Tok tok tok
Seorang polisi mengetuk pintu rumah Bu Minah, terlihat ada beberapa polisi yang berdiri di depan rumah Bu Minah.
"Selamat siang Bu, kami dari kepolisan mencari saudara Bagas untuk dimintai keterangan terkait kasus yang dilaporkan oleh orang tua Sintia, apa Bagas ada di Rumah?" Terang salah satu polisi ketika Bu minah membuka pintu rumahnya.
"A..ada pak" Ucap Bu Minah gugup dan gemetar.
"Bagas...Bagas" Teriak Bu Minah memanggil Bagas.
"Iya Buk, ada apa?" Sahut Bagas dari dalam dan berjalan menghampiri Ibunya.
"Selamat siang, benar anda yang bernama Bagas?" Tanya pak polisi
"Benar pak saya Bagas, ada apa ya pak?"
"Kami dapat laporan dari pak Ahmad selaku orang tua Sintia kalau anda telah melakukan tindakan asusila terhadap Sintia, dan meninggalkan Sintia begitu saja dalam keadaan Hamil" Terang salah satu polisi dan memberikan Map yang berisi surat penangkapan Bagas.
"Saya tidak melakukan itu pak, saya di fitnah" Ucap Bagas
"Anda bisa jelaskan nanti di kantor" Ucap polisi yang bernama Rudi
"Baik pak" jawab Bagas
"Bagas" Bu Minah memegang lengan Bagas yang hendak di borgol oleh polisi.
"Tidak apa apa Buk, Bagas tidak bersalah, Ibu tenang ya, Bagas pasti pulang Buk, Ibu di rumah saja ya" Ucap Bagas menenangkan Bu Minah.
Bu Minah hanya diam dan memandangi Bagas yang di bawa oleh pihak kepolisian.
Jika saat ini Bagas terlihat tenang dan seolah tidak terjadi apa apa meski dirinya dibawa polisi, lain halnya dengan Sintia yang terlihat begitu ketakutan dan panik.
"Bagaimana ini? Bagas pasti akan membuktikan kalau dia tidak bersalah. Lalu aku bagaimana? Apa yang harus aku lakukan sekarang? Kalau mamah dan papah tau pasti akan sangat marah padaku. Meminta mereka untuk mencabut laporan juga tidak mungkin. agh... Kenapa jadi ribet gini sih" Gumam Sintia panik di kamar kosnya.
Sintia panik bukan kepalang saat mengetahui orang tuanya melaporkan Bagas pada pihak kepolisian.
"Aku hanya berharap mamah dan papah menekan Bagas agar mau menikah denganku, tapi bukan dengan melaporkan Bagas ke polisi" Ucap Sintia yang memang berharap orang tuanya menekan Bu Minah bukan melibatkan kepolisian. Karena Sintia tau ini akan berbuntut panjang.
"Jadi bagaimana pak Ahmad? Masalah ini ingin diselesaikan secara kekeluargaan atau ingin kami proses untuk ditindaklanjuti?" Tanya penyidik
"Saya kasih Bagas kesempatan sekali lagi untuk memilih, mau bertanggung jawab dengan menikahi Sintia atau kasus ini akan ditangani oleh kepolisian?" Ancam pak Ahmad
"Jika anak yang Sintia kandung adalah anak saya, sudah pasti saya akan bertanggung jawab pak, tapi saya tegaskan sekali lagi kalau saya tidak pernah melakukan perbuatan yang menyebabkan Sintia hamil" ucap Bagas.
"Om, Tante. Jujur saya sangat menghormati kalian, saya tidak ingin mempermalukan kalian, selama ini saya diam karena saya menunggu Sintia untuk jujur pada Om dan Tante, tapi Sintia tetap memilih untuk berbohong dan terus menekan saya untuk menikahinya"
"Maaf, tapi semoga Om dan Tante tidak terkejut karena mengetahui ini dari Bagas" Ucap Bagas lalu memutar rekaman percakapannya dengan Sintia kemarin malam.
"Apa ini?" Tanya pak Ahmad dan Bu Fatimah tercengang saat mendengar rekaman percakapan antara Sintia dan Bagas
"Bagaimana Om, Tante? Apa setelah mendengar rekaman percakapan ku dan sintia kemarin malam, kalian masih menganggap Sintia hamil anak saya?" Tanya Bagas
"Ba.. Bagaimana bisa ada rekaman itu? Bagas apa kamu yang merekamnya? kamu keterlaluan Bagas" Ucap Sintia panik.
"Diam kamu Sintia!" Bentak pak Ahmad yang merasa malu dengan perbuatan putrinya.
Plakk
Sebuah tamparan mendarat dipipi Sintia dari pak Ahmad.
"Papah kecewa sama kamu Sintia, kenapa kamu tidak jujur saja kalau anak yang kamu kandung bukan anak Bagas? Kenapa kamu mempermalukan papah seperti ini." Cerca pak Ahmad.
"Maaf Pah! Maafkan Sintia!" Sintia berlutut di kaki pak Ahmad berharap dapat pengampunan dari papahnya.
***
'Sudah hampir Maghrib, saya harus segera pulang, ibu dan ayah pasti khawatir, Syifa juga pasti nangis karena aku ngga pulang pulang' Ucap Rahma saat melihat jam yang menunjukan pukul 17.25 WIB.
Rahma segera mengambil tas dan sebuah map berwarna coklat miliknya.
"Pak, Bu, Tiara, maaf saya pamit pulang karena sudah sore" Pamit Rahma
"Kenapa buru buru nak, tunggulah sebentar lagi, biar nanti Shaka yang antar kamu pulang, sebentar lagi dia pasti sampai" Ucap pak Burhan
"saya pulang sekarang aja pak, orang tua saya pasti sangat khawatir" Ucap Rahma
"Baik lah, tapi aku antar ya?" Ucap Tiara menawarkan diri untuk mengantar Rahma.
"Tidak usah kak, saya pulang sendiri saja"
"Tidak ada penolakan" ucap Tiara segera melangkah dan menggandeng tangan Rahma berjalan menuju parkiran.
Rahma pun hanya diam dan patuh mengikuti Tiara.
"Kita naik mobil ini kak?" Tanya Rahma saat Tiara membuka pintu mobilnya.
"Iya, kenapa emang?" tanya tiara
"Tidak apa apa" jawab Rahma
"Ya udah cepat masuk, biar cepat sampai"
Akhirnya Rahma pun menaiki mobil Tiara yang terbilang mewah itu.
Rahma mengedarkan pandangan ke sekeliling mobil itu.
'wahhh bagus banget mobil nya, pasti mobil ini sangat mahal' Gumamnya dalam hati
'Itu foto Tiara dan bukankah itu kak Bagas? Tapi kok penampilannya beda ya?' Ucap Tiara dalam hati ketika melihat sebuah foto yang tergantung.
"Ini foto kamu sama pacar kamu ya?" Rahma memberanikan diri untuk bertanya.
"Bukan, itu bukan pacarku, tapi dia adikku" Jawab Tiara
'Ohhh jadi dia kakaknya kak Bagas'
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 263 Episodes
Comments