Keesokan harinya, Juwita terbangun saat seseorang datang, membangunkannya. Bahkan jendela dan terik cahaya pagi terpancar saat jendela terbuka pelan dengan remote khusus.
"Nona, Ayo bangun! Nanti terlambat. Hari ini Nona harus datang pukul sembilan, ini sudah jam 07.30 bahkan perjalanan nona memakan waktu 40 menit."
"Ah .. Apa tidak ada jadwal siang, atau sore bi?" silau Juwita merasa penat, akibat semalam ia tidur terlalu larut.
"Jadwal hari selasa Nona harus datang jam sembilan, bibi masih ingat kegiatan jadwal sekolah Nona."
Juwita menarik nafas, ia mau tidak mau bangun dan berfikir keras. Benar benar menyebalkan dirinya harus kembali belajar, dirinya seharusnya bisa menghasilkan uang bekerja dengan orang orang yang menantang. Bahkan kejuruan apa pemilik tubuh ini, yang Juwita yakin sangat berbeda dengan kesehariannya.
"Baiklah bibi, Juwita segera bersiap."
Selang beberapa waktu, Juwita yang telah mandi kebingungan dengan seragam di lemari yang mana yang harus ia kenakan, meski bukan sekolah abu abu, tetapi terlihat ada empat seragam dengan nama logo khusus, yang membuat Juwita kebingungan.
Juwita pun ke tempat bibi di depan kamarnya, apalagi tempat bibi kini tepat di sebelah kamarnya. "Bibi bisakah bantu Juwita, seragam khas mana yang harus dipakai untuk hari ini, apakah Juwita bisa memakai pakaian bebas .."
"Non Juwita benar benar tidak ingat juga memakai seragam blazer apa hari ini?"
"Hm .."
"Baiklah, Bibi akan tunjukan dan memberitahu apa yang Nona harus bawa hari ini, Bibi harap Nona tidak sungkan beri tahu bibi, bibi akan membantu menyiapkan dan mengingatkan semuanya."
"Hm .. Makasih bi."
Dan setelah rapih, Juwita turun disana ada David yang tengah berdiri, nampak sekali ia yang akan berangkat bekerja meski tahap proses magang percobaan sebisa mungkin David diam tak berkata kata, dan juga ada seorang gadis seumuran Viona yakni bernama Meta, dia adalah putri dari paman Gober yang terkejut penampilan Juwita hari ini, bahkan saat melewati kamarnya yang menuju meja makan keluarga, nampak Juwita tidak menyapa atau pun menunduk ke arahnya.
Juwita pun langsung duduk, ia segera meraih sepotong roti yang sudah tertata rapih dengan selai varian di meja, bahkan segelas susu membuat Juwita tidak sanggup meminumnya.
"Apa tidak ada kop .. " hampir saja keceplosan, harusnya setiap pagi sebuah roti yang biasa ia beli di warung dengan segelas kopi berwana coklat yang ia jadikan sarapan.
"Apa Nona ingin sesuatu ..?" tanya bibi Lau, saat nonanya tidak jadi bicara, bahkan mata yang lain masih menatapnya intens.
"Aku minum air putih saja, jika ada susu. Mulai besok tolong sediakan segelas susu coklat ya bi." senyumnya, membuat bibi Lau mengerti.
"Juwita, aku ingin roti mu. Kenapa kamu mengambil roti di piring saat tiba, biasanya kamu memberikan semua pada kami lebih dulu, dan kamu membuatnya sendiri untuk kami." ucap Meta, di mana David sedikit terbatuk kecil.
"Bocah ini .. siapa ..?" suara mengecil.
"Meta VanGober, putri kedua dari paman anda Nona. Ia baru saja tiba tadi malam dari study tour. Maaf bibi lupa mengabari."
"Kamu tidak ingat aku serius ..? Dan dimana tante Gwen dan adik ku Viona yang manis." ucap Meta lalu mewaspadai mendekat ke arah Juwita, sembari menuangkan sebuah air mineral dari botol yang ingin mengenai baju Juwita.
"Ah .." teriak Meta kesal.
Tetapi Juwita yang tahu gerik seseorang yang ingin menjahati, segera menebas hingga mengenai Meta sendiri.
"Oh dulu aku seperti itu ya, membuat sarapan kalian semua lalu terakhir aku, itu dulu mulai sekarang buatlah sendiri. Dan jika berani bicara tidak sopan, bersikap seperti tadi entah apa tangan mu masih sempurna, atau mungkin bisa saja patah seperti roti yang dicabik cabik." Juwita berdiri, ia menebas pundak Meta yang membuat Meta hampir terjatuh.
What .. Ada apa dengannya?! Teriak Meta sebal, lalu menatap David.
"Bahkan Tante Gwen dan Viona masih takut sarapan pagi ini karena perubahan Juwita. Party Viona yang membuat Juwita tenggelam, dia berubah jadi seberani itu, yang aku dengar dia hilang ingatannya." jelas David, lalu ia segera meraih tas dan berlalu.
APA .. ( Meta tertegun tak terima, jika Juwita bisa seberani itu maka dirinya di masa depan pasti tidak aman. )
Kali ini mata Juwita terpana akan sebuah empat mobil terjejer, disana sudah ada supir masing masing yang membuat mata Juwita sudah melihat Viona, dan Gwen melaju dengan mobil pertama. Mobil kedua adalah untuknya, dan ketiga ke empat mungkin untuk david dan Meta.
'Eh .. Terlalu boros, apa begini cara lintah darat yang ingin meruap harta papa ku.'
Juwita pun masuk ke dalam mobil, masih setia bibi Lau bersamanya, sebab Juwita benar benar bingung sebenarnya ia akan belajar dimana, sungguh di luar nalar dirinya memang pernah kuliah tetapi tidak sampai lulus, keberuntungan lah yang membuat dirinya bisa bekerja di BNN hingga jadi orang kepercayaan, Ah jika di ingat mundur hati Juwita perih, sakit karena tidak tahu siapa dibalik dalang petinggi yang menyebabkan dirinya terbunuh, yang pasti pembunuhan itu juga oleh tangan tunangannya.
🪻🪻🪻
Mobil pun berhenti, disana Juwita kaget akan pemandangan kampus yang megah melebih mall elite, ia masuk perlahan namun sesekali membuka tasnya dan melihat kelas serta jurusan apa yang ia ambil.
"Bibi Lau, bisakah antar saya ke kelas. Juwita benar benar tidak ingat."
"Baik Nona, segera ikuti bibi."
Sebab itulah Juwita bahkan melewati empat orang wanita yang sejak tadi sudah sinis padanya, tetapi begitu saja melewati seperti tidak kenal, karena jujur memang Juwita tidak ingat siapa saja teman, musuh pemilik tubuh ini.
"Nona ini kelas nona, jurusan bisnis keinginan Nona. Dan Nona duduk di bangku pojok sebelah kanan nomor tiga." jelas bibi Lau.
'Astaga, tempat yang membuat ngantuk dan malas, kenapa aku duduk disana.'
"Nona satu lagi, asisten Tuan Steve sudah membereskan atm nona yang tertelan, dan Tuan akan mengirimkan uang lagi untuk keperluan yang Nona inginkan."
"Apa .. Bibi tolong bantu Juwita, agar papa tidak mentransfernya. Bisa kah berikan aku cash saja, sekalian uang cash bibi yang kemarin Juwita pakai untuk membeli pakaian langsung saja di ganti."
"Nona .. Apa Nona tidak ingat nomor pin Nona juga?" bibi Lau berasumsi, membuat khawatir.
Juwita hanya senyum, sebab ia memang tidak tahu apapun tentang pemilik tubuh ini, kemarin saat di mall membeli pakaian beruntung bibi Lau mempunyai uang cash, atm kemarin ia asal pencet nyatanya terblokir dan tertelan yang terakhir ia gunakan.
"Aku sekarang senang menggunakan cash bibi." jawabnya, membuat bibi Lau mengangguk.
"Ah begitu, baik nanti bibi bicara."
Juwita pun masuk ke dalam kelas, sepeninggal bibi Lau.
Dan saat Juwita sedang duduk, merapihkan beberapa buku di dalam tasnya, empat orang wanita mendekati dengan sikap tak enak.
"Tumben rambut mu tidak di kepang, atau kuncir kelinci. Kacamata mu dimana Juwita. Dan kenapa tadi di antar asisten atau itu bibi yang sering kau panggil saat aku memberi pelajaran. Atau kau takut menghindari kami?"
HAA HAA HAA .. DASAR CUPU! PENAKUT!
Seseorang menarik rambut Juwita, dan yang lain meneriakinya. Tetapi Juwita tidak terima, saat diperlakukan seperti itu, hingga tangannya memelintir kepalan tangan yang menjambak rambutnya, berdiri melintang hingga membuat wanita itu tersungkur ke depan mejanya setelah menyengkat salah satu wanita usil.
"Kau yang memulai semua ini, kau pikir aku takut haa ..?" bisik Juwita, membuat yang lain melotot.
"Dasar cupu kau berani padaku .. Kalian semua hajar dia!"
Tetapi saat tiga wanita ingin memukul Juwita dengan kursi, seorang dosen datang membuat keributan itu tidak berlangsung lama.
BERSAMBUNG ..
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
kriwil
udah pindah jiwa otak nya malah tambah lemot
2025-01-02
0
MashMellow🍭
memang satu pun tiada ingatan juwita yang tinggal thor ?
sikit2 pun xda ke, payahlah macam nie😪
2024-09-22
2
meMyra
rame bener Kang bulinya ada dimana2 hayoo juwita hajar semuanya!
2024-07-06
0