Keesokan harinya Mia benar - benar datang kerumah kontrakan Rania. Dia meluangkan waktu sebentar karena nanti malam dia harus terbang kelondon bersama sang suami. Dua hari berada dibandung karena dia mengikuti sang suami yang ada urusan disana.
Dia datang mencari Rania waktu itu karena dia ingin mengundang sahabatnya di pernikahannya dengan suami, walau sederhana, karena suatu alasan dia ingin sahabatnya hadir dipernikahannya. Dan sekarang dia dan suami sudah dikarunia anak perempuan berusia tiga tahunan. Tadinya suaminya juga mau ikut datang kerumah Rania tapi karena ada urusan mendadak jadi Mia hanya datang sendiri bersama putrinya.
Rania menceritakan semua apa yang terjadi padanya selama ini, kenapa Marchel sama Michel bisa hadir tanpa seorang ayah.
"Aku yakin pasti semua ini rencana Clarisa" tebak Mia. Dia kesal dengan saudara tiri sahabatnya ini.
"Entah lah Mia" jawab Rania dia benar tidak tau, tapi dia bersyukur bisa memiliki putra putri seperti Mishel dan Marchel, dia tidak akan menyesalinya. Apa yang terjadi seandainya dia jadi menggugurkan kandungannya waktu itu.
"Aku kasian pada ayahmu sepertinya dia sangat merindukanmu apa kamu nggak ingin pulang menjenguk ayahmu?" tanya Mia.
"Aku merindukan ayahku, aku pengen pulang tapi ayahku sepertinya masih belum bisa memaafkanku apa lagi akibat hubunganku membuatku hamil" kata Rania melihat kedua anaknya yang sedang bermain dengan Tania.
"Semarah - marahnya seorang ayah pasti tidak tega dengan anaknya sendiri, coba deh kamu datang siapa tau ayahmu bisa memaafkanmu apa lagu dengan hadirnya si kembar" saran Mia. Rania berfikir sebentar sepertinya benar apa yang dikatakan temannya ini, siapa tau ayahnya sudah memaafkannya.
"Eh, kalau masih ada mak lampir sama nyi blorong itu pasti kamu tidak bisa menemui ayahmu, mereka akan melarangmu untuk menemuinya" kata Mia, mendengar temannya ini masih saja memanggil ibu dan saudara tirinya dengan julukan itu membuatnya tersenyum kecil.
"Ya sepertinya akan sulit" kata Rania sedih.
"Mmm kalau Robbi..." Mia menjeda perkataannya "Sepertinya dia memiliki hubungan dengan Clarisa deh" kata Mia.
Rania hanya diam, dia sudah tidak memperdulikan mantan pacarnya lagi, rasa cintanya sudah hilang. Mia tau sahabatnya ini sepertinya sudah tidak cinta lagi dengan Robbi, dia mengalihkan pembicaraan.
"O iya Nia dijakarta aku baru membuka butik karena aku harus ikut suami aku kelondon jadi aku nggak bisa mengelola butikku. Kamu yang handle ya" minta Mia.
"Dijakarta?" tanya Rania.
"Iya" Rania diam kenapa dijakarta dia tidak mau meninggalkan bandung.
"Kalau dijakarta aku nggak bisa, aku nggak bisa meninggalkan orang - orang baik selama aku disini, kenapa harus dijakarta sih lagi pula aku harus cari kontrakan lagi repot Mia anakku dua" Mia sedih.
"Eh kalau soal rumah jangan khawatir ditanggerang ada rumah pamanku yang sudah lama tidak ditempati. Mmm kayaknya nggak terlalu jauh sih dari butik aku, apa lagi dekat butik ada sekolahan anak - anak buat Michel sama Marchel kamu bisa menyekolahkan mereka disana" bujuk Mia.
"Bukankah impian kita mau buka butik bareng" kata Mia mengingat kembali saat mereka masih SMA dulu.
"Aku pikir - pikir dulu" kata Rania, Mia lebih beruntung ketimbang dia, yang terlahir dari keluarga yang mampu.
"Ya sudah, kalau kamu mau, nanti telfon aja ya" kata Mia
"Iya" Rania mengangguk "Terimakasih kamu sudah mau mampir kerumah kecilku" ucap Rania, mereka mengobrol lumayan lama, mengenang tentang masa - masa SMA dulu.
***
Beberapa hari sudah berlalu, Rania berniat pulang kerumah untuk bertemu sang ayah yang dia rindukan, tapi ternyata setelah sampai disana rumah ayahnya sudah kosong tidak tau pindah dimana. Dia sempat bertanya ketetangganya dulu, bukannya dia mendapat jawaban tapi malah dia mendapat julid an dari tetangganya, yang membuat Marchel kesal ingin sekali mengerjai orang - orang itu. Kalau bukan mama Nia melarang dia sudah melakukannya.
Lalu Rania mengajak anak - anaknya kemakam ibunya. Baru kali ini Marchel sama Michel diajak kemakam, karena tempatnya terlalu jauh dengan rumah kontrakannya, anak - anak tidak pernah diajak mereka dititipkan ke bu Rida atau ke bu Santi. Dia selalu datang sendiri memakai pakaian yang selalu ditutupi agar tidak ada yang mengenalinya.
"Ning Nia ya?" tanya laki - laki paruh baya bajunya yang kotor dan memakai topi dikepala. Karena Rania merasa disebut namanya dia menoleh.
"Pak Lukman" ucap Rania, pak Lukman adalah penjaga makam tersebut.
"Apa kabar ning, sudah lama tidak pernah melihat ning Nia?" tanya pak Lukman. Rania tersenyum dia juga sering datang kemari tapi selalu tidak pernah bertemu dengan penjaga makam.
"Alhamdulillah sehat pak, kalau pak Lukman gimana?" tanya balik Rania.
"Ni bapak selalu sehat dan baik" ucap pak Lukman menunjukan badannya yang kotor habis mencangkul "Ning bersama siapa ni?" lanjut pak Lukman bertanya melihat dua anak kecil disebelah Rania.
"Anak - anakku pak, ayo sayang saling sama embah" Rania meminta anak - anaknya berjabat tangan dan mencium tangan kepada orang yang lebih tua.
"Wah cantik - cantik dan ganteng - ganteng, mereka kembar?" tanya pak Lukman kagum.
"Iya pak. Mmm apa bapak tau dimana sekarang ayahku tinggal?" tanya Rania.
"Waduh bapak kurang tau ya, sudah dua tahun ayah kamu sudah tidak datang kesini" kata pak Lukman.
"Gitu ya pak"
"Iya ning" Rania sedih dia belum bertemu dengan ayahnya. Tidak lama Rania pamit pulang.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 82 Episodes
Comments
🍒⃞⃟🦅Rivana84
kira2 kmn Ayahnya Nia pindah ya?
2024-10-25
1