Juwita pun melepas, dimana wanita itu mengusap tangannya yang sakit, sehingga mengancam Juwita.
"Kau lihat ya Juwita! Aku akan membalasnya ketika pulang nanti."
"Kau yang memulai duluan! Kau pikir aku akan diam saja, baiklah aku tunggu juga."ancam balik Juwita kembali duduk, membuat tiga wanita yang lain berdesis kebingungan karena Juwita seberani ini pada mereka, sebab yang mereka tahu Juwita selalu cengeng, dan memohon ampun saat di aniaya, bahkan diam tak berani membalas.
Hingga beberapa jam waktu, Juwita benar benar menguap entah untuk beberapa kali, sungguh pelajaran yang diajari dosen, materi yang membosankan dan tidak sesuai dengan keahliannya membuat Juwita ingin pindah perguruan saja, apalagi pemilik tubuh ini orang kaya, bahkan dari kampus ternama nya saja sudah pasti di isi dengan anak anak orang orang elite, bahkan keluarga miliader, generasi orang ternama yang tidak mungkin bisa masuk di perguruan tersebut, termasuk anak anak pengusaha ternama pastinya.
'Aku harus cari tahu, apa ada perguruan Hukum atau yang menantang lainnya, jurusan bisnis ini membuat mumet. Apa aku bisa pindah, atau .. Ah, kenapa rumit begini sih. Kenapa Tuhan saat memberikan aku kesempatan, tidak berada di tubuh petinggi BNN, atau pangkat paling tinggi dari militer, sehingga aku bisa menghukum Jack dan yang lainnya, tidak perlu serumit ini menjadi gadis remaja yang dulunya lemah.' ocehan dalam batin.
Dan jam pelajaran pun selesai, masih ada sesi pelajaran yang harus Juwita lakukan di kelas lain, tetapi ia ingin rehat bermaksud ke kantin karena lapar. Tetapi empat wanita tadi mendekat, dan merampas tas Juwita hingga di lempar ke lantai.
Buk ..
"Baguslah, gimana pertunjukan ini. Apa kau suka ..?" gadis itu bahkan menginjak nginjak tas Juwita, tetapi Juwita diam hanya meraih tasnya yang sudah kotor oleh sepatu bercampur tanah.
"Dita .. Kau ingin apakan lagi Juwita, Haa .. Haa .." seseorang dengan dua lainnya menertawai, bahkan mahasiswi yang lain lewat pun tak berani ikut campur, karena tidak ada waktu.
Juwita yakin generasi sekolah elite, tahap pembullyan sangat tinggi dan ekstrim.
"Aku ingin buang air kecil, apa kalian mau ikut?" ucap Juwita, kembali meraih tasnya.
"Ah .. Indah sekali, baiklah. Ayo kawan kawan kita ke toilet, sepertinya pertunjukan kita ini lebih keren." ujar Dita, tertawa penuh percaya diri.
Dan saat Juwita sudah masuk, ia di dorong oleh Dita. Dimana ia segera membalikan badan, dan Juwita menangkis tangan Dita yang ingin memukulnya dengan gagang pel an.
Buk ..
Buk ..
Prang ( alat Pel terlempar )
Auw .. Sakit .. sakit.
"Kau pikir kau bisa seenaknya, ingin memukulku dengan keroyokan." Juwita masih menahan tangan Dita, yang ia pelintir salah satunya dengan nada kesakitan.
"Kalian semua kenapa diam, hajar dia!" teriak Dita, namun kaki Juwita menepis ketiga wanita yang maju ingin memukulnya.
Tetapi Juwita sudah mendorong Dita hingga tak bisa berkutik, bahkan berdiri saja tak kuat. Lalu Juwita menangkis tiga gadis yang akan mengeroyoknya. Satu ia tepis oleh kaki hingga jatuh, satu lagi ia dorong oleh kaki lain, dan satu lagi segera menampar saat dua gadis lain jatuh bersamaan, sebab yang terakhir berusaha ingin memukul wajahnya.
Plak ..
Bug ..
"Auw .. sakit." rintihnya kesakitan.
"Dita, aku tidak ikut ikutan!" gadis itu lari, di ikuti dua gadis lain yang meninggalkan Dita seorang.
Tetapi Juwita lari cepat, menahan pintu kamar mandi tersebut hingga berkata dengan keras.
"Kalian pikir setelah ini semua beres! Kalian memulainya, jadi sebelum kalian pergi harus lakukan sesuatu untuk mengakhiri!" teriak Juwita, dimana tiga gadis tersebut meminta maaf dan ampun.
"Kami minta maaf Juwita, kami janji tidak ikut ikutan Dita lagi, tolong maafkan dan lepaskan kami."
"Baik .. Tapi ada syaratnya."
"Apa ... Juwita."
Juwita menoleh ke arah Dita, yang masih saja tersungkur. Disana ia meminta ketiga wanita tersebut menampar Dita sekarang juga.
"Tampar Dia .."
APA .. ( Tiga gadis itu bingung, karena tak berani. )
"Lihat aku punya benda hitam yang selalu terlihat, terekam jelas kalian yang memulai ganggu Ku, jika ini bocor tersebar, mungkin selain dikeluarkan dari sekolah adalah .. Kantor kepolisian." ancam Juwita, reflek tiga wanita itu bergantian segera menampar Dita.
Plak.
Plak.
Plak.
Kau berani padaku? Bisik Juwita, menangis menahan sakit di pipi pada tiga temannya itu.
"Kami sudah lakukan semuanya Juwita, tolong izinkan kami keluar!"
"Kata siapa aku izinkan kalian bertiga keluar, aku belum selesai bicara kalian sudah menamparnya."
"Lalu kami harus lakukan apa Juwita, kami sudah lakukan untuk menampar Dita. Dan esok hari dan seterusnya kami tidak akan menganggu kamu lagi."
"Iya benar Juwita, kami mohon!"
"Kalau begitu tampar Dita, dia itu dedengkot bos kalian kan, tampar dia sampai aku bilang berhenti." ucap Juwita, membuat Dita diam memundurkan duduknya seolah ingin menghindar.
Dita pun di tampar berkali kali oleh teman genknya, membuat Dita tak bicara sepatah katapun, sebab ia sangat malu karena semuanya berubah tak sesuai harapan.
🪻🪻🪻
Setelah beberapa lamanya, waktu Juwita di toilet selesai, ia meraih ipad nya karena sedikit retak. Hingga saat ia melihat jam padahal sedikit lapar, ia urungkan untuk ke kelas sesi lain. Tetapi seorang wanita yang pernah menjambak rambutnya melempar cat ke dirinya saat di lampu merah dengan mobil merah, kini datang dengan teman pria dan tiga teman wanita lainnya yang masih Juwita ingat saat itu.
Brugh ..
Ipad Juwita, seperti laptop tanpa keyword itu terlempar keras, di ambil oleh wanita pirang yang terakhir kalinya mengganggunya.
"Jadi kau belajar disini, baguslah! Dan maaf sepertinya ini harus di rusak. Haa .." gadis itu menginjak injak hingga layar pecah tepat di depannya, dengan serpihan kaca berkeping keping ke lantai.
"Kau masih tidak terima, hingga datang ke kampus ini. Atau kau juga belajar di kampus ini ..?" tanya Juwita, karena ia tidak ingat siapa lagi nama gadis ini, sungguh pemilik tubuh ini banyak sekali musuhnya.
"Haa .. Haa .. Jadi rupanya kau benar benar ilang ingatan Juwita, yang Viona katakan benar bahkan kau mulai berani dan tidak sopan pada senior angkatan di atasmu itu!" ucapnya, membuat Juwita diam.
'V I O N A'
Dua pria ASING itu memegang Juwita, hingga tak bisa berkutik.
"Kalian berdua mau apa, lepas gak!"
"Bawa ke mobilku! Dan kamu Juwita, ikut aku!"
Juwita hanya nurut, bahkan ia tidak memberi pukulan pada dua pria yang menariknya kasar.
"Haa .. Kenapa kau pasrah kali ini Juwita, tidak seperti saat itu .."
Seringai empat gadis yang ia lihat di mobil, terlihat dengan tawa yang menjijikan. Tetapi Juwita hanya bisa mengikuti, ketimbang mendapat masalah di kampus karena keributannya masih di area kampus.
"Ayo masuk Juwita!" gadis pirang tersebut memaki Juwita.
BERSAMBUNG ...
Yuk jejak lagi, kira kira apa yang bakal dilakuin Juwita ya!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
obiz
emang kampus bisa ada pembully ya.tapi seru sih aku kaya pernah denger kampus elite di jaksel ratusan juta bayar sesuai penghasilan orangtuanya.cuma kalau model juwita diginiin apa ga ada penjaga ya🤔
2024-07-04
1
Mr Azusi
lanjut tor aduh penasaran banget cepet lolos ya ayo up double tor
2024-07-01
1
Sribundanya Gifran
lanjut lagi thor💪💪💪💪🙏
2024-06-30
1