Belle berdiri dan keluar dari ruang makan dengan suaminya. Ia berkata kepada Felix setelah mereka keluar dari ruangan itu, “Aku akan menemui Aneira dulu dan memintanya menyediakan lentera untuk kita. Apakah kamu memerlukan mantel yang lebih hangat?” tanya Belle kepada Felix.
“Tidak, kurasa udaranya cukup nyaman. Aku akan menunggu di ruang tamu,” kata Felix.
Belle meninggalkan Felix sambil berjingkat-jingkat berjalan mencari Aneira. Sayangnya, ia tidak menemukan gadis itu di mana pun. “Ini agak sedih mengingat sebelumnya dia selalu bersamaku,” bisik Belle pada dirinya sendiri. Namun, akhirnya ia mendapatkan lenteranya dan kembali ke ruang depan untuk menemui Felix.
Felix sedang menjaga dirinya supaya tidak tidur dengan membaca surat kabar. Belle berdehem, membuat Felix segera mendongak dengan agak terkejut. Kemudian Belle memasang senyum manisnya. “Ini lentera untukmu. Aku ingin sekali berjalan-jalan di malam hari di tepi sungai tanpa dikritik. Malam ini adalah momen yang tepat. Bersyukur sekali manusia bisa menemukan lentera karena malam ini bulan tidak muncul,” tawa Belle dengan ceria.
Mereka berjalan menyusuri jalan setapak yang terletak di samping Atfable Manor. Belle berniat untuk membuat seluruh pelayan di rumah tidur dulu sebelum mengatakan pada Felix bahwa ia bisa tidur di salah satu kamar tamu. Ia tidak ingin dilaporkan pada ibunya karena ia tidak ingin tidur bersama Felix. Pelayan-pelayan di rumah hari ini terlihat sibuk sekali membersihkan dan mengganti selimut dan penutup kasur di kamar Belle, bahkan satu pelayan tersenyum-senyum saat bertemu pandang dengannya di koridor.
Sungai di malam itu sangat menenangkan. Belle mengajak Felix duduk di bebatuan di tepi sungai. Ia adalah tipe orang yang banyak bicara dan punya banyak topik pembicaraan sehingga ia berharap Felix tidak akan terlalu mengantuk dan menjatuhkan diri ke sungai. Selain itu, sungai ini tidak jauh dari rumah, apabila Felix melakukan kejahatan, ia cukup berteriak dan seisi rumah akan datang menghampirinya.
Rencana ini cukup aman dan cerdas, begitu Belle memuji dirinya sendiri.
“Kejadiannya sudah lama, sih. Tetapi sempat terjadi pembunuhan bayi di sini, kamu tahu, ‘kan? Catatannya ada di perpustakaan desa,” kata Belle.
“Oh, pembunuhan berantai itu? Itu sangat mengerikan. Memang aku pernah mendengarnya, tetapi aku baru tahu kalau ... dilakukannya ... di atas batu ini,” kata Felix yang mulai tertarik dengan topik pembicaraan itu.
“Ya, batu yang kita duduk di atasnya ini. Hehehe, semoga kita tidak terhitung tidak sopan dengan roh yang sudah meninggal,” ucap Belle. Ia mengarahkan lentera itu ke rerumputan di sekitar kakinya. Ia memetik dua bunga cowslip dan memberikan salah satunya pada Felix. “Ayo kita lemparkan bunga ini untuk mengenangnya.”
Keduanya melemparkan bunga itu dan melihat bunga itu mengikuti arus sungai.
Kejadian itu sudah terjadi cukup lama, mungkin lima puluh tahun lalu. Kabarnya, ada seorang penculik yang menculik bayi. Ketika ia melewati sungai itu, bayi itu tak mau berhenti menangis. Karena kesal, ia memutuskan untuk membunuh bayi itu dan melemparkan jasadnya ke sungai. Sampai sekarang, kisah itu tak terlupakan di Swanfield, itulah mengapa tidak ada yang mengunjungi sungai itu malam-malam, kecuali Belle dan Felix kali ini.
“Kita harus pulang, Felix,” kata Belle, yang tiba-tiba merinding. Ia juga sudah mulai mengantuk dan merasa kasihan pada Felix yang sama lelahnya dengan dirinya. Bayi yang meninggal itu memberinya keberanian untuk berbicara pada ayah dan ibu bahwa ia tidak akan tidur sekamar dengan Felix di rumah masa gadisnya.
“Ya, ayo kita pulang!” kata Felix dengan terlalu bersemangat. Ia spontan berdiri. Lenteranya berayun-ayun di ujung tongkatnya.
“Aku sudah sangat mengantuk, sekarang kita tidur supaya kita bisa bertemu ibu pagi-pagi besok. Apakah kamarmu nyaman, Felix? Kamu tidur di kamar tamu yang ada di dekat ruang tamu, ‘kan?” tanya Belle sambil menyentuh lengan Felix.
“Ya, cukup nyaman. Pelayan sudah menyiapkan selimut bulu angsa yang hangat dan aku tidak akan kedinginan. Kamarnya juga dekat dengan ruang tamu jadi kalau ayah dan ibu berniat menyusulku, aku pasti akan terbangun.”
Belle melebarkan matanya, ia terpaku. “Jadi, kamu ... ti-tidur di kamar itu?”
“Ya,” tawa Felix. Pemuda itu lebih tinggi darinya, dan ketika ia menoleh, cahaya dari lentera menerangi wajahnya yang tampan. Belle bisa melihat senyumnya dan matanya yang berkilat jahil. “Tentu saja, Belle. Memangnya, apa yang ... kamu harapkan?”
...
“Te-tentu saja aku tidak punya harapan sedikit pun,” kata Belle. Seketika, ia merasa sangat kesal. Pelayan-pelayan di Atfable Manor merupakan orang-orang yang sudah bekerja lama dan sudah terlalu santai untuk menggodanya, membuat hatinya sangat ketakutan. “Aku hanya mengira kamu akan tidur di kamar tamu satunya! Kalau kamu melihat keduanya, kamu pasti akan tahu jawabannya,” kata Belle cepat. Ia sendiri juga tidak tahu jawabannya.
Felix tertawa, dengan tawa paling mengerikan yang pernah didengar Belle. Oh, ia sangat malu dan kalau bisa ia menenggelamkan diri saja di sungai untuk menyusul bayi itu.
Tiba-tiba cahaya lentera lain menerangi mereka, lalu terdengar suara seseorang, “Felix, Belle, ayo pulang. Ayah ingin membicarakan sesuatu. Kalian kuharap tidak berasyik masyuk dengan berduaan di sini,” katanya.
“... Caspian, aku dan Belle sudah menikah,” kata Felix, masih dengan nada terhiburnya.
“Tapi kalian kabur dari rumah membuat ayah mencari kalian dengan khawatir. Cepat. Ayah ingin membicarakan sesuatu yang penting dan kalian selalu membuat semua orang kerepotan tiga kali lipat!”
Lihat, ‘kan, Caspian memang menyebalkan!
Belle tidak mempedulikannya, tetapi ia dan Felix memang pulang. Belle memang lebih memilih untuk mengabaikan Caspian daripada menjawabnya. Dengan cara mengabaikan Caspian, ia bisa melindungi hatinya dan menenangkannya bahwa Caspian sudah tidak ada di dunia.
Mereka akhirnya tiba di rumah. Aneira menunggu di depan pintu dengan khawatir. Ia menguarkan bau sabun pencuci piring yang membuat hidung Belle berkerut. Sebelumnya, Aneira selalu wangi dan tidak pernah menyentuh dapur. Hal itu membuat Belle agak sedih.
Belle menunggu Caspian dan Felix masuk ke dalam rumah. Ia menyentuh tangan Aneira dan berkata, “Aneira! Aku sangat malu, aku kira kalian berbuat jahat dengan memintaku dan Felix berada di dalam satu kamar. Aku sampai mengajaknya ke sungai supaya aku bisa menyelundupkannya di kamar tamu.”
“Miss? Astaga. Tentu saja Mr. Courts akan memiliki kamarnya sendiri. Itu agak tidak sopan bagi gadis yang baru menikah untuk tidur sekamar dengan suami barunya di rumah gadisnya. Tentu kamu tidak akan melakukannya,” kata Aneira.
Belle mendesah. Duh, ini pasti karena ia sibuk bermain board game saat pelajaran Etika. Ia sungguh menyedihkan dan memalukan dan semua kata-kata jelek ada pada dirinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments