Ketiga gadis itu kabur dari kantor SITS seperti burung kecil ketika sarang mereka diraih oleh cakar serigala. Lyra berkata pada Aqua yang berada di ruang tamu di lantai dua bahwa mereka baik-baik saja dan bisa pulang ke asrama tanpa perlu ditemani. Gadis itu terlihat agak terkejut dari matanya, namun kilau ceria terlihat setelahnya.
“Tentu saja, hati-hati di jalan, ya!” katanya.
Ivette juga tak berkata apa-apa. Ia keluar dari kantor dengan wajah murung, seakan-akan ia merasa tak pantas untuk menerima service dari SITS setelah ia menghancurkan tugas yang diberikan kepadanya.
Mereka menyusuri Syllabry Lane menuju gerbang utama Universitas Palefaith. Baru setelah itu, Ivette berkata, “Belle, untuk apa kamu berbuat seperti itu tadi? Itu membuatku seperti orang yang tidak menerima hukuman!”
“Bukannya kamu memang tak menerimanya?” tanya Belle. “Kamu sangat murung tadi di atas.”
“Huh, memangnya aku tak boleh sedih?” tanya Ivette. Ia memutar mata. “Well, entahlah pembicaraan apa ini. Tapi aku tak ingin kamu melakukannya lagi. Jangan ganggu hidupku lagi juga, Belle. Tingkah lakumu itu selalu membuatku was was kalau kamu mengacau lagi. Setelah ini, aku hanya punya satu kali kesempatan untuk tetap berada di SITS.”
“Kamu sungguhan harus dipukul kepalanya dengan biola yang kamu bawa itu, Ivette. Kamu harusnya sudah sadar bahwa kamu juga salah dalam hal ini. Kamu jangan hanya menyalahkan Belle,” kata Lyra yang muak mendengarkan percakapan mereka.
“Hmph, aku tak menyangka kamu—“ Ivette menghentikan ucapannya. “Kita berhenti berbicara saja, ‘kan? Karena mengantuk, suasana hatiku jadi sangat buruk.”
Mereka bertiga berjalan menuju asrama dalam diam. Belle mengikuti langkah kaki teman-temannya. Ia sendiri belum mengingat dengan baik lokasi asrama di kompleks universitas. Ia mencoba mengingat lokasi-lokasi yang menonjol yang nantinya akan berguna bila ia harus pergi ke sana kemari sendirian.
Ketika Belle mendongak, bulan berkilau tadi tengah ditelan oleh semburat awan. Posisinya sudah menjauh dari posisi semula saat Belle melihatnya sebelum duduk dan meminum segelas susu di kantor SITS. Belle menaikkan alisnya pelan. Apa yang akan Caspian katakan padanya kalau tahu bahwa ia masih ada di luar malam hari? Saat ia masih SMP, Caspian pasti akan memarahinya. Namun, saat ini, pemuda itu pasti tak mempedulikannya.
Belle mengangkat bahu. Oh, shoot. Ia telah tenggelam dalam benaknya hingga ia lagi-lagi tak menangkap jalur yang mereka lewati dan menyimpannya di otaknya. Ia mengingatkan dirinya untuk menghafal kembali jalur itu setelah hari ini berlalu.
“Pintunya terkunci,” kata Lyra ketika mereka sudah sampai di asrama. Gadis itu mendorong pintu utamanya, namun pintunya tak bergerak sama sekali.
“Oh, bagaimana ini?” tanya Belle. “Apakah kamu mendengar sesuatu dari Matron soal jam malam atau penguncian pintu asrama?”
Lyra berbalik menghadap kedua temannya. “Um, coba kuingat-ingat ... selain memarahiku karena aku menjatuhkan pita, Mrs. Roverly benar-benar tak mengatakan apa pun. Ivette, kamu mungkin mendengar soal hal itu. Kamu sudah tinggal di asrama lebih dulu sebelum aku datang.”
“Aku? Aku tak mendengarnya sama sekali. Kamu tahu sendiri aku sangat sibuk setiap hari karena harus mengumpulkan uang untuk membeli buku-buku sastra yang katanya sangat banyak dan mahal! Duh, mengingatkanku saja dengan masalah tadi,” ucap Ivette kesal. Ia mengerutkan dahi. Lalu ia tersenyum. Sebuah senyum yang mengejutkan mengingat betapa buruk mood-nya sepanjang mereka bertemu. Ia meraih sesuatu di dalam tasnya. “Well, aku ingat memang ada. Aku baru ingat.”
“Mengapa kamu tersenyum seperti itu, Ivette. Me-nge-ri-kan,” ucap Lyra, memberikan penekanan pada ucapannya.
“Hanya ingin,” ucap Ivette sekenanya. Ia meraih pengetuk pintu dan memukulkannya beberapa kali di pintu. Suaranya bergema di tengah malam.
Meskipun pukulan Ivette agak terlalu keras untuk malam hari, seakan-akan ia ingin membangunkan seluruh asrama bahwa ada hewan buas raksasa yang menyerang, tetapi ada buahnya juga. Seseorang terdengar membuka pintu dari dalam beberapa saat kemudian. Ketika pintu dibuka, seorang wanita terlihat. Ia mengenakan gaun tidur yang pantas dan panjang. Matanya merah ketika ia melihat ketiga gadis di depannya. Ia pasti sedang tertidur lelap ketika ada gadis yang mengetuk pintu kuat-kuat.
“Pulang terlalu malam seperti kucing,” rutuk wanita itu, tanpa sedikit pun nada candaan dalam suaranya. “Siapa nama kalian? Setelah tahun ajaran baru dimulai, akan kupastikan untuk menghukum kalian. Pulang dan pergi seenaknya saja,” ucapnya seraya mengambil buku catatan dari balik selimut yang disampirkannya di punggungnya.
“U-um, kami tidak tahu kalau ada jam malam, dan kami baru saja mengalami sedikit kecelakaan,” jelas Belle.
“Tidak tahu kalau ada jam malam? Kamu bercanda? Gunakan akal sehat kalian, dong, mana mungkin tinggal di gedung perkuliahan yang terstruktur ini tak ada jam malam. Nama?”
Mereka bertiga menyebutkan nama mereka masing-masing dengan patuh. Namun, ketika sudah tiba giliran Ivette, gadis itu menambahkan, “Aku baru pulang dari menjalankan tugasku sebagai anggota SITS,” sambil menyodorkan sebuah surat kepada Mrs. Roverly. Hal itu membuat tak hanya Mrs. Roverly saja yang tertarik, tetapi juga Lyra dan Belle.
‘Jadi ... menjadi anggota SITS mendapatkan privilege bisa masuk asrama terlambat tanpa mendapatkan hukuman, ya?’ pikir Belle. Itu adalah sebuah kartu yang tak disangka-sangka, pantas saja gadis itu tersenyum begitu ... licik tadi.
Mrs. Roverly meraih surat itu. Ia membacanya. “Memang tanggal hari ini. Well, kamu boleh masuk. Meskipun lain kali, usahakan tugasmu selesai sebelum jam sebelas malam. Kalau tidak, tunggu saja anggota lain yang sudah mempunyai kunci asrama, dan jangan mengganggu tidurku yang sangat aku butuhkan. Huffh, mahasiswi-mahasiswi baru yang menyusahkan,” keluh Mrs. Roverly sambil mengencangkan selimutnya. “Nah, kalian, apa yang kalian lakukan? Aku agak kejam kalau kalian terlambat masuk hanya kalau kalian bertemu mahasiswa dan memutuskan untuk ... hal-hal amoral. Aku bisa menuliskan surat pengeluaran kalian dari asrama dan mengirimkannya untuk kepala manajemen asrama.”
“Uh, kami tak melakukan hal-hal seperti itu,” ucap Belle sedikit terlalu cepat. Hal itu karena itu adalah hal terakhir yang ia pikirkan, namun reaksinya malah membuat Mrs. Roverly curiga, matanya kini menyipit padanya.
“Well, Mrs. Roverly, kami sebenarnya tidak akan terlambat masuk asrama kalau saja tidak harus memb—“ ucapan Lyra terputus, sebelum sempat menyelesaikan kalimatnya.
“Mereka membantuku menyelesaikan tugasku, Mrs. Roverly. Aku agak kesusahan tadi jadi harus meminta bantuan mereka,” kata Ivette.
Mrs. Roverly mengerutkan dahi. “Gadis bodoh. Kenapa kau tak mengatakannya langsung? Baiklah, segeralah masuk. Jangan berlari dan berisik di koridor. Dan ... pastikan untuk mandi sebelum tidur. Hush, hush. Sana sana. Segera masuk ke asrama.”
Belle menghela napas lega. Ivette memandang Belle dan Lyra dengan senyuman kaku di pipinya. “Seharusnya dengan ini hutangku sudah lunas,” kata Ivette, setelah itu ia membuka pintu menuju asrama perempuan.
Belle dan Lyra berpandangan.
“Seakan-akan kita akan terlambat saja, kalau bukan karenanya kita pasti sudah tidur dengan nyenyak. Ya, ‘kan, Belle?”
Belle mengangguk. Ia melihat punggung Ivette yang menjauh dan memutuskan bahwa teman satu ini sungguh sulit untuk dihada
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments