Juwita yang meletakkan sebuah mobil di tempat panas, sembarang membuatnya mencari warung untuk membeli plaster. Tetapi sebuah ponsel yang ia raih saat mencari uang, melihat panggilan nama supir B yang membuat tercengang.
'Hah .. 12 panggilan tak terjawab.'
Tapi kembali ponsel Juwita berdering, yang membuat Juwita meraih ponselnya.
Dreeedth ..
( Nona dari mana saja, sekarang ada dimana? )
( Aku sebentar sampai bibi Lau, lihat aku dibelakang bibi )
Juwita senyum, mematikan ponselnya. Terlihat supir dan bibi Lau mencemaskannya. Tetapi tanpa rasa bersalah, Juwita masuk lebih dulu ke dalam mobil, membuat dua orang berdiri kebingungan.
"Ayo kita pulang bi, aku sudah lelah, mau tunggu siapa lagi?"
"Ah .. Baik baik Nona."
Bibi Lau sempat menatap supir sebelum masuk, ia bingung biasanya selalu supir membuka pintu, tetapi Juwita semakin banyak perubahan.
"Nona dari mana saja, tadi pak Bey cari Nona sudah hampir tiga jam enggak ketemu, Nona ada yang jahati lagi ya. Terus kenapa tangan Nona di plester, seragam nona terlihat kotor sekali. Bilang sama bibi Nona, bibi dan pak Bei supir ada di pihak nona, seberat apapun demi Nona, akan kami lakukan."
Mendengar itu Juwita terharu," Aku enggak apa apa kok bi, tadi hanya bermain dan nyasar. Ini hanya luka kecil terkena duri daun kertas di belakang sebelah." jelasnya, yang mana Juwita merebahkan dirinya dan memejamkan mata.
Supir dan Bibi Lau tak berani, saat Nona nya menginginkan istirahat.
'He .. Sejak kapan Nona ini bersikap seperti gadis tak biasa, geriknya, tutur katanya macam ..?' Bei, supir melanjutkan perjalanannya.
Tidak terasa, waktu membuat Juwita segera sampai di rumah yang mungkin sebagian orang bilang, tempat paling aman itu adalah rumah sendiri. Tapi hatinya kosong, rumah besar ini banyak orang asing yang tak bisa ia percaya, meski di sampingnya dua orang ini terlihat baik.
"Nona masuk dulu aja, bibi lewat pintu belakang akan siapkan air hangat dan makanan untuk Nona!"
"Baik, makasih bibi Lau."
Bibi Lau yang pamit, ia bilang akan menyiapkan makan untuk Juwita, dan supir kembali memarkir untuk melanjutkan pekerjaannya. Tetapi ketika melaju langkahnya, terlihat satu mobil datang dan tepat berhenti di depan nya, seolah menghalang Juwita segera masuk.
Ya, dia adalah Gwen dan Viona.
"Juwita tunggu!" Viona keluar, menghampiri terburu buru.
"Ada apa, mau cari masalah lagi?"
"Juwita Mama minta maaf, begini mama sudah, em .. Maksud mama dan Viona adik kamu, kita berdua ingin ajak kamu ke dokter. Mama sudah janji, hanya tiga puluh menit kita tidak antri juga seperti pasien lainnya. Mama khawatir dengan kamu."
"Benar Juwita, ayo ikut! Cepat ikut kami berdua, kita tidak cari masalah kok. Kami sadar, sudah seharusnya aku dan mama bersikap baik." Viona menambah.
Juwita sempat tercengang, ingin menolak tangannya sudah di raih dan segera Viona memaksanya masuk ke dalam mobil, hal itu membuatnya duduk di tengah tengah berada dalam kempitan kiri kanan Viona dan Gwen.
'Eh .. Apa yang ingin mereka rencanakan?'
"Lepaskan tanganku!"
"Oh iya, baik Juwita. Maaf, dengan cara seperti ini kami takut kamu ga mau ikut, ini dadakan tapi mama sangat takut dan khawatir. Pokoknya tidak ada hal yang macam macam kok." Viona jelas dengan senyum, tetapi Juwita tetap cuek.
Melepas tatapan aneh, Juwita mendorong Gwen dan Viona untuk jaga jarak, lalu ia pindah ke depan dengan tatapan supir yang ikut kaget, kepindahan duduk Juwita ke depan di dalam mobil.
"Baiklah, aku juga ingin lihat kalian ingin lakukan rencana apa terhadapku, jangan jangan kalian .." menoleh Juwita ke arah bangku belakang, membuat Viona menatap mamanya.
"Enggak .. Enggak ada yang buruk, Mama benar khawatir karena insiden kemarin. Maka dari itu mama udah buat janji, untuk memeriksa kesehatan kamu Juwita. Mama rasa ada yang salah, sebagai seorang ibu sudah semestinya mengecek kondisi anak anaknya bukan?" Gwen berusaha senyum sedikit, tetapi Juwita tetap memasang wajah asam karena curiga terhadap Gwen dan Viona.
"Baiklah Tante dan Viona, meskipun kalian baik pun di masa depan, aku tetap pada pendirianku." Juwita segera keluar lebih dulu, saat mobil berhenti di rumah sakit, terlebih supir telah membuka kuncinya, berbeda dengan Viona dan Gwen mereka keluar setelah supir membukakan mereka pintu, membuat Juwita yang melihat merasa sebal karena cara mereka terlalu manja.
Sesampai di rumah sakit, hal yang tak biasa Juwita sedikit memejamkan mata, menempelkan tangannya seolah ingatan pemilik tubuh ini memberi rasa.
BERSAMBUNG ..
Yuk, kira kira ada yang tahu gak Juwita kenapa, tunggu bab lanjutannya sore semoga lolos review.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 47 Episodes
Comments
Madia Normadia
Juwita Juwita kamu memang bodoh patut la tunangan mu senang-senang saja dapat membunuh mu kamu lemah dan lalai senang saja di bunuh..
2024-07-12
3
Mr Azusi
penasaran juwita yang asli kemana apa rohnya juwita asli dah mati ini bisa inget ga sih secara dewi yang ada di raganya juwita
2024-07-04
1
Mr Azusi
bener pinter pandai menyembunyikan dirinya terancam.lagian bibi ama supir kalau tau paling cuma.bilah oh doang🤣
2024-07-04
1