Bab 20

Faran sibuk menyusun barang-barang di rak supermarket. Suara bising pelanggan dan denting mesin kasir mengiringi rutinitasnya setiap hari. Ini semua terasa membosankan, bahkan Andrew, teman kerjanya itu sudah tersenyum kering kepada lebih dari seratus pelanggan setiap harinya.

"Ternyata cemilan edisi khusus VR Horizon masih terus dijual dipasaran, apakah karena kemunculan Guardian Angels waktu itu?" ujar Faran sambil memasukkan cemilan dan snack yang ingin dia makan setelah pulang kerja nanti.

Andrew yang sedang melayani pelanggan, menoleh kearah Faran. "Faran, kau bermain VR Horizon?"

"Aku?" jawab pemuda itu seraya menunjuk wajahnya sendiri. "Aku tidak ada waktu untuk bermain game, kau juga tau itu, bukan?"

"Setidaknya cobalah sesekali di warnet," ujar Andrew. "Aku yakin kau akan ketagihan seperti ku."

Faran hanya menghela napas dan melanjutkan memilih cemilan yang akan dia beli. "Wafer coklat ini, kan, yang biasa Melyn beli?"

"Lalu untuk sarapan besok... bagaimana dengan sarden?"

"Faran Aghanel, cepat kesini!" Suara lantang bosnya, terdengar dari arah belakang. Faran meletakkan kembali kaleng sarden di rak dan bergegas menuju arah suara itu.

"Ya, Pak?" Faran bertanya dengan nada datar.

Bosnya, Pak Gino, seorang pria bertubuh gempal dengan kepala botak yang mengkilap, menatapnya dengan tatapan tajam. "Bulan ini kau hanya digaji setengah, tapi bagaimana kau dapat belanja sebanyak itu? Kau berniat mencurinya ya?" tuduhnya tanpa basa-basi.

Andrew membuang wajahnya dari keributan itu, dia tidak ingin terlibat dan itu wajar saja. Namun tidak dengan Faran. Dia sudah banyak belajar dengan hal semacam ini, dan dia sudah bukan lagi dirinya yang dulu.

"Uangnya ada di mesin kasir, jika Anda tidak percaya, cek saja sendiri. Aku sudah membayar semuanya." Tanpa menunggu respon, Faran berbalik dan berjalan keluar, meninggalkan Pak Gino yang hanya bisa menggaruk kepala botaknya.

"Dasar bocah sialan—" Masih terus menggaruk bingung. "Apa yang membuat anak itu berubah?" gumam Pak Gino, bertanya-tanya apakah dia terlalu kejam dengan memotong gaji Faran.

...[VR Horizon : Kebangkitan Pecundang]...

Jalan yang sama, yang selalu dia lalui hampir setiap hari, selalu sepi. Ditambah sungai yang terbentang disisi jalan, memantulkan sinar bulan dari langit. Sungguh pemandangan yang tidak pernah membuat Faran merasa bosan.

Setibanya di rumah, Faran langsung merasa kesunyian segera menyelimutinya. Adiknya sedang melakukan study tour di luar kota, ibunya bekerja lembur, dan ayahnya juga tidak ada di rumah. Ini terasa aneh baginya, untuk tidak melihat wajah adiknya ketika dirinya membuka pintu rumah.

Jam dinding telah menunjukkan pukul 22 lewat 30 menit, ini sudah waktunya bagi Faran untuk melanjutkan petualangannya di VR Horizon. "Apakah sebaiknya aku keluar dari pekerjaan lama ku? Pekerjaan ini begitu menyita waktu, apalagi saat ini aku harus membereskan rumah terlebih dahulu," keluhnya sambil berjalan menuju kamar mandi.

Alhasil dia membersihkan sebagian rumah dan menyiapkan segala sesuatunya sendirian, termasuk mandi dan makan malam, sebelum akhirnya bisa masuk ke kamarnya.

Faran menata makanan dan minuman yang dia beli di meja, memastikan semua dalam jangkauan saat dia bermain VR Horizon. Namun, ketika dia bersiap memasang VR goggles di kepalanya, teleponnya berdering.

"Halo?" Faran menjawab dengan nada lelah, dia tidak dapat menyembunyikannya.

"Faran, ini aku, Denis," suara teman sekolahnya terdengar dari seberang telepon. "Minggu depan ada ujian praktek. Kau tahu itu, kan? Aku khawatir kau tidak akan lulus jika terus membolos seperti ini. Pihak sekolah juga sudah berusaha menghubungimu tapi kau tidak pernah membalas."

Faran mendesah, merasa sedikit terganggu. "Iya, aku tahu. Aku akan urus itu nanti," jawabnya singkat.

"Faran, ini serius. Ujian ini penting, kau juga tidak akan melewatkan kesempatan masuk ke perguruan tinggi, kan?" tekan Denis.

"Ya tentu saja tidak, aku mengerti. Terima kasih sudah mengingatkan," ucap Faran sebelum menutup telepon. Dia tahu temannya benar, tapi fokusnya saat ini bukan pada sekolah.

Menurutnya tujuan bersekolah adalah agar dapat mendapatkan pekerjaan yang layak, dan pekerjaan layak akan mendatangkan lebih banyak uang. Bukankah itu sama saja dengan bermain VR Horizon? Dia mendapatkan uang dari game itu, bukan dari bersekolah.

Faran memasang VR goggles di kepalanya dan berbaring. "Sekarang bukan waktunya lagi untuk belajar," pikirnya. "Pihak HL.Corp menaruh bebannya padaku. Sekarang waktunya aku untuk memanfaatkan kesempatan ini untuk mengubah nasib kehidupanku."

...[Loading Screen...]...

...[Selamat datang di VR HORIZON]...

...[Peringatan! Setiap avatar hanya memiliki satu nyawa. Avatar yang mati akan automatis log out dari game dan disarankan untuk membuat avatar baru agar dapat bermain game VR Horizon]...

...[Avatar telah siap]...

...[Persiapan memasuki game...]...

...[Selamat datang di Teralia]...

"Permisi, apakah masih buka?"

"Masuklah! Selamat datang di toko senjata terbaik di Teralia! Silahkan katakan apa yang kau butuhkan, anak muda." Sambutan hangat dari pria botak berjenggot tebal itu mengingatkan Faran ketika pertama kali ia berkunjung ke tempat ini.

Aqua menggandengnya untuk berlari bersama, menyusuri kota yang belum pernah dia lihat sebelumnya. Senyumannya, tawanya, semua kata-kata yang terus memotivasi dirinya agar menjadi lebih kuat, kini hanya tinggal sebuah kenangan.

"Aku ingin membeli beberapa item," ujar Faran, berhenti didepan meja penjual setelah berkeliling sebentar.

Melihat Faran begitu dekat, si botak merapikan jenggotnya dan menatap Faran lekat, dengan kedua mata disipitkan. "Nak, kau pemuda yang datang dengan gadis cantik itu ya?"

"Benar, Pak" -meringis- "aku senang Anda masih mengingat wajahku."

"Lalu dimana temanmu itu, anak muda?"

Senyuman Faran tertahan sejenak, "Dia terbunuh saat kami menjalani sebuah misi," jelas Faran.

"Mana senyumanmu barusan, anak muda." Penjual botak mengacak-acak rambut Faran tanpa ampun sambil tertawa. "Aku yakin temanmu tidak ingin kau terlihat bersedih, kau juga masih bisa bertemu dengannya di lain kesempatan."

"Terimakasih, Pak." Perkataannya berhasil mengembalikan senyuman Faran. Aqua akan selalu ada didalam hatinya, setidaknya dia berharap, jika suatu hari nanti, dia dapat kembali bertemu dengannya.

"Bagus, anak muda, aku menyukai semangatmu!" Si botak memberikan dua jempolnya. "Baiklah, sekarang item apa saja yang kau butuhkan?"

Disaat Faran berbincang dengan penjual, seorang pembeli lain datang melewati pintu utama. Sejak tadi toko ini memang terlihat sepi, hanya Faran satu-satunya pembeli disana.

"Selamat datang di toko senjata terbaik di Teralia!" sambutan ikonik dari si penjual menyambut hangat kehadirannya.

Dengan jubah coklat yang menutupi semua bagian tubuh, dari kepala hingga kaki, pengunjung itu akhirnya membuka tudung jubahnya. Kehadiran seorang gadis bermata biru itu seketika menaikkan kedua alis Faran begitu tinggi.

"Nayana?" tanya Faran memastikan.

Gadis itu juga tidak kalah terkejut, "Faran?" balasnya, hingga sebuah karung yang dia bawa terjatuh ke lantai.

...[Bersambung]...

Terpopuler

Comments

Kerta Wijaya

Kerta Wijaya

🤟🤟

2024-07-07

1

Fendi Kurnia Anggara

Fendi Kurnia Anggara

ok

2024-06-23

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!