevin dengan sopan.

Mendengar Kevin menyapanya, Pak Supri menganggukkan kepalanya dan tersenyum ramah. Setelah itu Kevin berjalan di pinggir jalan sambil memikirkan jadwal yang akan di buat nanti saat di rumah.

Dia bermaksud untuk melakukan olahraga rutin dan juga mencari Gym terdekat yang tidak jauh dari rumahnya. Dia ingin melatih fisik dan tubuhnya. Setidaknya itu bisa dia lakukan agar bisa bertahan saat sedang di pukuli oleh seseorang.

Kevin terus berjalan hingga matanya tidak sengaja melihat seorang kakek kakek yang nampak ingin menyeberang jalan tapi terlihat kesulitan karena jalannya sangat ramai.

Akhirnya tanpa ragu ragu Kevin segera menghampiri kakek itu. Dia bermaksud membantu kakek itu untuk menyeberang jalan.

Tidak lama kemudian akhirnya Kevin tiba di samping kakek itu. Dengan suara yang sangat ramah dia berkata

"Permisi Kek, apakah kakek mau menyeberang jalan ? Jika iya, mari saya bantu, di sini kalau siang jalannya memang sangat ramai kek." Ucapnya.

"Oh, iya nak. Kakek ingin menyeberang jalan dan duduk di bangku yang ada di bawah pohon itu." Kata si kakek sambil jarinya menunjuk sebuah bangku kayu yang terletak di bawang pohon Beringin yang sangat besar.

Kevin mengikuti arah jari kakek tua itu dan melihat jika bangku dan juga pohon Beringin besar disana. Kevin hanya mengangguk ringan. Kebetulan bangku itu juga sering dia datangi jika ingin istirahat dan bersantai sejenak.

"Baik Kek, mari saya bantu menyeberang jalan. Itu tasnya biar saya saja yang membawakan." Kata Kevin yang langsung meraih tas besar yang membuat si kakek tampak kerepotan.

Sementara itu si kakek hanya mengangguk sambil tersenyum. Tidak butuh waktu lama bagi Kevin untuk mengantarkan kakek itu menyeberang jalan. Dan kini keduanya sedang duduk di bangku kayu yang ada tepat di bawah pohon.

Tiba tiba kekek itu berkata

"Terima kasih telah menolong kakek nak, ini kakek punya hadiah untukmu terimalah, jangan sampai hilang, ingat jaga benda ini baik baik." Ucapnya sambil menyerahkan sebuah bola kecil berwarna biru seukuran kacang kedelai.

Kevin awalnya ragu ragu, tapi karena sang kakek memberikannya dengan nada yang sangat tegas dan juga tulus, akhirnya dia menerimanya.

Kevin mengamati bola kecil seukuran kacang kedelai di tangannya. Tidak ada yang istimewa selain warnanya yang terang dan juga bentuknya yang sangat padat seperti pecahan kristal.

"Terima ka..."

Deg !

Tiba tiba tubuh Kevin membeku dan jantungnya seolah berhenti berdetak. Suaranya tercekat di tenggorokan.

Sunyi, Kesunyian, tidak ada orang.

Tubuh Kevin menegang. Matanya melebar seolah olah dia baru saja melihat hantu.

Tiba tiba dia merasakan seluruh tubuhnya merinding.

Tanpa sadar dia memasukkan bola kecil berwarna biru seukuran kacang kedelai itu di saku celananya. Dengan langkah sedikit tergesa gesa tanpa berani menoleh ke belakang dia berjalan pulang menuju rumahnya yang jaraknya sekitar 3 km dari sekolahnya.

Waktu terus berjalan, karena berjalan dengan cepat dan sedikit tergesa gesa akhirnya Kevin tiba di rumah lebih cepat dari biasannya.

Tempat tinggalnya berada di daerah Selatan bernama Desa Sedayu. Desa ini bisa di katakan termasuk kawasan desa pinggiran yang ada di Kota Justisia.

Saat ini, akhirnya dia tiba di depan rumahnya. Dan kebetulan ibu Kevin baru saja selesai mengangkat pakaian yang sudah kering setelah di jemur hampir seharian.

Melihat wajah ibunya, entah kenapa hati Kevin seketika menjadi tenang. Walaupun dia masih memiliki rasa takut yang tersisa tapi setelah tiba di rumah dan bertemu dengan ibunya. Perasaan takut itu sudah banyak berkurang.

Dengan senyum cerah yang menghiasi wajahnya Kevin pun mengucapkan salam.

"Assalamualaikum." Ucap Kevin menghampiri sang ibu meraih punggung tangannya dan menciumnya dengan penuh penghormatan.

"Waalaikum salam." Jawab ibu Kevin tersenyum lembut ke arah putranya. Dia mengusap usap kelapa anak semata wayangnya yang kini sudah tumbuh besar.

Padahal dia merasa belum lama ini mengantarkan Kevin bersekolah TK. Tidak terasa waktu berjalan begitu cepat.

Ibu Kevin bernama Mirna dan suaminya bernama Bagas Sanjaya. Nama Kevin Sanjaya juga di ambil dari belakang ayahnya. Ayah Kevin sendiri seorang pekerja kasar yang menjadi kuli bangunan di area perumahan yang baru saja di dirikan. Area perumahan itu tidak jauh dari desa Sedayu berada.

Sementara ibunya adalah ibu rumah tangga, pernah suatu ketika Mirna ijin untuk bekerja, namun hal itu di tolak dengan tegas oleh Bagas. Masalah pekerjaan adalah urusannya sebagai laki laki dan juga kepala keluarga. begitulah yang dia katakan.

kembali ke cerita.

"Ya sudah, sana masuk. Cepat ganti bajumu dan segera makan. Ibu tadi membuat gado gado kesukaanmu." Kata ibunya.

"Wow, benarkah ?! Kalau begitu aku harus cepat." Jawab Kevin yang langsung masuk rumah dan berganti pakaian.

Setelah itu dia pergi ke dapur untuk memakan gado gado yang sudah ibunya siapkan dengan lahap. Selesai makan dia berbaring di tempat tidur dan mulai memikirkan banyak hal.

Terutama soal kakek misterius yang tiba tiba menghilang setelah dia membantunya menyeberang jalan. Entah kenapa dia selalu merasa merinding jika teringat kakek itu yang tiba tiba menghilang begitu saja seolah olah tak pernah ada.

Tiba tiba dia teringat dengan bola kecil berwarna biru seukuran kacang kedelai yang sempat dia masukkan ke dalam saku celananya. Dia segera bangkit dari tempat tidurnya dan berjalan menuju kamar mandi.

Dia menaruh celananya di tumpukan baju kotor karena kebetulan hari ini adalah hari Sabtu dan besok adalah hari Minggu. Kevin segera mengambil celana itu dan merogoh kantong tempatnya menaruh bola biru kecil sebelumnya.

Tidak lama kemudian dia menemukannya dengan cukup mudah. Bola kecil berwarna biru terang itu benar benar terlihat biasa saja. Dan itu benar benar seukuran kacang kedelai.

Setelah menaruh celananya di ember khusus untuk menaruh baju kotor, akhirnya dia keluar dari kamar mandi dan kembali ke kamarnya.

Setibanya di kamar Kevin kembali berbaring, mengangkat tangannya dan memperhatikan bola kecil yang pegangnya dengan seksama. Tapi detik berikutnya hal yang mengejutkan terjadi. Jari tangannya teras licin sehingga bola kecil berwarna biru jatuh tepat di mulutnya yang sedikit terbuka.

Parahnya lagi. Bola kecil berwarna biru itu tertelan di tenggorokan ya dan masuk ke perutnya.

"Sialan ! Bola kecil ini tertelan ! Ucapnya panik.

Tiba tiba dia merasakan seluruh tubuhnya memanas dan rasa terbakar yang begitu hebat segera menjalar ke seluruh tubuhnya.

Hal itu begitu mengguncangnya, hingga akhirnya Kevin pun pingsan di tempat.

Terpopuler

Comments

Hr⁰ⁿ

Hr⁰ⁿ

bagus novelnya tpi pling gedek kalo dalam cerita novel bawa nama 'allah' tolong di perbaiki lagi Thor🙏

2024-08-18

0

Aegis Aetna

Aegis Aetna

Rapiinn lagi tulisannya bang. Biar enak dibaca. Btw semangat...

2024-08-12

0

Aegis Aetna

Aegis Aetna

Gw dukung Robi, kalo gak mau ditindas sadar ama kelas lo. Ato kalo gak pinter" ngejilat, apalagi ama anak orang berkuasa, keadilan di dunia nyata itu hanya bullshit...

2024-08-12

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Awal Mula.
2 Bab 2. Perubahan Drastis.
3 Bab 3. Tiba Di Puskesmas.
4 Bab 4. Tiba Di Puskesmas Bagian 2.
5 Bab 5. Pulang Ke Rumah Dan Kemajuan Tahapan Kultivasi.
6 Bab 6. Hari Pertama Kerja.
7 Bab 7. Aku Yang Sekarang Bukanlah Aku Yang Dulu.
8 Bab 8. Hari Terakhir Bekerja Di Proyek.
9 Bab 9. Satu Pukulan Saja Sudah Cukup Untuk Menghancurkanmu.
10 Bab 10. Tangis Haru Kedua Orang Tua.
11 Bab 11. Apakah Kamu Mau Mati ?
12 Bab 12. Berita Yang Menggemparkan Kota Justisia.
13 Bab 13. Stadion Bawah Tanah, Arena Tarung Bebas.
14 Bab 14. Arena Tarung Bebas.
15 Bab 15. Melawan Nomor 9, Si Tangan Besi.
16 Bab 16. Menandatangani Kontrak.
17 Bab 17. Menandatangani Kontrak Bagian 2.
18 Bab 18. Membantu Alya
19 Bab 19. Peningkatan Kekuatan.
20 Bab 20. Situasi Menegangkan.
21 Bab 21. Pahlawan Negara.
22 Bab 22. Pesawat Asing Yang Mendekati Bumi.
23 Bab 23. Pertarungan Sengit.
24 Bab 24. Memahami Konsep Ruang Dan Waktu.
25 Bab 25. Situasi Genting.
26 Bab 26. Terobosan Tingkat Nascent Soul Tahap 2.
27 Bab 27. Tingkat Ke 6 (Deva Soul/Ranah Pembentukan Jiwa).
28 Bab 28. Ketenangan Sebelum Datang Badai Yang Lebih Besar.
29 Bab 29. Undangan PBB Untuk Menghadiri Peresmian APD. (Asosiasi Pahlawan Dunia.)
30 Bab 30. Peningkatan Kekuatan Fisik Dan Hari Keberangkatan.
31 Bab 31. Tiba Di New York City.
32 Bab 32. Bunuh dirimu Sendiri Dan Serahkan Nyawa Anjingmu! Aku Menginginkannya.
33 Bab 33. Bumi Berada Dalam Ancaman Besar.
34 Bab 34. Bertarung Di Arena Raja.
Episodes

Updated 34 Episodes

1
Bab 1. Awal Mula.
2
Bab 2. Perubahan Drastis.
3
Bab 3. Tiba Di Puskesmas.
4
Bab 4. Tiba Di Puskesmas Bagian 2.
5
Bab 5. Pulang Ke Rumah Dan Kemajuan Tahapan Kultivasi.
6
Bab 6. Hari Pertama Kerja.
7
Bab 7. Aku Yang Sekarang Bukanlah Aku Yang Dulu.
8
Bab 8. Hari Terakhir Bekerja Di Proyek.
9
Bab 9. Satu Pukulan Saja Sudah Cukup Untuk Menghancurkanmu.
10
Bab 10. Tangis Haru Kedua Orang Tua.
11
Bab 11. Apakah Kamu Mau Mati ?
12
Bab 12. Berita Yang Menggemparkan Kota Justisia.
13
Bab 13. Stadion Bawah Tanah, Arena Tarung Bebas.
14
Bab 14. Arena Tarung Bebas.
15
Bab 15. Melawan Nomor 9, Si Tangan Besi.
16
Bab 16. Menandatangani Kontrak.
17
Bab 17. Menandatangani Kontrak Bagian 2.
18
Bab 18. Membantu Alya
19
Bab 19. Peningkatan Kekuatan.
20
Bab 20. Situasi Menegangkan.
21
Bab 21. Pahlawan Negara.
22
Bab 22. Pesawat Asing Yang Mendekati Bumi.
23
Bab 23. Pertarungan Sengit.
24
Bab 24. Memahami Konsep Ruang Dan Waktu.
25
Bab 25. Situasi Genting.
26
Bab 26. Terobosan Tingkat Nascent Soul Tahap 2.
27
Bab 27. Tingkat Ke 6 (Deva Soul/Ranah Pembentukan Jiwa).
28
Bab 28. Ketenangan Sebelum Datang Badai Yang Lebih Besar.
29
Bab 29. Undangan PBB Untuk Menghadiri Peresmian APD. (Asosiasi Pahlawan Dunia.)
30
Bab 30. Peningkatan Kekuatan Fisik Dan Hari Keberangkatan.
31
Bab 31. Tiba Di New York City.
32
Bab 32. Bunuh dirimu Sendiri Dan Serahkan Nyawa Anjingmu! Aku Menginginkannya.
33
Bab 33. Bumi Berada Dalam Ancaman Besar.
34
Bab 34. Bertarung Di Arena Raja.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!