Chapter 10

Yun Sungji adalah ayah dari Qianyi merupakan anak bungsu dari Baitian.

Melihat kelakuan konyol putrinya, Sungji hanya tersenyum tidak tahu harus menjawab apa.

"Tunggu sebentar, mengenai pernikahan, aku juga punya pendapat." kata Yun Feiya tiba-tiba.

Mendengar itu, Lin Chen mulai berkeringat dingin.

"Feiya, apa maksud kamu?" tanya Baitian pemasaran.

Yun Feiya pun menjawab dengan penuh semangat.

"Begini kakek, aku dan Lin Chen sudah berciuman, aku bersumpah demi langit! Jadi aku rasa dia juga harus menikahi aku!"

Mendengar pengakuan Yun Feiya, semua orang tersedak dan batuk.

"Iya benar ... Aku menjadi saksinya. Suamiku, kamu juga harus bertanggung jawab atas Kakak pertama. Kalau kakak pertama hamil gimana?" Qianyi menuturkan hingga suasana semakin tegang.

Semua orang menatap Lin Chen, kini ayah Yun Feiya yang sejak tadi merasa sedih dan cemburu karena mendapatkan menantu yang hebat, kini kembali bersemangat.

Ayah Yun Feiya adalah anak pertama dari Baitian.

Mendengar itu, Lin Chen menghela nafas panjang dan bergumam, ini sudah tidak bisa dihindari lagi.

Dia pun berkata, "Baiklah, asal kalian bisa berjanji padaku bahwa kalian bisa hidup rukun, aku akan menikahi kalian berdua kelak!"

"SEPAKAT!" Jawab Feiya dan Qianyi secara bersamaan.

"Suamiku, makanlah yang banyak!" kedua gadis itu secara bersamaan meletakan masing-masing sepotong daging ke piring Lin Chen.

Jam sudah menunjukan pukul sepuluh malam. Acara makan pun telah selesai.

Lin Chen berpamitan pulang, karena dia sudah tidak punya keperluan lagi di kediaman keluarga Yun.

Besok dirinya harus bangun pagi dan mencari pekerjaan yang layak, walaupun kedua istrinya kaya raya. Dia tidak ingin mengandalkan wanita. walaupun hanya bekerja sebagai tukang bangunan, dia harus tetap mencari uang untuk keluarganya dipanti asuhan.

Sebenarnya, kedua gadis itu memintanya untuk menginap. Namun Lin Chen menolak dengan tegas. Karena dia tahu kelakuan kedua gadisnya itu. Dia pasti dibuat tidak tidur sepanjang malam.

"Menantuku, apa kamu yakin ingin pulang ke panti asuhan?" tanya Yun Sungji Ayah Qianyi.

"Iya, apa kamu sebenarnya tidak tertarik pada putri kami?" tanya ayah Yun Feiya menambahkan.

"Suamiku, benar kata ayah. Sebaiknya kamu menginap saja, biar kita bisa buat anak bayi yang lucu. Setidaknya, kita bisa latihan dulu." kata Qianyi sambil merajuk memeluk tangan Lin Chen.

Lin Chen mengangkat alisnya. Apakah ini anak gadis 15 tahun kenapa bicaranya seperti orang dewasa?

"Benar suamiku, sebaiknya kamu nginap, apa kamu tidak ingin tidur dengan kedua istrimu?" kata Yun Feiya sambil membusungkan dadanya hingga gunung kembarnya tampak jelas. Membuat Lin Chen menelan air liurnya. Lin Chen tidak tahu harus menjawab apa.

Apakah ini gadis yang selama ini terlihat polos. Tidak mungkin dia dirasuki oleh hantu cabul saat ini, kan?

Kesabaran Lin Chen pun habis menghadapi tingkah kedua istrinya itu. Dia pun sedikit kesal dan berkata, "Ingatlah, saat ini kultivasi kalian berdua adalah yang tertinggi dikeluarga. Kelak bekerja semalaman untuk menjaga keluarga ini. Jika ada yang mendesak, segera carilah aku." kata Lin Chen lembut sambil membelai rambut kedua gadis itu.

Meskipun kesal, dia sudah berjanji untuk tidak meninggikan suaranya kepada kedua istrinya yang manis dan cantik itu.

"Cucu menantu, bagaimana kami akan menghubungimu?" tanya Baitian

"Tuan Yun, anda bisa datang ke panti asuhan!" jawab Lin Chen.

"Suamiku, itu sedikit merepotkan. kenapa kamu tidak membawa ponselku saja!" kata Qianyi sambil menyodorkan ponselnya kepada Lin Chen.

"Ponselku juga boleh. Atau kamu bawa saja keduanya." kata Feiya menambahkan.

Melihat keduanya menyodorkan ponselnya, Lin Chen bingung, bagaimana dia harus mengambilnya.

Memang tidak ada masalah dengan ponselnya. Yang menjadi masalah adalah, foto latarnya. Di ponsel Qianyi terpampang jelas fotonya telanjang dengan tangan menutupi kedua gunung kembarnya. Begitu juga dengan latar ponsel milik Feiya.

Dalam hati, Lin Chen mengutuk orang tua mereka, bagaimana mereka mendidik anaknya seperti itu? kedua gadis itu juga pura-pura tidak memperhatikan seolah-olah mereka tidak mengerti isi pikiran Lin Chen.

Dalam hati, Lin Chen bergumam, "Oh, kalian benar-benar mengharapkan secepatnya mendapatkan cucu atau anak, kan? Pasti akan ku kabulkan dan itu tidak akan lama lagi!"

"Tuan Yun, apa boleh aku meminjam ponselmu padaku?" melihat Baitian mengeluarkan ponselnya, Lin Chen pun tidak sungkan lagi.

Sebenarnya, sudah sejak tadi dia mengeluarkan ponselnya untuk diberikan kepada Lin Chen.

Tetapi, karena melihat kedua cucunya menyerahkan ponselnya, dia pun mengurungkan niatnya. Mengingat kultivasi kedua cucunya sangat tinggi, dia takut mereka mengamuk.

"Silahkan cucu menantu!" kata Baitian sambil menyerahkan ponsel ditangannya kepada Lin Chen.

Pilihan Lin Chen sudah tepat. Tidak mungkin dia mengambil kedua ponsel milik kedua gadis itu, atau memilih sala satunya. Jika tidak pasti sala satu dari mereka akan merasa tidak senang dan akhirnya membuat keributan.

"Apa anda tidak ingin memindahkan akun-akun bank anda ke ponsel lain?" kata Lin Chen sambil mengulurkan tangannya memberikan kembali ponsel itu.

"Tidak! Tidak ... Nanti saya akan membuat akun baru lagi. Kita adalah keluarga, jadi jangan merasa sungkan." kata Baitian.

"Baiklah ... Karena Tuan Yun berkata begitu, terimakasih banyak. Aku akan menerima ponsel ini!"

Karena hari sudah semakin larut, dia tidak ingin berlama-lama lagi disini. ditambah lagi, takutnya ada saja kelakuan konyol dari kedua gadis itu untuk mengulur waktu, pada akhirnya dia tidak pulang.

Setelah hening sejenak, Lin Chen pun pamit.

"Baiklah, aku pamit pergi dulu!" kata Lin Chen lalu melangkah pergi.

"Suamiku ... Tunggu!" kedua gadis itu menghampirinya dan menyuruh Lin Chen membungkuk dan keduanya mencium pipi Lin Chen secara bersamaan.

"Kalau begitu aku pergi!" kata Lin Chen setelah mendapat kecupan dari kedua istri yang belum dia nikahi itu.

Melihat kepergian Lin Chen, wajah kedua gadis itu menunjukkan ekspresi tidak rela.

"Cucu, menantu biarkan sopir yang mengantarmu pulang! Mana boleh tidak diantar pada waktu selarut ini!" kata Baitian.

...

Di panti asuhan!

Shin Yin mondar mandir didepan gerbang panti sambil sesekali melihat kejalan sambil mengepalkan tangannya dengan cemas.

Hari ini, ada orang yang mengaku sebagai utusan dari tuan muda mereka.

Setelah berbincang dan mendapat penjelasan dari para utusan itu, dia baru mengetahui bahwa, Tuan Muda yang dimaksud adalah Lin Chen yang menikahi nona muda mereka.

Yang mengejutkannya adalah, bukan hanya satu nona muda yang akan dinikahi Lin Chen, tapi dua nona muda sekaligus.

Pertama kali mendengar itu, hati Shin Yin terasa sakit seperti ditusuk ribuan jarum.

Dia pun berpikir, hanya dalam waktu setengah hari, dia sudah di tigakan.

Shin Yin merasa sedih, sakit hati dan merasa kurang percaya diri. Bagaimana mungkin dia bisa bersaing dengan nona muda dari keluarga kaya raya.

"Cucu menantu, sudahlah, kamu masuk kedalam rumah, nanti masuk angin." kata kakek Huang berjalan menghampiri Shin Yin.

"Tidak apa-apa kakek, aku akan menunggu sebentar lagi!" kata Shin Yin dengan ekspresi sedih.

"Cucu menantu, benar apa kata kakekmu. Bukankah besok kamu akan sekolah? Kamu tenang saja, nanti nenek akan memberi pelajaran padanya dan meminta penjelasan darinya!" kata Nenek Luan.

Beberapa saat kemudian, sebuah seruan mesin mobil berhenti didepan gerbang panti. Lin Chen membuka pintu dan turun dari mobil itu.

Melihat Lin Chen datang, Shin Yin langsung melemparnya dengan batu. Lin Chen terkejut dan langsung menghindar lemparan yang hampir mengenai kepalanya itu

[Tampaknya, istri pertamamu marah. Cepat peluk dia, mungkin saja itu perasaan murni ] kata Dewi dalam benak Lin Chen.

"Dewi, kamu jangan bercanda." protes Lin Chen.

[ Bodoh! Apa salahnya? ]

"Baiklah, sesuai permintaanmu!" Lin Chen pun tidak menghindar lagi dan melangka maju sambil menutup wajahnya.

Beberapa batu itupun mengenai tubuh Lin Chen. Shin Yin tidak berhenti dan tidak ada yang mau menghentikannya.

Kakek Huang dan nenek Luan seolah tidak melihatnya. Mereka bergumam, "rasakan itu!"

Setelah jarak keduanya sangat dekat, Lin Chen pun langsung memeluk gadis kecil itu.

Shin Yin pun meronta dan memukul tubuh Lin Chen dengan batu yang tersisa ditangannya.

Lin Chen memeluk lebih erat gadis itu berharap ada perasaan murni, namun Dewi tidak memberi respon sedikitpun.

"Suamiku, kamu menyakiti hatiku!" teriak Shin Yin pelan ditelinga Lin Chen.

Lin Chen pun melepaskan pelukannya.

Shin Yin mendengus kesal kemudian mengangkat kakinya lalu menginjak kaki Lin Chen dengan keras kemudian berbalik sambil mengusap air matanya dan masuk kedalam rumah.

"Kamu selesaikan sendiri, bagaimana bisa kamu mengambil istri diluar. Sedangkan dirumah, ada istri yang menunggumu pulang!" kata kakek dan nenek Lin Chen sambil memukul pelan tongkatnya di kepala Lin Chen.

[Haha ... Bodoh! Kamu seperti Pecundang dipukuli istri setelah ketahuan selingkuh!] Dewi Lin Hua terkekeh.

Terpopuler

Comments

HF arifa

HF arifa

😂😂😂 lanjuttt kak

2024-06-06

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!