Juwita yang berada di mobil, ia segera mengompres keningnya dengan pendingin plaster. Entah kenapa sejak kejadian kemarin dirinya harus lebih berhati hati.
"Non .. Beneran gak apa apa, mau izin saja hari ini?"
"Ga usah bi, Juwita baik baik aja. Kabarin Juwita jika ada sesuatu, sore ini Juwita harus jenguk kepulangan papa."
"Baik Non, bibi akan siapkan, Tuan pasti senang jika putrinya menjemput."
Hm .. ( senyum nya )
Hari itu tanpa ada pertanyaan lagi, ia berusaha menjalani pemilik tubuh ini yang sedang menuntut ilmu, bukan tanpa alasan selain dirinya jadi kembali di usia muda, hidup dengan tanpa kekurangan pun membuat Juwita bisa paham arti belajar di universitas tanpa memikirkan beban biaya yang di keluarkan. Sebab dirinya dulu pernah belajar seperti ini tidak semewah yang ia jalani sekarang, bahkan saat itu berhenti di tengah jalan di semester awal karena keadaan tidak bisa melunasi uang semester awal.
Dan saat menuju ruang kelasnya, Juwita melihat Viona yang saat itu datang dengan wajah yang tidak asing, dia adalah Rini yang menurut Juwita mereka tidak ada capeknya mengganggu.
"Berhenti Juwita! aku sudah tahu kebenarannya. Dan .. Lihat ini .. !"
Apa ..
Juwita meraih foto keluarga yang di pegang Rini, belum habis habis menguji kesabaran. Kini foto asli dan editan ia sudah tahu, bahkan Serapih apapun foto tersebut pasti terlihat orang langsung percaya bagi yang Awam. Tapi tidak dengan Juwita, yang tertawa saat itu juga.
"Haa haa .." kekeuh Juwita menatap Rini, lalu ke arah Viona dan tiga teman lainnya di belakang.
"Kenapa ketawa, ga ada yang lucu. Kamu ga bisa ngelak anak pungut." oceh Rini.
"Bagaimana bisa langsung percaya, kau ini Rini, apa .. yang kemarin belum cukup ya! Lebih baik menyingkir saat ini, pelajaran sebentar lagi di mulai jangan buat aku telat dan marah."
"Huu .. Pasti kan dia ketakutan, seorang Juwita pandai bersilat menghindar kebenarannya." tawa Viona membuat Rini semakin panas.
Rini yang ingin membuka air mineral, ia semburkan ke arah Juwita, namun segera ditangkis mengenai wajahnya sendiri.
Auw ..
"Lihat kebodohan mu Rini! Katanya senior, tapi masih saja bodoh. Foto ini memang papaku, tapi dua orang ini bukan ibu dan aku tidak punya adik. Jika masih percaya dengan omongan Dasim di sebelah mu itu, lebih baik lakukan tes DNA dengan pengawalan ketat. Mau coba?" bisik Juwita lalu mendorong tubuh mereka di tengah tengah, sebab Juwita jalan menuju kelasnya karena segerombol lalat menghalangi.
'Sial .. ' Viona yang sebal, namun di tatap oleh ke empat teman mereka.
"Kenapa lihat aku kaya gitu, aku punya ide beri pelajaran untuknya. Tunggu nanti jam pulang, aku beneran bilang jujur kalau Juwita yang anak pungut." jelas Viona pada Rini yang pergi begitu saja.
Seperti jam jam biasa, jika itu tentang belajar Bisnis manajemen. Juwita sangat sebal namun rasa ingin tahunya mengalahkan ngantuk dan malas, apalagi ia mempelajari ekonomi mikro dan makro saat ini, mungkin alur kehidupan yang harus dijalani membuat Juwita legowo, selain berada di tubuh orang lain ia tidak mau membuang kesempatan emas, masa masa sulit cita citanya bisa ia raih di kehidupan keduanya ini.
Dulu ia hidup sangat sulit, bahkan ketika ayah nya tiada dan ibunya menjadi tulang punggung, membuat Juwita sekolah sambil berdagang. Namun suatu hari ia memutuskan untuk melepas cita citanya demi bekerja dengan tekun, hingga sampailah ia menjadi sekertaris kepala BNN, agenda atasannya ia yang siapkan, bahkan ancaman tekanan atasan membuat dirinya bisa berlatih bela diri.
Sampailah suatu saat atasannya berpulang untuk selama lamanya, ia harus di pindahkan oleh atasan lain ke negara yang kini ia tinggal, namun tidak berjalan mulus masih penuh rintangan. Beruntung ia bertemu Jack yang membuatnya nyaman, tetapi sakit hati itu terbuka saat tunangannya memilih membunuhnya dan kini meninggalkan ibunya sendiri yang tidak tahu bagaimana kabarnya.
Hash ..
'Baiklah semua ini harus segera selesai, mari kita bantu masalah pemilik tubuh ini. Setelah itu mencari Jack.' sebuah pena di letakkan, dan tutup buku karena pelajaran hari itu selesai.
Seluruh pelajar satu persatu pergi, Juwita yang malas antri, ia memilih duduk sambil menunggu situasi sepi untuk ia segera pulang. Tetapi saat akan keluar menuju pintu, seseorang datang kilat dari luar, dia menutup pintu kelasnya dan mengunci Juwita.
Juwita berlari sebelum pintu tertutup, apa daya ia kalah cepat.
Klek.
"Eh .. Siapa itu, Hey! Buka pintu nya!"
DUG.
DUG.
"Rasakan kamu Juwita, menginap saja disini. Teman mu itu yang Dasima bakal nemenin semalaman. Hahaha .. Kali ini rasakan pembalasan aku."
Suara itu Juwita tahu, ia pun berteriak membuat penegasan atau ancaman.
"Viona buka pintunya!"
DUG ..
DUG ..
"Viona, kau dan teman teman mu itu akan tahu akibatnya jika tidak buka pintu sekarang juga ya!"
Tidak ada suara lagi.
Juwita menatap sekeliling, tidak ada jendela yang bisa ia panjat untuk keluar, sekalinya ada pun tidak mungkin bisa melompat dari ketinggian jika berhasil memecahkan kaca.
Ruangan itu penuh terjaga jaring tralis. Ada satu celah pencahayaan tapi tidak mungkin ia pecah, karena dinding kaca tersebut sulit untuk ia rusak, tetapi satu celah mata Juwita menatap tabung Hydrant yang sebagian alat darurat jika terjadi kebakaran, tapi Juwita ambil dengan memanjat bantuan bangku. Lalu mengangkat dan menuju pintu.
BAK ..
BIK ..
BUK ..
Juwita berkali kali merusak pintu kelas dengan alat tersebut, hingga ke lima kalinya berhasil membuat daun pintu terbongkar. Juwita berhasil keluar membuat satu pandangannya ingin mencari Viona dan teman temannya.
Tapi apa daya, satu dosen terkejut akan sikap Juwita yang merusak kelas.
"Ada apa ini Juwita? Kenapa merusak pintu nya?"
"Pak Dolf. Maaf saya dikunci oleh seseorang, saya berteriak sejak tadi tapi hanya ini yang saya bisa lakukan."
Dosen yang berniat kembali ke ruangannya karena ada yang tertinggal, ia masuk melihat pintu kelas di rusak. Lalu meraih laptopnya yang tertinggal.
"Pak Dolf saya bisa bertanggung jawab, cctv disini bisa jadi bukti. Saya mohon izin mencari pelakunya. Saya akan minta asisten papa untuk mengirim orang membetulkan pintu ini. Saya mohon pak!" memohon Juwita agar masalah tidak panjang.
Menghela nafas, Dosen itu pun iba pada Juwita. "Baiklah, cepat minta orang untuk perbaiki, jangan sampai berita ini sampai Rektor, perbaiki dengan pintu yang sama! Waktumu tiga jam dari sekarang, jika lewat dari itu bapak tidak bisa membantu kamu Juwita."
"Oh .. Siap. Makasih pak!"
Juwita pun pergi, ia berlari lari mencari keberadaan Viona. Sebab yakin anak itu tidak mungkin langsung pulang, Juwita tahu apa yang harus ia lakukan, selain membuat Viona malu dan mungkin tidak lagi mengganggunya.
'Hari ini tamat kamu Viona.'
Benar saja, setelah berkeliling seseorang memberitahu keberadaan Viona saat Juwita bertanya pada mahasiswa siswi yang ia tidak kenal, yang masih berada di kampus.
Juwita yang sempat ke parkiran menemui bibi Lau dan meminta bantuan, ia meraih ponselnya dan membuka aplikasi ponsel lain milik Rini yang ia sadap beberapa waktu.
'Jadi Viona dan rekan rekannya ada di Club? Keren juga, aku baru tahu jika kampus ini punya fasilitas mewah, mungkin karena mahal jadi aku bisa injak Executive club disini ..?'
Melihat jam di tangan, masih ada waktu beberapa jam, tapi ia tidak mau kalah hanya karena tidak bisa bermain golf. Buru buru Juwita meng searching tautan cara bermain Golf. Mengingat Viona selalu membawa stick golf, maka hanya mengalahkan satu satunya cara untuk Viona dan teman temannya mendapat hukuman.
"Ya hallo pak, saya sudah share lokasinya. Saya juga sewa alat stick golf dan lainnya, saya bayar mahal agar anda bisa membantu saya untuk menjadi pemain golf handal." Juwita menutup telepon.
Dan benar saja tidak butuh lama, beberapa guru Golf pun memberikan alat kepada Juwita, sebagai pelatih dirinya benar benar seperti mimpi melatih selama 2 jam dengan bayaran 10 juta.
"Apa nona tidak bisa sama sekali olahraga ini?" tanya pelatih Du.
"Sesekali dulu dan sudah lama, saya mau berlatih dan mohon bantuan nya!"
"Baik Nona, ayo kita mulai saya akan mencontoh dari yang termudah."
Juwita pun memerhatikan, tangannya memegang erat stick golf saat pelatih Du memberi aba aba. Pikiran Juwita adalah memberi pelajaran, kecerdasan harus jalan selain bisa melawan fisik dan tekadnya tidak mau di tindas.
Juwita memejamkan mata, 'Viona .. Atau Vio di masa lalu, aku tidak akan diam saat ini, tunggu pembalasan ku.'
BERSAMBUNG ..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
cinta ariani
🤣🤣 dasim kagak tuh sama si jin emang kelakuan viona ngeselin dah kena sial masih aja terus ganggu
2024-07-06
0
cinta ariani
weh caper si viona pengen punya temen genk kok bikin pengakuan pembohongan.bukannya baik ama.juwita secara dia hidupnya dah baik nikah ma bapaknya juwita.pertanyaan bapaknya masih koma tor
2024-07-06
0
Mr Azusi
eh ini mah emang reel ada kok kalangan kuliahan fasilitas keren bayaran beda tergantung penghasilan ortu bray.persemester udah 3 digit kali🤔 keren tor suka sama juwita
2024-07-06
1