Seorang petugas administrasi asrama menyodorkan daftar unit kamar asrama di Palefaith. Ia menaikkan kacamatanya dan berkata, “Kalian bisa memilih dan aku akan menempelkan sticker nama kalian di daftar unit yang kalian pilih. Pastikan untuk memilih kamar yang sudah ada penghuninya, karena di akhir pendaftaran ulang, kalau kalian berakhir sendirian, kalian akan membayar lebih banyak.”
Belle meraih buku tersebut. Ia menyadari bahwa ada perbedaan antara asrama perempuan dan laki-laki. Asrama perempuan memiliki lebih sedikit anak yang terdaftar, sementara anak laki-laki sudah hampir penuh. Caspian memilih kamar yang tersisa tanpa pikir panjang.
Pada setiap sticker nama, tertera juga nama jurusan di bawahnya. Belle punya terlalu banyak keleluasaan untuk memilih, sehingga ia menghabiskan waktu untuk banyak bertanya pada petugas administrasi tersebut.
“Letak unit ini di lantai dua. Seluruh unit di halaman ini letaknya di lantai dua,” jelas pria itu.
Belle mengerutkan dahi. Ia menginginkan kamar yang tidak terletak di lantai yang terlalu tinggi dan ia ingin teman-teman se-unit-nya ...
Belle menyusurkan jarinya pada sebuah kamar. Ia berdoa dalam hati sebelum berkata dengan mantap, “Aku memilih unit enam belas.”
“Baik. Saya akan menempelkan namamu di sini. Nah, sudah. Silakan, sekarang kalian bisa membawa barang-barang kalian ke kamar kalian masing-masing. Good luck and study well,” ucap petugas administrasi tersebut seraya menutup bukunya dengan kencang. Pastinya melelahkan untuk menunggu para mahasiswa baru yang ragu-ragu dalam memilih kamar mereka.
Belle keluar dari gedung administrasi. Ia tak berbicara banyak tetapi mendengar langkah kaki Caspian tak jauh darinya. Ia bertanya-tanya apakah hari ini ia sudah diberikan jatah makan belum karena ia yakin sebentar lagi ia akan merasa lapar.
Oh, tidak membawa uang sungguh mengerikan.
Gedung asrama terletak di sayap belakang. Mereka perlu melewati lorong-lorong bangunan untuk mencapainya. Belle akan menyukai susunan batu bata putih besar yang mengagumkan di sisi kanan kirinya. Ia juga akan menyukai bebek-bebek yang berenang di kolam yang berair mancur di tengahnya. Namun, Belle tidak memperhatikan semuanya karena terlalu sibuk dengan pikirannya.
‘Tidak mungkin aku bisa mengambil kembali dompetku. Aku rasa dompet itu dicopet saat kita naik kereta. Itu di Fernwick, that was far faraway from here. Aku rasa aku harus meminjam dulu pada Felix atau Caspian,’ pikirnya. Meskipun ia menyukai kemudahan dan santai-santai, tetapi mengandalkan uang orang lain, apalagi kembarannya, sangat tak mengenakkan.
Mereka akhirnya tiba di gedung asrama. Bangunan itu megah dan Belle memperkirakan tingginya mencapai empat lantai. Jendela-jendela tinggi berbingkai timah berbaris di setiap lantai. Belle menghentikan langkahnya.
“Caspian, ada yang ingin aku katakan,” katanya setelah berbalik menghadap kembarannya.”
“Katakan saja,” kata Caspian.
“Well, soal uang yang kamu keluarkan untuk tempat tinggalku di sini, tenang saja, aku akan membayarnya.”
Caspian menaikkan salah satu alis. Tentu saja dia akan merendahkannya.
Tetapi kembarannya itu tak berkata apa-apa, jadi Belle melanjutkan, “Aku pasti akan membayarnya.”
“Sebenarnya tidak perlu kamu pikirkan. Uang itu bukan apa-apa,” kata Caspian. “Kamu hanya perlu membantuku dalam mencari Percival karena kamu kulihat tidak tertarik untuk melakukan misi ini. Sebenarnya aku senang-senang saja melakukannya sendiri. Tapi aku tidak suka bahwa kamu bisa berkuliah tanpa tugas memberatkan ini. Itu curang. Apakah kamu setuju?” tanya Caspian.
Belle tanpa sadar membuka bibirnya. Itu syarat yang cukup aneh. “Oke? Kalau aku bisa, aku akan membantu,” ucapnya.
“Bagus,” kata Caspian.
Caspian mengangkat kopernya saat ia menaiki undakan anak tangga di depan pintu utama. Belle juga melakukan hal yang sama. Saat Caspian membuka pintu utama, mereka disambut foyer dengan dua anak tangga di sisi kanan dan kiri ruangan yang hampir melingkar untuk mencapai lantai dua. Belle mengira akan ada seseorang yang menyambut dengan membawa daftar kedatangan di foyer itu, namun tak ada siapa pun.
Asrama mahasiswi perempuan dan laki-laki sepertinya dipisahkan di sini, karena ada dua buah pintu di kanan dan kiri ruangan yang menyimbolkan perempuan dan laki-laki. Belle tak repot-repot berkata apa pun pada Caspian dan langsung menuju lorong asrama area perempuan.
Belle melangkah menyusuri lorong asrama. Ia mengamati nomor-nomor unit pada setiap pintu yang ia lalui. Ia akhirnya menemukan unit-nya. Belle menarik napas sebelum membuka pintunya.
“Halo,” sapanya, ia mendorong pintu dan menutupnya kembali. Ia tak melihat siapa pun di ruang tengah. Ia melompati barang-barang yang sepertinya sedang ditata di tengah oleh salah satu teman sekamarnya.
Dalam satu unit, terdapat satu ruang tengah dan tiga kamar tidur. Dalam satu kamar tidur, akan diisi oleh dua orang mahasiswi. Belle memasuki kamar yang nomor tiga yang letaknya paling dekat dengan pintu masuk. Ini adalah kamar yang akan menjadi miliknya. Ia ingat ia akan sekamar dengan seorang gadis bernama Lyra.
Hanya saja, tidak ada seseorang di dalam. Meskipun ratusan atau ... ribuan pita yang memenuhi lantai menandakan ada jejak seseorang di sana. Belle menaikkan tumitnya, menghindari kain-kain yang berserakan.
“Oh! Tidak apa-apa, kamu boleh menginjaknya, eh ... jangan deh, kamu sepertinya baru saja melakukan perjalanan jauh dan kaus kakimu pasti kotor,” ucap seseorang dari sudut ruangan. Gadis itu tersenyum saat Belle melihatnya, ia tengah memeluk lebih banyak pita lagi di pelukannya. Rambut pirang pucatnya jatuh di bahunya selama ia berjalan.
“Halo?” sapa Belle tak fokus. Itu karena gadis di hadapannya ini sungguh-sungguh aneh. “Oh, maaf. Ya, aku tidak akan menginjaknya. Aku memang baru saja melakukan perjalanan jauh dan ... sebenarnya apa yang akan kamu lakukan dengan pita-pita ini?”
“Mungkin itu karena aku dari Prisalia,” kata gadis itu dengan senyumnya. Belle langsung mengangguk-angguk paham. “Jadi, aku suka membuat diriku sibuk menciptakan kreasi-kreasi aneh yang tak terpikirkan sebelumnya. Oh, aku melebih-lebihkan. Aku ingin membeli kelambu untuk ranjangku tetapi aku tidak menemukan yang kusuka. Pita-pita ini bagus. Jadi, aku menyusunnya di tongkat ini, lalu setelah kupasang di atas, bisa bekerja sebagai tirai. Harganya juga jauh lebih murah dibandingkan kelambu.”
“Aaah. Itu ide yang bagus,” kata Belle. Orang-orang dari negeri Prisalia memang terkenal dengan kreativitas mereka yang seakan tak berbatas. Mereka hanya akan meletakkan benda di area mereka yang sesuai dengan preferensi estetika mereka. “Aku menyukai kombinasi warnanya.”
“Tentu saja! Meskipun aku membelinya di toko barang bekas, tetapi aku memilih dengan sangat hati-hati. Kondisinya juga masih sangat bagus. Kamu bisa melihatnya,” kata gadis itu sambil memberikan sehelai pita pada Belle.
Belle menyentuhnya. Pita itu lembut dan kuat. Ia mendongak saat gadis itu juga menatapnya. Ia tersenyum. Mereka belum berkenalan. “Aku Belle Atfable,” ucapnya.
“Aku Lyra Moonbell. Semoga kita menjadi teman sekamar yang baik, ya!”
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments
Xiao Lianhua
temen baru belle tampak mudah bergaul dengan siapa aja yaa aku suka Lyra🤩
2024-07-08
1