Bab Sembilan Belas

HARI DEMI HARI PUN DI LEWATI.

"Tolong Nyonya, saya mohon! Nona sedang tidak sehat, tidak bisa di ganggu."

"Apa apaan sih, kamu itu hanya pembantu di rumah ini. Minggir..!" Gwen berteriak, membuat Juwita sakit kepala.

Meraih sweater rajut, ia pun menguncir sekedarnya.

Krek..

"Ada apa Tante.. Kenapa bising sekali?" tatap Juwita membuat Gwen senyum menyeringai.

"Hah.. Asal kamu tahu ya Juwita! Turun ke bawah, banyak yang sedang menunggu mu."

Gwen pun berbalik, ia turun ke arah tangga tanpa terlihat lagi. Sementara Juwita pening di kepalanya membuat dirinya benar benar sebal saat Gwen berani mengusiknya lagi.

Beberapa hari lalu, setelah pulang dari pemakaman Arman. Dirinya sempat mengejar Jack, mengikuti keberadaan motor besar dengan bantuan ojek pangkalan. Meninggalkan bibi Lau dan supir yang berteriak karena Juwita pergi, alhasil tidak ketemu dengan jejak Jack dan Viona, ia malah kehujanan yang membuat nya tidak enak badan.

"Nona enggak perlu turun!"

"Ga apa bi, setengah jam lagi Juwita turun. Katakan pada semuanya, Juwita juga mau tahu apa yang Nenek sihir itu rencanakan. Buatkan aku minuman jahe hangat aja ya bi, setelah ini pasti badan Juwita lebih seger!"

"Baik Nona."

Juwita kembali menutup pintu dan bersiap, lalu melihat buku milik Arman yang belum sempat ia baca. Perlahan buku itu ia buka, ia baca sebentar tiap lembar, bahkan senyum Juwita saat terlihat kata kata dengan sematan foto Arman dan Juwita, ada sebuah tulisan untuk dibaca.

'Setiap kali keinginan kakak adalah melindungi kamu Juwita! Kakak berharap tidak pernah meninggalkan mu, tapi jika itu terjadi keajaiban harus datang untuk menyelamatkan keluarga kita, semua yang dimiliki kita adalah milik mendiang Mama, kamu harus tahu itu dan carilah bukti yang di miliki papa masih milik nama mama, carilah sebelum berubah.'

DEG..

Juwita terdiam, ada banyak berapa masalah dan teka teki lagi keluarga ini?!

Juwita pun kembali mengacak beberapa lembar buku itu dengan cepat.

'Percayalah papa melakukan kesalahan karena yakin yang di pilihnya bisa merawat kita berdua, tetapi sebaliknya. Love adik ku sayang jangan banyak menangis.'

Juwita entah kenapa merasa terenyuh, bahkan di dalam buku tersebut selalu ada gambar cinta, dan foto box kecil antara Arman dan dirinya, dari seragam biru hingga seragam abu abu.

"Hah.. Aku sangat iri melihat buku diary Arman. Kenapa kalian sangat sempurna, tidak kekurangan satu pun tetapi kurang beruntung dalam kasih sayang, memang tidak mudah ketika kecil di tinggal ibu, sejak kecil aku malah sebaliknya aku di tinggal pergi ayah hingga ibuku berjuang mati matian." lirih Juwita bicara sendiri.

Tok..

Tok..

"Nona, bibi taruh minumannya disini ya."

"Baik bi, makasih."

Dan saat ingin menutup buku, selembar kertas kartu nama jatuh, disana Juwita meraih nya dan membaca dengan jeli. Nafasnya tidak beraturan saat tulisan akhir yang membuatnya kaget.

"Menu hari ini adalah sup seafood, tapi seorang Arman alergi berlebihan pada seafood, bukan menyebabkan sakit berkepanjangan jika ia paksa konsumsi. Tapi demi nama adikku, aku rela menghabiskannya untuk dia tidak lagi menyakitimu. Juwita adikku.. Jadilah yang terkuat tanpa kakak!"

Mata Juwita menoleh memerah ke arah bibi Lau.

"Bibi.. Apa benar ini tulisan Arman..?. Dan bibi bisa beritahu Juwita, apa maksud tulisan ini. Tanggal tulisan ini adalah dimana Juwita harusnya menjemput papa untuk pulang ke rumah."

Bibi Lau menutup mulutnya dan menatap Juwita saat itu juga.

"Non.. Ini.. "

"Baik, sudah pasti mereka kan. Mereka pasti dibalik semua ini, Arman memberi petunjuk. Juwita harus beri mereka hukuman sekarang bi!"

"Nona tunggu. Nona jangan gegabah, bibi akan lakuin apapun agar Non Juwita tidak sedih berkepanjangan. Tapi Non Juwita harus ingat, yang di hadapi itu keluarga dan pilihan Tuan besar. Jika Non memaki mereka tanpa ada bukti, Non bisa di anggap pencemaran nama baik dan bisa dijebloskan. Dan.. " bibi Lau pun terdiam, seolah merangkul Juwita.

"Jika bibi mau bantu Juwita. Tolong lakukan ini bi! Sisanya Juwita yang lakukan, ini bisa jadi bukti dan alat ini jangan sampai terlihat."

"Baik Non." bibi Lau langsung pamit.

'Ah.. Benar, menghadapi orang orang serakah memang tidak bisa di tebak, tapi demi aku bisa bertahan sampai bisa membalas dendamku untuk mencari Jack, aku harus menyelesaikan lebih cepat pemilik tubuh ini bebas dari semua sampah disekelilingnya. Paman, Gwen dan yang lain tunggu hadiahku ya.' senyumnya.

🪻🪻🪻

"Lihat dia baru turun, memang dia siapa bisa bisanya lambat datang menghampiri yang lebih tua." ujar Meta, dimana Juwita tak peduli kata katanya.

Sementara Gwen, Paman dan David serta asisten rumah yang lain menatap Juwita dengan sombong.

"Memang ada apa kalian semua mencari ku..?"

"Kemarilah Juwita. Paman perlu membahas ini sekarang. Dan bacalah semua ini!"

Gober memberi sebuah map, di sana Juwita duduk beberapa saat, hingga terbelalak saat membaca perlahan satu persatu semua yang tak ia percaya dan menoleh ke arah paman.

"Hah.. Paman apa kau sedang menipu keponakan mu?" lirih Juwita membuat Gober senyum jadi sempit.

"Apa maksud kamu Juwita. Kamu menuduh yang lebih tua dan paham apa tentang ini, bocah seperti kamu tinggal tanda tangan saja semua akan paman bereskan." Gober pun kesal, berdiri dan menunjuk Juwita.

Tetapi Juwita menyentuh telunjuk Paman Gober sambil berkata senyum miring.

"Paman akan kena pidana, karena papaku masih hidup. Dia hanya tidur yang istilah medis kritis, tapi Bangku perusahaan papa. Selain Arman, paman Lupa aku yang berhak mendudukinya. Paman jika ingin merebut milik papa, harus langkahi Juwita lebih dulu. Paman lupa, jika semua aset yang kalian pakai saat ini adalah masih milik mendiang mamaku, dan keluarga mama."

Deg..

Juwita pun bangkit, ia pergi membuat yang lain diam lemas.

'KAU..'

"Paman ingat kata kataku, jika paman membelok paman akan kehilangan semuanya. Ingat Juwita bisa lakukan apapun, dan akan mencari bukti kelemahan kalian semua. Jadi semua yang ada disini, ingat kata kata Juwita lah yang kalian harus dengar."

Menyebalkan.. ( Gwen kesal ia pergi di ikuti Meta, meninggalkan Gober duduk lemas.)

Dan saat itu, Juwita kembali menoleh. Matanya mencari cari Viona, dimana wanita itu.

"Viona datanglah aku menunggu!" pesan Juwita, tetapi balasan nomor tak dikenal membalasnya.

Bersambung..

Masih ada lanjutan bab lagi ya all, semoga cepat lolos.

❤️ HAPPY READING ALL ❤️

Terpopuler

Comments

Syabla

Syabla

harta melimpah ribet bener keluarganya

2024-07-09

0

cinta ariani

cinta ariani

gwen nyebelin amat berkuasa di balik si gober 🤔 berasa ipar maut ini mah jangan bilang bapaknya juwita sakit mereka ada main.si gober duda bukan tor

2024-07-09

0

Mr Azusi

Mr Azusi

viona ngumpet kale perkara kagak mau jadi kacung juwita😅

2024-07-09

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!