VR HORIZON : Kebangkitan Pecundang
...----------------...
"Dia datang," kata seorang pria di dalam gua yang gelap. Dengan berbekal sebuah obor di tangan, pria itu memanggil rekan-rekannya untuk mendekat. "Cepatlah, ini kesempatan kita, jangan sampai meleset," lanjutnya, masih dengan nada yang diturunkan.
Beberapa temannya mendekat, beberapa memegang obor yang sama, lalu di tangan yang lain, mereka telah siap dengan sebuah tombak besi yang berkilau dibawah cahaya bulan yang menyelinap masuk melalui celah maupun lubang pada langit-langit gua.
"Itu dia, Khuasar," ucap salah satu orang disana.
Seekor naga raksasa, masuk ke dalam gua itu. Naga dengan sisik hitam dan bermata merah itu berjalan tepat di hadapan mereka.
Langkah dari keempat kakinya menggetarkan tempat itu, meruntuhkan debu beserta bebatuan kecil di langit-langit, hingga memaksa keluar butiran keringat setiap orang yang sedang bersiap disana.
Dengan satu isyarat tangan, salah satu pria mengangguk dan berjalan mendekati Sang Naga. Cahaya bulan menerangi plat berwarna perak yang menyelimuti pria itu dari ujung kepala hingga ujung kaki. Tanpa ragu, pria itu mulai memutar sebuah tong minyak kecil yang terikat dengan seutas tali, hingga dia lemparkan tong itu tepat mengenai sayap Khuasar.
"Minyak berhasil!" serunya berlari mundur.
Keberhasilan itu disambut baik oleh seorang pria yang sejak awal memimpin mereka. "Serang! Hajar monster itu sampai hangus!"
Tombak demi tombak melayang di udara, sebagian terpental terhalang bagian sisik yang kuat, namun tidak sedikit juga yang berhasil menembus masuk, bahkan memicu kobaran api besar yang mulai melahap tubuh hingga sayap Khuasar Sang Naga. Dia mengerang sakit, tubuhnya menghantam dinding gua karena panik.
Namun, Naga bukanlah makhluk lemah seperti rusa di hutan. Mereka memiliki insting bertarung, insting untuk bertahan hidup dan insting untuk membunuh yang jauh lebih baik dari makhluk manapun. Dengan satu kepakan sayap yang kuat, keadaan yang sebelumnya menjadi terang karena api, kini seketika kembali gelap disertai debu yang menyebar terhempas angin.
"Prajurit! Pertahankan posisi! Jangan berpisah!" tidak ada yang mampu dia lakukan selain menguatkan mental anak buahnya. Namun sayang, semuanya telah dibutakan oleh kegelapan dan tebalnya debu. Hingga teriakan terdengar tidak jauh dari tempatnya berdiri. Teriakan yang diikuti dengan warna merah dari api yang menyala, kembali menghangatkan suasana.
Salah satu prajurit bahkan berlari melewatinya dengan tubuh diselimuti oleh api. "Mundur!" serunya kepada beberapa prajurit yang masih memberikan perlawanan dengan melempar tombak api dan melepaskan anak panah. "Keluar! Tinggalkan tempat ini, segera!"
Sebagian orang mundur teratur, bergantian melempar tombak berlapis minyak yang telah disiapkan di lantai gua, sedangkan beberapa lainnya bahkan dengan berani melompat, mengayunkan pedang mereka yang berakibat pada kematian tragis mereka sendiri. Tentu, walaupun usaha mereka berhasil menghambat laju gerak Khuasar, serangan-serangan kecil seperti ini masih terlalu mudah untuk diantisipasi, bahkan bisa dibilang, serangan ini tidak ada bedanya dengan bunuh diri.
Gua yang terletak di dalam gunung es ini memiliki begitu banyak lorong yang luas, cukup luas untuk para prajurit itu berlari dan menyerang, namun tidak bagi Sang Naga. Ukurannya yang besar, membuat getaran yang mengguncang gua, hingga merobohkan bebatuan di sekitar lorong.
"Tolong aku!"
"Kumohon, keluarkan kami dari sini, kami terjebak!"
Beberapa orang mulai menggali bebatuan yang menghalangi jalan keluar mereka. Siapapun yang melihatnya pasti akan berkata jika bebatuan besar itu akan mustahil untuk dipindahkan, mereka terjebak tanpa harapan akan datangnya bala bantuan.
Totalnya hanya tersisa tidak lebih dari sepuluh orang termasuk pemimpin mereka. Suara pedang yang ditarik keluar menggema di gua itu, suara berat dari atribut zirah besi dalam setiap gerakan mereka juga terdengar begitu nyata. "Jangan menjadi pengecut! Kita datang kesini memang untuk membunuh Khuasar. Setidaknya makhluk itu mengetahui jika Kerajaan Garreo akan membayar mahal untuk siapapun yang berhasil memenggal kepalanya," seru pemimpin mereka yang berdiri paling depan.
Lorong gelap didepan, perlahan menjadi terang benderang. Dua bola matanya yang merah menyala, tidak kalah menakutkan dari bola api yang perlahan terbentuk di dalam mulutnya. "Manusia, selalu saja bodoh!" ucap Khuasar didepan barisan prajurit itu. "Kalian bukanlah pahlawan, kalian hanya datang demi mengharapkan segunung emas."
"Sekarang, terimalah panasnya pembalasan ku!"
Pada detik itulah, tatapan gahar dari pemimpin ksatria itu memudar, melihat semburan api maha dahsyat itu melesat kearahnya, rasanya tidak ada cara lain selain berdiam dan menunggu. Namun, pada waktu yang sama, kehangatan api yang tadinya terasa kian panas, seketika kembali menjadi dingin. Tentu dia memejamkan kedua matanya karena pasrah. Akan tetapi, sorakan gembira dari anak buahnya seketika membuka kedua matanya lebar-lebar.
"Warlord telah tiba!"
"Kita selamat!"
kata mereka dengan melempar kedua tangan ke langit.
Orang misterius berbalut jubah serba hitam berdiri paling depan. Menghadap langsung kearah Khuasar. "Menarik! Aku suka ini!" kata naga itu dibarengi dengan tawa yang terdengar angkuh. "Mari tunjukkan kekuatanmu yang sesungguhnya... Warlord."
Tanpa basa-basi, orang berjubah itu menarik keluar sebilah pedang yang diselimuti oleh api berwarna biru dan berlari menyerang Sang Naga seorang diri.
"Hey! Kembaliannya kenapa hanya segini? Ini kurang 12.000."
"Ah iya! Maafkan saya pak."
"Ini kembaliannya, terimakasih sudah berbelanja disini."
Game VR nomor satu adalah julukannya. Berbagai macam game dengan beranekaragam genre dia babat habis tanpa perlawanan. Seakan tidak ada saingan, VR Horizon memang layak bertengger di podium nomor satu.
Game VR yang dibuat dengan perpaduan intelegensi buatan dan teknologi gaming terkemuka itu berhasil memikat jutaan player dihari pertama rilis. Tidak ada orang yang berpaling ketika memiliki kesempatan untuk bermain permainan itu.
Pengalaman gaming yang realistis lah, kunci kejayaannya. Pemain dari berbagai kalangan dapat menikmati game ini sesuai dengan preferensi mereka. Ada yang bermain untuk menghasilkan uang, ada yang berebut tahta tertinggi dan ada pula yang hanya sekedar mencari hiburan, semuanya tersedia di dunia Horizon.
Dengan kedua mata membulat kagum, pemuda itu tidak dapat menggeser bola matanya dari acara yang sedang ditayangkan TV minimarket. "Sepertinya, bukan ide yang bagus menonton TV sambil bekerja," keluhnya dengan membanting pantatnya diatas kursi. "Seandainya aku bisa memainkan game yang populer itu, pasti aku dapat menjadi Warlord hanya dalam waktu satu malam."
"Tapi siapa juga diriku, bahkan aku sudah menabung dengan hanya memakan nasi bercampur garam selama sebulan, tapi perangkat bernama VR Horizon Googles itu masih juga belum bisa aku beli."
"Mungkin masih kurang lima juta lagi," kata pemuda itu meletakkan kepalanya diatas meja. "Rasanya ingin gila jika aku tidak segera memainkan game itu."
Sudah kesekian kalinya bel pintu utama minimarket berdering, akhirnya sudah waktunya bagi pemuda itu untuk pulang.
"Faran Aghanel!"
Teriakan pria gemuk barusan, menghentikan langkah pemuda bernama Faran Aghanel yang hendak pergi keluar. Ini sudah waktunya pulang, shift kerjanya seharusnya telah selesai jam 10 malam, tapi apa boleh buat, tidak ada kejelasan kontrak dari awal, membuat pemilik minimarket seakan menjadi penguasa.
"Sudah kubilang sapu lantainya dan lipat semua kardus di gudang sebelum dirimu pergi!" bentak pria gemuk itu seperti kesetanan. "Apa kau ingin aku potong gaji bulananmu?!"
"Tidak, Pak." Faran hanya mengangguk, meletakkan kembali tas ranselnya lalu pergi mengambil sapu. "Akan aku bereskan semuanya malam ini."
Delapan jam bekerja di tempat ini, rasanya seperti terjebak di neraka. Sudah tepat pukul 11 malam, Faran akhirnya dapat merasakan sejuknya angin malam. Dia mengayuh sepedanya dengan santai, memejamkan matanya sesaat, merasakan setiap angin yang menerpa wajahnya. "Aku harus kuat, ayah bekerja jauh lebih keras dariku, begitu juga dengan ibu dan juga adikku." Sedikit senyuman terukir diwajahnya, bersamaan dengan air mata yang mengalir keluar. Namun, siapa mereka, dua orang pria asing sedang berdiri didepan rumahnya dengan sebilah golok.
...[Bersambung]...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 52 Episodes
Comments
Mr. Wilhelm
Kurasa Bertarung dengan naganya terlalu over detail untuk Bhab pertama atau prolog.
Malah engga ada eksposisi untuk pengenalan untuk cerita Novel ini.
Saranku bagian pertarungan naganya pake metode Tell aja trus kasih eksposisi mengenai Dunia Novelnya sedikit dan si MC
2024-07-16
1
Fendi Kurnia Anggara
up
2024-06-15
1