Belle dan Lyra berjalan bersama menyusuri Syllabry Street yang permukaannya disusun dari batu-batu kali berbentuk persegi panjang. Belle melihat ke sekeliling dan masih begitu takjub melihat malam yang gelap gulita bisa menjadi begitu ramai. Di desanya, apabila matahari sudah tenggelam, tidak ada seorang pun yang berani beraktivitas di luar rumah.
“Tadi pagi aku menyantap sarapanku di penginapan Napping Napkins. Ya, nama penginapan yang konyol tetapi makanannya sangat enak,” kata Lyra.
“Menu apa saja yang disediakan di sana?” tanya Belle seraya melihat sekeliling.
Lampu-lampu gas di sepanjang jalan menerangi setiap aktivitas pada jalan yang sibuk itu. Penjaja makanan mendorong gerobak mereka menawarkan makanan cepat saji yang menguarkan harum lezat yang membuat perut Belle berbunyi. Sayangnya, melihat gerobak makanan cepat saji itu, Belle jadi teringat tentang dompetnya.
“Ada rebusan hutan kecil, pai sapi bulan, bebek bakar, dan beberapa menu salad sayuran liar,” jelas Lyra dengan ceria. “Aku sendiri sudah mencoba pai sapi bulannya pagi tadi.”
Setelah berjalan beberapa lama, mereka akhirnya tiba di penginapan Napping Napkins. Pengunjungnya tidak terlalu banyak sehingga memungkinkan mereka untuk memilih tempat duduk yang mereka suka. Belle memesan rebusan hutan kecil, yang merupakan salah satu makanan tradisional Irelia. Rebusan kental itu terbuat dari sayuran akar, jamur liar, dan potongan daging rusa yang dimasak dengan kaldu.
Lyra berbicara dengan riang di sela-sela ia makan. Ia semangat dan optimis sekali tentang project kartu-kartu sastra itu. “Setelah kamu mengerjakan penugasan, kamu bisa mengurus kartu-kartu ini. Aku pastinya akan membantumu.”
“Ya, aku akan memikirkannya. Oh, benar, aku belum selesai mengerjakan penugasan. Aku membutuhkan buku Cora Everett rupanya,” ucap Belle seraya mengaduk supnya. Hei, ia punya buku itu di rumah. Namun, keberangkatannya yang mendadak membuatnya tak sempat membaca soal-soal penugasannya. Ia membawanya saja sudah merupakan sebuah keberuntungan.
“Jangan khawatir, Belle. Kita akan meminta mahasiswi senior yang sudah datang untuk bisa meminjamkanmu buku di perpustakaan universitas. Oh, tapi kita juga bisa mengunjungi perpustakaan asrama. Kalau perpustakaan itu memuat juga buku Cora Everett, kita akan sangat beruntung.”
Rebusan hutan kecil di Napping Napkins memang lezat. Makanan yang enak itu membuat lidah kedua gadis itu melemas dan mulai berbicara banyak hal. Kini, Belle mengerti bahwa Lyra tinggal di sebuah desa bernama Acclais di sebuah tempat di Prisalia dan gadis itu datang ke Irelia menggunakan kapal.
“Menyenangkan sekali! Aku awalnya agak takut dan membayangkan bahwa aku akan diterjang ombak tinggi yang menyebabkan kapalnya terbalik atau ditarik ke dasar laut oleh tentakel-tentakel gurita raksasa, tetapi akhirnya aku mencoba berpikir positif dengan membayangkan bahwa aku berada di atas kapal Nuh sebagai kelompok orang yang selamat dari banjir besar-besaran di seluruh permukaan bumi. Jahat, ya? Haha. Aduh, tapi pastinya tak masalah, ‘kan, karena aku jadi tak takut lagi setelahnya. Aku juga mengalami petualangan di sana! Ada gadis kecil yang meminta pertolonganku karena ia kehilangan keluarganya. Saat aku mengantarkan dia pada ayahnya, rupanya ayahnya pingsan dan harus ditangani oleh petugas medis. Gadis itu selalu bersamaku selama beberapa hari, sampai akhirnya kita menemukan bahwa ada seorang pria di kapal itu yang berusaha meracuninya.”
“Oh, memang benar-benar petualangan yang menegangkan ...” gumam Belle kagum. “Tapi sungguh aneh, ya, orang itu. Berani sekali memberikan racun di kapal yang pastinya ada banyak orang.”
“Mungkin itu adalah satu-satunya kesempatan mereka untuk bersama, dan dia ingin supaya yang pertama kali disalahkan itu adalah petugas dapur,” kata Lyra.
“Masuk akal, sih. Pasti sangat heboh saat itu terjadi.”
“Memang sangat heboh. Namaku bahkan dicatat dalam beberapa koran, hahahaha. Setelah aku sampai di High Elia, aku mencari toko atau loper koran yang masih menyediakan koran beberapa hari yang lalu. Polisinya sebenarnya memintaku tetap tinggal untuk bisa diwawancarai, tetapi aku harus segera datang ke sini, dan jurnalisnya sama sekali tak tertarik padaku, jadi ... di beberapa koran, aku yang sangat berjasa ini hanya disebut sebagai ‘gadis itu’ atau ‘gadis dari Prisalia itu,’” tawa Lyra.
Setelah selesai makan, mereka meninggalkan penginapan itu. Semakin malam, Syllabry Lane makin ramai. Mahasiswa dan mahasiswi membentuk kelompok masing-masing untuk menikmati makan malam sambil mengobrol. Beberapa gadis terlihat duduk di samping penjaja es krim sambil menikmati es krim mereka.
“Belle, kita membeli es krim, yuk. Tenang saja, aku akan mentraktirmu,” kata Lyra.
“Baiklah.”
Lyra tersenyum dan berjalan ke arah gerobak es krim itu. Namun, tidak ada penjualnya di sana. Ketika ia bertanya pada sekelompok gadis di dekat gerobak, mereka berkata bahwa penjualnya sedang buang air sebentar di salah satu penginapan. Mereka memutuskan untuk menunggu, tetapi karena penjualnya tak kunjung datang, mereka menyingkir dari jalan menuju rerumputan area luar universitas.
“Aneh sekali penjualnya. Apakah dia ketiduran di kamar mandi atau dia memang tidak ingin ada yang membeli es krimnya? Aku sangat ingin es krim. Menyenangkan sekali makan es krim di sini, Belle, kita akan selalu mengingatnya sampai kita lulus,” kata Lyra seraya duduk di bangku yang tersedia.
“Ya ... kita pasti akan mengingatnya. Sekarang aku masih merasa asing dengan area ini, tetapi ... lama-lama pasti familiar,” kata Belle.
Sembari mereka berbicara, Belle melihat sekeliling. Alis matanya naik saat dia melihat sebuah ember di samping saluran air. Ia mengerjap ketika ia menyadari bahwa ember itu seakan-akan bergerak.
“Lyra, bukankah ember itu seperti ... bergerak, ya? Dan apakah kamu mendengar suara ‘duk duk duk’ darinya?” tanya Belle.
“Huh? Ada apa? Ah, itu dia penjualnya. Kamu di sini saja, aku akan membeli es krimnya,” kata Lyra yang segera bangkit dan berlari meninggalkan Belle.
Belle perlahan mendekati ember itu. Ember itu memang bergerak sangat kecil dan terdengar suara ‘duk duk duk’ yang lembut. Lampu taman yang menyinarinya membuat Belle melihat bahwa ember itu sudah sangat tua, dengan cat yang mengelupas di sana sini dan kaitnya terlepas satu. Entah hewan apa di dalamnya. Sepertinya hewan itu salah naik dari saluran air menuju ember itu dan tak sengaja mendorongnya lebih jauh ke rerumputan sehingga akses keluarnya tertutup.
Belle membayangkan kucing kecil liar di Penginapan Ice Daisy yang lemah. Napas Belle terhenti. Bagaimana kalau dirinya lah yang terakhir kali menyadari ada makhluk hidup di bawah ember itu dan ia tak menyelamatkannya?
Ia akan merasa bersalah seumur hidup.
‘Aku akan membukanya,’ tekad Belle. Ia membuka ember itu, lalu seekor tikus kecil melesat keluar, masuk lagi ke dalam saluran air yang kering.
Bersamaan dengan itu, seorang gadis datang dengan rok bermotif bunga-bunga berwarna biru yang di atasnya dilapisi dengan celemek putih yang sedikit kotor dengan rerumputan dan tanah. Di pinggangnya, tergantung sebuah kantong berwarna kuning. Ia membawa keranjang anyaman besar dengan perangkap tikus yang tersembul darinya. Ia juga membawa kantong kain putih yang selalu bergerak-gerak.
Gadis itu menautkan alisnya ketika ia melihat Belle.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments