Belle masih gemetar ketika ia memasuki sebuah toko buku yang dipimpin oleh seorang wanita dengan gaun merah tadi. Belle tak sempat melihat tulisan di atas pintu masuk, namun ia mengetahui toko macam apa di dalamnya, sebuah toko buku khusus buku kuno yang bau halamannya yang menguning dan menua menusuk hidungnya.
Belle mengerutkan dahi.
Ini adalah pertama kalinya ia mengalami kejadian seperti ini. Ia hanya pernah membacanya dalam buku-buku yang ia baca. Belle menghembuskan napasnya. Kalau saja tak ada Ivette dan Lyra, ia pasti sudah pingsan dengan tangan pria itu yang menjelajahi pakaiannya. Ia merasa kehormatannya sebagai wanita telah diinjak. Kemampuan menyelamatkan dirinya sungguh ada pada level terbawah, tak bisa dibandingkan dengan para heroine novel-novel favoritnya.
“Tiga teh chamomile. Siapkan, ya,” kata wanita bergaun merah itu pada seorang gadis yang menunggu di sudut dekat tangga. Ia mengenakan gaun berwarna cokelat dengan kancing cokelat tua besar yang berbaris di bagian depannya. Ia berdiri di dekat meja telegraf. Ia pastilah adalah orang yang dikatakan oleh gadis yang menolongnya tadi.
“Baiklah. Tunggu sebentar, ya!” ucap gadis itu dengan lembut.
Mereka menaiki tangga yang terletak di sudut belakang toko. Belle bersyukur bahwa aroma buku-buku tua itu mulai berkurang. Harum minyak esensial lavender menyambut hidungnya begitu mereka mencapai atas.
Kejadian mengerikan yang sudah berlalu itu kini membuat Belle bisa tenang. Ia punya perhatian lebih yang bisa diberikan untuk mengamati kantor mungil itu. Terdapat meja-meja kayu, rak buku, dan kursi berlapis kain di sana. Lampu minyak yang berpendar di dinding memberikan cahaya yang hangat dan menenangkan siapa pun yang melihat.
Hanya saja, sepertinya ruangan ini bukanlah kantor utama. Apabila dilihat, sebenarnya ruangan ini hanyalah ruangan untuk menerima tamu. Area utama adalah di satu sudut tertentu dengan satu meja kayu besar yang terlihat kokoh dengan dokumen yang menumpuk di atasnya. Sebuah kursi menghadap meja itu. Syllabry Impossible Tasks Service. Itu pastinya tempat seorang klien untuk meminta bantuan para organisasi ini.
“Susu yang hangat sudah tiba. Huh, kalian pasti kaget, ya? Hahaha. Tenang saja, sekarang para polisi sudah datang dan menangkap mereka,” kata gadis yang mengenakan gaun cokelat tadi. Rambutnya bergelombang teratur di kedua bahunya, mengingatkan Belle akan kue croissant yang renyah dan lembut.
Lyra memandangi cangkir penuh susu hangat yang akhirnya diserahkan padanya. Ia berkata, “Itu cepat sekali.”
“Tentu saja. Memangnya tak lihat bahwa jalan tempatmu berkelahi tadi ada di bawah tempat ini?” ucap gadis itu dengan ceria.
Sepertinya para gadis pegawai SITS (Syllabry Impossible Tasks Service) ini sengaja membiarkan perkelahian itu terjadi. Entah apa yang menjadi tujuan mereka? Belle bertanya-tanya dengan hati dongkol. Ia meneguk air susunya dan membiarkan kehangatannya menenangkan dirinya.
Ivette tak banyak berbicara. Raut wajahnya bahkan dapat dibilang tegang. Belle tak menyalahkannya. Seluruh tikus yang sudah gadis itu berusaha keras tangkap hari ini telah kabur tak bersisa setelah tempatnya dijebloskan pada kepala pria jahat yang berusaha menjambret mereka tadi.
“Hmph! Jadi kalian melihat, ya? Apakah ini semacam ... ujian bagi setiap orang yang lewat supaya kalian dapat merekrut pegawai baru? Seakan-akan kalian bisa menentukan kapan nyawa seseorang akan terenggut atau tidak?” tanya Lyra. Gadis yang biasanya ceria itu bertanya dengan tegas.
“Well, well, bukankah kamu sangat pintar?” tanya gadis bergaun cokelat itu. “Tapi bersyukurlah, pada akhirnya kalian bisa meminum susu buatanku. Apakah rasanya enak? Tak semua orang bisa meminum susu khusus Syllabry Impossible Tasks Service, loh,” ucap gadis itu, masih dengan ekspresi dan suara cerianya. Setelah menyelesaikan tugasnya, ia membawa nampannya dan pergi menjauhi mereka. Ia masuk ke dalam sebuah pintu yang ada di ruangan itu.
Susu itu memang enak, tak seperti yang pernah Belle rasakan. Bahkan pada masa jaya orang tuanya. Selain susu, gadis itu pasti menambahkan bahan-bahan lain di dalamnya, seperti cokelat dan melon.
Gadis bergaun merah itu sedari tadi berdiri di dekat jendela untuk melihat pemandangan di bawah. Ia tersenyum puas saat berbalik. Kemungkinan artinya para penjahat itu sudah berhasil diringkus.
“Silakan nikmati susunya. Kalau sudah selesai, biar pegawai kami yang mengantarmu. Nah, Ivette. Setelah menunggu sehari semalam sungguh sangat ‘menyenangkan’ saat aku mendengar bahwa seluruh tikusnya kabur. Bukankah ini waktunya kamu naik ke ruanganku?” tanyanya.
Ivette tak membantah. Wajahnya murung saat ia mengikuti gadis itu naik ke lantai atas. Belle dan Lyra berpandangan. Kini hanya mereka berdua di ruangan ini, yang artinya, mereka bisa mengobrol dengan lebih bebas.
“Apakah dia akan dimarahi?” tanya Belle.
“Well, kurasa begitu. Apakah toko ini bisa dikatakan sebagai service? Jelas-jelas Lyra kehilangan tikus-tikusnya karena kejadian mengerikan tadi,” ucap Lyra galak. Ketika ia melihat Belle sedikit menjauh, ekspresinya melunak. “Hei, apakah kamu tidak apa-apa?”
“Ya. Aku tidak apa-apa.”
“Syukurlah. Nah, apakah kita harus menunggu Ivette? Aku sudah ingin kembali ke kamar. Duh, aku sudah cukup dengan petualangan hari ini dan aku hanya ingin tidur. Ivette sudah dalam tangan yang tepat. Dia dan pelayanan jasa ini memiliki emosi yang serasi jadi aku yakin ia akan baik-baik saja. Ayo kita pulang, Belle.”
Belle juga tak ingin tinggal di luar area universitas terlalu lama. “Ya, ayo pulang. Ayo meminta seseorang mengantarkan kita.”
“Oh, tak perlu. Aku yakin setelah ada polisi yang datang, tak akan ada orang yang berani mengacau di area ini. Aku tak ingin punya urusan apa pun dengan tempat ini,” ucap Lyra dengan suara penuh dendam.
“Baiklah, kurasa juga begitu,” kata Belle.
Meskipun diantarkan oleh salah satu pegawai SITS yang baik hati terlihat lebih nyaman, namun perkataan Lyra ada benarnya juga. Mereka memutuskan untuk menuruni lantai dua toko itu. Belle menoleh ke belakang untuk terakhir kalinya, bertanya-tanya bagaimana nasib Ivette di atas sana.
Belum juga mulai berkuliah, kini kata *d*eadline sudah menghantuinya.
Kalau Ivette masih harus mencari tikus lagi, bukankah ia akan bermasalah?
Belle mengerutkan dahi. Ia menghentikan langkahnya. Apa yang ia lakukan tak benar. Bukankah ia melihat bagaimana Ivette sangat bekerja keras untuk mengumpulkan tikus-tikus itu? Agak tak adil kalau karena kejadian tak sengaja levelnya diturunkan menjadi pegawai magang.
“Lyra. Bisakah kamu menunggu sebentar. Aku akan naik dan memeriksa Ivette,” kata Belle.
Lyra berbalik. “Belle, ada apa?” tanyanya. Namun suaranya hanya menggema di tangga. Belle sudah naik dengan cepat dan tak terlihat sedikit pun darinya. Lyra menaikkan alis.
Belle tak menghabiskan banyak waktu menaiki tangga. Mama berkata bahwa seorang gadis harus naik tangga dengan perlahan dan tidak boleh melompati satu pun tangga. Namun kini ia menaiki dua anak tangga sekaligus.
Setelah ia mencapai lantai tiga, ia menemukan Ivette dan gadis bergaun merah muda itu sedang terlibat dalam pembicaraan yang serius. Belle yang terengah-engah berdiri di depan tangga.
“Permisi, Nona. Kalau Anda memutuskan untuk menjadikan Ivette sebagai pegawai magang lagi, kurasa itu tidak adil,” ucapnya dengan t
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 77 Episodes
Comments