Bab Tujuh Belas

"Tunggu!"

Langkah .. Juwita berhenti karena seorang pria mengejar hingga kini tepat di sampingnya, dan membuat Juwita kini menatap sejajar.

"Tas kamu tertinggal! Nama ku .. Aldo. Apa kamu ..?"

"Juwita Lim."

"Aldo." singkatnya, setelah menurunkan tangannya yang Juwita saat itu langsung pergi bahkan tak terlihat.

"Waduh .. Penampilan berubah, apa attitude juga berubah. Lo ga jelasin yang nolong si cupu tenggelam itu elo?" tanya Riki.

"Sepertinya enggak liat tangan terlalu bawah, ayo pergi!" Aldo tanpa basa basi, pergi seolah mengejar Juwita.

Banyak pasang mata wanita terlihat aneh sikap pria tampan seolah mengejar wanita cupu yang mereka kenal selama ini.

Berbeda dengan Juwita yang kini menuju mobil, disana terlihat supir mundar mandir dan kaget saat Juwita kembali dengan pakaian yang tak pernah Supir lihat. Bahkan nona nya itu selalu tampil tertutup tidak menyukai pakaian olahraga ketat seperti Lady.

"Ke rumah sakit sekarang pak!"

"Tunggu Nona, saya sejak tadi hubungi Nona. Saya mau bilang, jika Tuan Besar .. Tuan .." diam supir.

"Ada apa pak?"

"Tuan besar Steven Lim sedang koma satu jam lalu, beliau syok saat Den Arman di nya takan .. di nya ta kan tidak ter to long." gugup si supir memberi info.

Apa ..

"Non .." supir refleks, tapi tak berani menyentuh.

Juwita lemas, ia yang ingin masuk ambruk seketika duduk, hal itu membuat pria dibelakangnya menghampiri dan membantu Juwita bangun.

"Aku bantu kamu! Apa kamu adik Arman Lim. Aku tahu bapak supir ini sering mengantar Arman. Dari nama ..?"

Juwita pun berbalik arah sebentar, lalu berdiri sendiri tanpa membalas, tidak memikirkan pria di sampingnya tapi ia pejamkan sebentar, seolah ingatan pemilik hadir melintas.

'Dia benar teman kak Arman?'

"Tidak perlu, saya dengan supir." tolaknya, membuat Aldo diam.

Juwita meminta supir segera ke rumah sakit sekarang juga, mengabaikan pria yang sempat mengulurkan tangan agar Juwita berdiri lagi.

"Ayo jalan pak!"

"Baik Nona."

Lagi lagi pikiran Juwita gamblang, hatinya sakit bercampur sedih. Meski ia tidak tahu siapa Arman, tapi jelas nama itu yang sering bibi Lau ceritakan, dia adalah sosok kakak terbaik perhatian dan selalu membelanya.

Pemilik tubuh ini seolah memberikan rasa, meski Juwita tidak kenal dan ingat bagaimana kesehariannya. Mengandalkan cerita bibi lah, membuat Juwita bisa tahu siapa yang berniat jahat dan ada di pihaknya. Apalagi kini ingatan ingatan kilat melintas meski hanya visual gambar saja.

"Nona maaf! Tapi sejak tadi saya sudah mencari nona, pintu kelas sudah beres. Saya terlambat memberi tahu Nona, dan jika Nona tidak baik saat ini, apa perlu saya antar pulang menunggu di rumah saja."

"Cepat jalan ke rumah sakit pak!" galau Juwita, seolah rasa sedihnya sesak menusuk ke ulu hati.

Pikirannya memang tidak ingat, tapi gestur dan hatinya seolah sisa pemilik tubuh ini memberi rasa, lalu jika dia terjebak bagaimana dengan nasib roh pemilik tubuh ini.

Dan beginilah sehari hari Juwita saat terbangun, meski hidupnya enak dan tidak kekurangan tetap saja hal memilukan adalah menjadi orang lain. Entah .. Rencana apa yang semesta berikan, sehingga ia hidup di tubuh orang lain.

Hingga tiba di rumah sakit, di sana ia menemukan bibi Lau yang berjaga di depan pintu rumah sakit. Tetapi wajah nya muram, ditekuk bagai banyak penekanan yang membuat Juwita menoleh ke arah sekeliling.

Betapa terkejutnya saat ia mendorong pintu kamar vvip. Di sana ada Paman Gober .. Gwen dan Meta yang saat itu tak pernah Juwita izinkan mereka masuk.

"Kalian .. Kenapa disini ..?"

"Beruntunglah kamu datang Juwita! Asisten papa mu sedang mengurus kepulangan Arman. Bagaimana pun kembaran mu harus kembali ke tanah air bukan, tidak perlu berdebat kita harus membereskan pemakaman Arman?" Gober menjelaskan dengan wajah menyebalkan.

"PAMAN .. Tapi papa kritis, kenapa papa bisa kritis LAGI. Siapa yang memberi kabar buruk terhadap papa yang sudah membaik?" teriak Juwita, sementara Gwen tetap diam tak berani menatap.

"Juwita. Paman minta! Jaga sikapmu, jika tidak mau ikut dalam masalah serius, teriakan mu bisa di anggap papa mu kritis, lebih baik ikuti paman!"

DEG ..

Sementara Juwita lelah, kembali sakit dan sedih tak bisa memberontak dan ingin memaki tiga orang di depannya ini, melihat keadaan pria paruh baya yang terbaring sakit banyak selang infus.

"Keluarlah! Biar aku saja yang menunggu papa." Ujarnya.

Ketiga orang tersebut keluar, meninggalkan Juwita. Tangisan Juwita terasa sesak, entah kenapa pemilik tubuh ini memberi rasa yang semakin dalam, menoleh saat bibi Lau mendekat.

"Non, percaya sama bibi. Kita sebaiknya bersiap untuk memakamkan Arman. Bibi akan cerita kan lagi, dan bibi minta maaf karena Gwen dan paman menerobos kamar Tuan, bibi tidak punya kuasa melawan mereka."

Juwita mengepal tangannya, ia yakin sesuatu terjadi yang membuat sang papa kembali koma.

"Bi, Bersiaplah pulang lebih dulu, Juwita akan menyusul ke pemakaman. Ada yang harus Juwita urus."

"Baik Non."

Juwita sangat lama sendirian di ruangan tersebut, tangan pria paruh baya itu ia sentuh dan tempelkan pada pipinya. Ingatan dirinya pada pria paruh baya itu adalah andai saat kecil papanya tidak meninggal, mungkin ia senang bisa di gapai oleh pria yang sering di sebut papa oleh pemilik tubuh ini. Air matanya mengalir deras, melihat guratan pria yang tidak lagi muda.

Dengan sesenggukan Juwita pun bicara," Papa, meski aku bukan yang kamu kenal saat ini. Tapi aku janji, akan membuat sampah yang ada di sekeliling mu. Meskipun itu masih ada anggota darah, aku akan memberi perhitungan dan membuat mereka angkat kaki. Dengan begitu dia tidak lagi berani menyakitimu dan Juwita anak mu."

Kembali Juwita meraih tabletnya, ia mengecek profil GOBER, dan keahliannya bagai detektif ia semakin tahu, jika kini pamannya membuat kantor perusahaan yang baru di dirikan.

Dan beberapa puluh menit kemudian," Hah .. Aku yakin ini senjata kelemahan paman, aku pastikan paman tidak mengelak!" Juwita mencopot dan mengirim surel ke seseorang, dan berdiri untuk pergi.

Tapi saat membalik badan, berdiri disana ia pun melangkah ingin pergi. Tapi saat itu terkejut saat pintu rumah sakit terbuka, di sana ada seorang pria yang menatapnya intens.

BERSAMBUNG ..

Masih ada lanjutan ya all, Yuk jejak agar cepat lolos review.

Terpopuler

Comments

mB€|6€D€§

mB€|6€D€§

masa intel, sekretaris ketua bnn kok insting & pola fikirnya lemot..? 😇

2024-11-08

0

Ari Peny

Ari Peny

kurang cerdas padahal sdh pengalaman

2024-07-18

2

roy

roy

kok bisa bukannya udah sehat mau pulang😡 nenek sihir racunin kale

2024-07-07

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!