Ketika Belle memasuki rumahnya, ia menyadari bahwa ibu dan ayah mertuanya datang. Mereka memeluk Felix dengan penuh kasih sayang.
“Untungnya Caspian datang dan memberitahu kami,” kata Mrs. Courts sambil menepuk bahu putranya. “Kami baru bisa datang kemari karena hujan turun sangat deras. Kamu baru dari mana, Felix?”
“Oh, Belle mengajakku jalan-jalan. Sungai di belakang rumah ini bagus dan airnya mengalir deras. Kapan-kapan Ibu harus melihatnya,” kata Felix.
“Tentu saja ibu sudah pernah melihatnya. Duduk, Felix. Ah, menantuku yang sangat cantik. Kamu berbakti sekali pada ibumu, ya, silakan duduk,” kata Mrs. Courts.
Sementara di tengah keramah-tamahan seperti itu, wajah Mr. Atfable terlihat sangat muram dan gelap. Ia tak menyangka kalau keluarga Courts akan datang menyusul putranya.
“Nah, karena semuanya sudah berkumpul, aku ingin memberitahu bahwa ... istriku sakit lumayan keras. Kurasa dia hampir ... kehilangan kesadarannya, maksudku, seperti ... hampir gila,” kata Mr. Atfable. Melihat wajah-wajah terkejut di sekitarnya ia melanjutkan, “Tentu saja tidak separah itu, tetapi jiwanya agak terganggu,” ucapnya, yang terpotong oleh teriakan dari sebuah pintu yang merupakan pintu kamar Mrs. Atfable.
“Ayah, apa maksudnya ini?” tanya Belle. “Tetapi ... ibu selalu baik-baik saja sebelum ini.”
“Tentu saja ibu baik-baik saja sebelum ini. Karena setelah melihat kamu menikah, baru kondisi ibumu menurun. Demamnya sangat tinggi dan dia tidak mampu merespon perkataan apa pun yang kukatakan. Dia mengatakan jelas bahwa dia tidak ingin bertemu dengan siapa pun.”
“Aku ingin menemui ibu, Ayah,” kata Belle. “Tentu saja besok pagi. Aku akan datang ke kamarnya.”
“Tidak, Belle!” bentak Mr. Atfable tegas. Ia memelototi Belle yang berdiri, membuat gadis itu duduk lagi. “Kamu tidak mengerti. Dokter Hartley berkata kalau kemungkinan kondisi ibumu hanya akan memburuk kalau kita tidak segera memberinya harapan yang saaaangat ia inginkan di dalam hatinya.”
“Apa itu, Ayah? Apa yang selama ini diinginkan oleh ibu?” tanya Caspian.
Ruang tamu itu seakan bergoyang karena cahaya lilin yang tertiup angin. Setiap siluet wajah di ruangan itu terlihat tegang. Tak terkecuali wajah Mr. dan Mrs. Courts. Meskipun keduanya berekspresi lebih tenang, seakan-akan mereka diberitahu lebih dahulu oleh ayah.
Belle curiga kalau mereka diizinkan pergi ke kamar ibu.
“Apakah kalian masih ingat dengan kakak kalian, Percival Atfable?” tanya Mr. Atfable.
Tentu saja mereka tak mengingatnya. Mereka memang tidak pernah bertemu dengannya. Kalau saat ini mereka berumur sembilan belas tahun, saat ini Percival (apabila masih hidup) berusia 24 tahun. Saat itu, Mrs. Atfable tengah berusaha melahirkan anak kembarnya. Percival dibiarkan bersama nanny-nya, siapa yang sangka kalau memanfaatkan kondisi rumah yang sedang kalang kabut, nanny tersebut membawa Percival pergi.
Sampai saat ini, ia tidak pernah ditemukan. Polisi pun sudah menyerah untuk mencarinya.
“Um, ya, kami tahu tentang Percival,” kata Caspian.
“Sebenarnya ibumu sangat sangat sedih dengan hilangnya Percival. Ibumu sendiri yang masih percaya bahwa dia masih hidup dan dia tidak pernah menyerah mengunjungi kantor polisi untuk menanyakannya. Jadi, aku rasa ... ibu kalian sedih melihat pernikahan putrinya hari ini, sementara seharusnya bila Percy tidak diculik, ia akan menikah lebih dulu.”
Kemudian hening, karena semua orang tenggelam dalam pikirannya masing-masing. Belle pun mengetahui tentang Percy, kakaknya yang hilang. Seorang kakak yang seharusnya berumur 24 tahun tetapi di bayangannya ia hanyalah anak berumur lima tahun dengan jas kebesaran dan gigi depan yang hilang, karena itulah yang digambarkan oleh lukisan di salah satu koridor di Atfable Manor.
Kalau polisi saja susah untuk menemukan, apalagi mereka.
“Jadi, apakah itu artinya ... kita harus mencari Percy?” tanya Belle.
“Ya. Sebenarnya, kami hanya berencana untuk mengirim Caspian saja karena dia adalah laki-laki di keluarga ini. Itulah mengapa Caspian mendapatkan banyak pelajaran tambahan, bahkan kita mengundang seorang mantan detektif untuk mengajarinya,” kata Mr. Atfable. “Tapi, sekarang Belle sudah menikah. Kami berpikir bahwa lebih banyak orang untuk mencari akan lebih mudah. Selain itu, Belle, kamu bisa melanjutkan kuliahmu, ayah sudah membayarkan seluruh biaya administrasi tahun pertamamu. Lalu ... Felix, kamu bisa mendaftar kuliah juga karena masih ada tes gelombang kedua.”
Belle melongo mendengar rencana itu. Tepat setelah pesta dilangsungkan di hatinya dengan berbagai jenis teh, susu, dan daging, titah itu harus muncul dari mulut ayahnya! Ia sudah membayangkan akan hidup dengan nyaman di manor yang baru dibangun oleh Felix untuknya saat ini. Ia baru membayangkan akan memelihara kelinci dan kucing untuk menemaninya berjalan-jalan di kebun pribadinya.
Belum lama ini, keluarga Belle memang melakukan perjalanan ke High Elia. Belle dan Caspian melakukan tes ujian masuk Universitas Palefaith. Setelah itu, mereka pulang lagi karena memang pengumuman kelolosan masih lama. Pengumuman pun dijanjikan akan dikirimkan dengan surat, begitu pula dengan pembayaran yang bisa dilakukan dengan bank.
Belle yakin, ayahnya tidak bisa begitu saja memerintah anak yang bukan merupakan keluarganya. Ia menoleh pada Mr. Courts, berekspektasi bahwa pria itu akan menolak dan memarahi Mr. Atfable karena telah menjauhkan putranya dari mengurus perkebunan keluarga.
“Ya, Felix. Aku dan ayah mertuamu sudah berdiskusi dan ini adalah kesimpulan kita bersama,” kata pria itu yang tentu saja menjatuhkan harapan Belle. Ia menggosok dagunya dan melanjutkan, “Ayah masih sangat kuat untuk mengurus perkebunan kita. Dan dunia semakin maju sehingga kamu membutuhkan pendidikan di perguruan tinggi. Selama kalian berkuliah, kalian bisa sambil mencari clue tentang keberadaan kakak istrimu.”
“Ya, ibu sudah melihat kondisi Mrs. Atfable, dan ...” ucap Mrs. Courts dengan sapu tangan yang ia tekan di sudut matanya. “Ibu bisa melihat bahwa hatinya sangat sakit dan itu merebut kewarasannya. Kalau kalian pergi, itu akan memberinya sedikit harapan dan semoga saja dia bisa kembali seperti biasa,” ucapnya. Ia dan Mrs. Atfable adalah teman yang lumayan dekat. Mereka senang menghabiskan hari berkunjung ke rumah satu sama lain dan bergosip hingga tak sadar teh di hadapan mereka sudah dingin.
Belle menaikkan alis, kemudian diam-diam menjatuhkan punggungnya di sandaran kursi. Itu artinya ia harus bertemu lagi dengan tugas-tugas yang membuat pusing. Ia sendiri telah diterima di jurusan Sastra Irelia di Universitas Palefaith, yang merupakan keajaiban mengingat betapa sedikitnya hasratnya untuk belajar.
Tak hanya itu, ia lebih menyukai kehidupan konstan dan nyaman seperti hidupnya selama ini. Swanfield adalah tempat tinggal yang sempurna dengan pemandangan indah dan warga yang baik hati padanya. Untuk melakukan perjalanan ke Palefaith, itu sangat menyusahkan ...
“Jadi, karena ujian gelombang terakhir sudah akan dimulai pertengahan Agustus ini, besok kalian akan segera berangkat pagi-pagi. Saat itu, kalian bisa berpamitan dengan ibu,” ucap Mr. Atfable pada akhirnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Xiao Lianhua
sangat disayangkan ya bell🤣
2024-06-14
1