Pak Heru dan Bu Galuh begitu telaten mengurus Wanita yang masih tak sadarkan diri selama berminggu minggu.
Anaknya yang sudah sadar pun kini di urus oleh mereka, mereka menganggapnya cucu sendiri.
"Karena Ibumu belum sadar juga, dan kamu mengingatkan nenek sama cucu nenek, jadi mulai sekarang nenek akan panggil kamu dengan nama Bagas ya, Bagas itu cucu nenek yang sudah meninggal, tapi sekarang nama itu untuk kamu, oke? " Ucap Nek Galuh saat menggendong anak yang kini ia beri nama Bagas.
"Iya nek" Bagas yang memang sudah memasuki umur 5 tahun itu sedikit banyak sudah lancar berbicara, hanya saja saat dia baru tersadar Bagas sedikit syok jadi tidak banyak bicara dan selalu melamun.
"Nahhh sekarang Bagas makan ya, nenek suapin" Ucap nek Galuh lalu mendudukan Bagas di kursi lalu menyuapi Bagas.
"Argggh" Terdengar rintihan dari dalam kamar.
Nek Galuh yang sedang menyuapi Bagas pun segera berlari.
Ya, pada akhirnya setelah beberapa minggu tak sadarkan diri, akhirnya wanita itu membuka matanya, merasakan nyeri dibagian kepalanya. Lemas, nyeri dan kaku. Tenggorokannya tercekat, Haus dan kering. Tapi rasanya berat untuk sekedar berucap.
Ia mengedarkan pandangannya mengawasi sekitarnya yang terlihat asing.
"Argggh" Sebuah Ringisan lolos dari bibirnya. semakin Meringis ketika ia membuka mulutnya. Ingin rasanya bangun, namun badannya lemas sekali.
Tiba tiba pintu terbuka, menampilkan seorang wanita paruh baya yang terkejut melihatnya lalu tersenyum ke arahnya.
"Syukurlah, akhirnya kamu sadar juga" Ucap Nek Galuh
Wanita itu menyiratkan kebingungan dari sorot matanya. Terlebih ketika ia melihat seorang anak kecil yang berlari kearahnya.
"Si.. Siapa kalian? Arghh! " Napasnya tersenggal hanya untuk beberapa kata saja. Rasanya selain nyeri, kepalanya juga sangat sakit. Apalagi ketika ia mengingat kenapa dirinya ada di tempat asing ini.
"Kamu tenang ya, saya dan suami saya bukan orang jahat kok" Ucap nek Galuh lalu mengambil segelas air putih yang ada di meja.
"Minum dulu nak" Titah Nek Galuh membantu wanita itu untuk duduk dan menyodorkan gelas yang berisi air pada bibir wanita itu.
Wanita itu pun meminumnya sampai tandas, karena tenggorokannya begitu kering.
"Assalamu'alaikum" Terdengar suara seorang laki laki yang baru saja datang, membawa sayuran dan juga kayu bakar.
"Wa'alaikumsalam, pak sini pak, wanita ini sudah sadar" Ucap Nek Galuh yang membuat pak Heru yang baru datang segera menghampirinya.
"Alhamdulillah, akhirnya kamu membuka mata nak, Boleh tau nak siapa namamu dan dan asalmu? " Ucap pak Heru
"Na.. Nama? A aku?? Ucapnya Bingung. Tak ada gambaran apapun dalam ingatannya.
"Iya nak, namamu dan asalmu, barangkali nanti ada yang mencari kami bisa memberitahu mereka kalau kamu disini"
Wanita itu malah semakin kebingungan.
"Aku siapa? " tanyanya balik
Pak Heru dan Nek Galuh saling pandang.
"Kamu tidak tau siapa dirimu? " Tukas pak Heru memastikan. Wanita itu malah kebingungan.
"Arghh!" pekiknya memegangi kepalanya.
"Ya sudah jangan di pikirkan lagi, lebih baik sekarang kamu istirahat saja" Ucap Nek Galuh
Flashback Off
"Karena Ibumu tak mengingat apapun, akhirnya kami menganggapnya anak kami, identitas yang kalian pakai adalah identitas milik anak dan cucu kami" Terang Nek Galuh
"Ya Allah, pantas saja Ibu sangat kesakitan Nek" Ucap Bagas
"Maafkan nenek nak, nenek baru bisa cerita sekarang karena nenek menunggu waktu yang tepat, mungkin inilah waktu yang tepat, Allah masih begitu baik memberikan nenek kesempatan untuk memberitahu kalian tentang kebenaran ini" Ucap Nek Galuh
"Tidak apa apa Nek, Bagas yang harus berterimakasih karena nenek dan kakek mau menolong kami, bahkan menyayangi kami seperti anak dan cucu sendiri." Jawab Bagas.
"Iya Nak, kami memang menganggap kalian anak dan cucu kami sendiri" Jawab Nek Galuh
"Kalau gitu Bagas pamit ya nek, Bagas harus segera kerumah sakit untuk memberitahu dokter tentang ini" Ucap Bagas lalu mencium tangan Nek Galuh
"Iya nak, hati hati" Jawab nek Galuh lalu memandangi Bagas yang berjalan keluar.
***
"Ayah, besok Rahma disuruh ke perusahaan Pradipta Company untuk melakukan interview disana" Ucap Rahma ketika mereka makan malam
"Pradipta Company?" Kaget pak Alvian
"Iya yah, Pradipta Company! namanya sangat familiar yah, tapi entahlah Rahma tidak ingat"
"Rahma Pradipta Company itu tempat dulu ayah bekerja, apa kamu yakin mau kesana nak, itu sangat jauh" Ucap pak Alvian
"Ohh iya aku baru ingat, itu kan tempat ayah dulu kerja ya, pantes aja Rahma seperti familiar banget sama perusahaan itu" Ucap Rahma
"Ayah tau ngga, Rahma tadi siang tidak sengaja melihat orang yang tergeletak tak sadarkan diri dipinggir jalan, karena panik Rahma langsung bawa dia ke rumah sakit, saat sadar Rahma baru tau kalau ternyata dia itu pemilik perusahaan Pradipta company, namanya pak Burhan" Ucap Rahma menceritakan kejadian yang ia alami hari ini
"Apa? Pak Burhan? " kaget pak Alvian
"Iya yah! ayah kenal sama Pak Burhan?" Tanya Rahma heran melihat ayahnya terkejut mendengar nama pak Burhan.
"Tentu ayah mengenalnya Rahma, dulu dia adalah atasan Ayah saat bekerja dulu"
"Tapi yah, Rahma juga dengar katanya Istri dan salah satu anaknya hilang, Pak Burhan pingsan di jalan saat mencoba mencari istri dan anaknya"
"Iya nak, 8 tahun lalu Pak Burhan, istri serta anak anaknya mengalami kecelakaan, anehnya Istri dan salah satu anak kembarnya tidak ada di tempat kejadian, katanya sih jatuh ke sungai dan sampai sekarang belum ketemu juga, kasian pak Burhan, padahal dulu mereka hidup sangat bahagia" Ucap pak Alvian.
"Kasihan sekali mereka yah, Semoga secepatnya mereka bersatu lagi yah" Ucap Rahma yang dibalas anggukan oleh ayahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 263 Episodes
Comments