Ketika sang ketua semakin dekat, dia tercengang dan matanya terbelalak tidak percaya dengan apa yang dia lihat dan dia kemudian menarik kembali auranya.
"Hah? tanpa kultivasi? Apa sebenarnya yang terjadi tadi?" setelah mendekat, ketua gangster itu tidak merasakan ada sedikit riak energi dari dalam tubuh Lin Chen.
Setelah ketua gangster itu menarik kembali auranya, dengan nafas lega, Lin Chen mulai berdiri dengan stabil.
Ini tidak mungkin ...
"Hai anak kecil, aku bertanya padamu, siapa yang membuat anak buahku terkapar ditanah?" tanya sang ketua.
Lin Chen terlalu malas untuk menjawab, dia hanya menunjuk kearah liontin di lehernya.
Tapi yang di pahami oleh ketua itu adalah, Lin Chen menunjuk dirinya sendiri.
"Anak muda, jangan mempermainkan aku. Karena aku tahu kamu bukan seorang kultivator. Bahkan sedikitpun, kamu tidak memiliki inti energi." ujar ketua gangster itu.
"Kalau tidak percaya, ya sudah! Kamu boleh mencobanya.
"Baiklah!"
"Sesuai keinginanmu! Tapi, jangan salahkan aku, jika aku mengirim kamu keneraka." Ketua gangster itu melakukan gerakan sederhana, seketika tubuhnya diselimuti oleh cahaya biru yang samar.
[Provokasi yang bagus! Bodoh, bersiaplah untuk menerima satu pukulan saja. Tubuhmu akan terluka!"] kata sang Dewi.
Lin Chen pun bersiap dengan mengepalkan tinjunya.
[Loncat ke belakang]
Brak!
Seketika, kaki orang itu menghantam tanah tempat Lin Chen berdiri sebelumnya. Ada jejak kaki berbentuk cekungan disana.
[Lompat ke kiri]
Wush!
Kekuatan angin menerpa wajah Lin Chen hingga pipinya merasa perih.
[Lompat ke kanan]
Wush!
Kini pipi sebelah Lin Chen terluka. Terlihat jelas kedua sayatan kecil tergores di kedua pipi Lin Chen hingga mengeluarkan darah.
[Bodoh! Melompat lah menjauh dari orang itu, sudah kuduga, fisikmu masih belum cukup kuat untuk menghadapi kekuatan energi orang itu]
"Oh, ternyata refleks dan fisikmu cukup bagus. karena kamu mampu menghindari semua seranganku. Tapi, kali ini aku tidak akan segan lagi." kata Bos gangster itu
[Konsentrasi penuh! Aku akan mentransfer sedikit energi ke inti energimu]
Seketika Tubuhnya merasa hangat dan penuh dengan energi yang menjalar ke setiap pori-porinya.
"Eh, apa ini Dewi, mengapa aku merasa seperti dipeluk oleh seorang gadis?"
[Jangan bicara omong kosong. Aku akan mengambil sedikit kesadaran dan reflek, kamu konsentrasi. Lagi pula apa kamu pernah memeluk gadis?]
"Belum, tapi semalam aku bermimpi dipeluk gadis cantik bergaun merah muda."
[Diam! Kalau kamu memikirkan yang tidak-tidak, aku akan membuat adik kecilmu mengecil!] kata Dewi tersipu untungnya, tidak ada yang melihat ekspresi sang Dewi.
Beberapa saat kemudian, Lin Chen merasa, rasa perih luka yang ada dipipinya mulai memudar.
"Bersiaplah anak muda, aku akan mengunakan seluruh kekuatanku!" kata ketua gangster itu sambil menyerbu kearah Lin Chen.
Lin Chen menatapnya tanpa ekspresi.
Sesaat kemudian, kedua tinju itu beradu ...
Bum!
Tubuh ketua gangster itu terpental kebelakang
"Ketua ..." teriak keempat bawahan kepercayaan sang ketua gangster dan mencoba menahan punggung ketuanya agar berhenti.
Setelah berhenti, kelima orang itu ikut terhempas, dan langsung memuntahkan seteguk darah segar dari mulut mereka.
Kelima orang itu langsung terkapar dengan wajah pucat dan terengah-engah menahan rasa sakit.
Lin Chen perlahan berjalan menghampiri mereka. dengan ekspresi ketakutan, mereka merangkak mundur dengan bantuan tangan.
Di mata mereka saat ini, Lin Chen adalah sosok yang agung. terlihat energi spiritual mengelilingi tubuh Lin Chen dan membentuk sebuah kain transparan.
Ditengah dahi Lin Chen, terdapat tanda merah muda berbentuk awan.
"Ja ... Jangan mendekat!" teriak sang ketua.
"Sebenarnya, aku tidak ingin menambah dosa dengan membunuh lagi. Tapi aku akan dengan senang hati jika membunuh laki-laki yang brengsek dan keji seperti kalian." kata Lin Chen yang masih tanpa ekspresi. Matanya terlihat kosong menatap kearah mereka.
"Tetua, tolong ampuni nyawa kami. Kami berjanji akan melakukan hal yang baik dimasa depan!"
"Baiklah! jika kalian mengingkari janji, aku pasti akan menghabisi kalian tanpa ampun!" ancam Lin Chen.
"Kami tidak berani!"
"Baiklah! Duduk bersila dan ulurkan tangan kalian aku akan menyembuhkan luka dalam kalian!"
Merekapun duduk bersila membentuk sebuah lingkaran. Lin Chen kemudian menyentuh kepala sang ketua gangster dan menyalurkan tenaga dalam.
Seketika, wajah sang ketua dan bawahannya perlahan-lahan menjadi cerah.
"Sudah selesai! sekarang kumpulkan anak buahmu yang terluka parah!" kata Lin Chen.
"Ini ... Terimakasih Tetua, terimakasih banyak!" kata ketua geng sambil bersujud menyembah.
"Cepat! jangan banyak bicara omong kosong. Aku tidak punya waktu untuk berbasa-basi.
Karena Dewi Lin Hua tahu, dalam mode seperti ini, tubuh Lin Chen mungkin akan hancur. Karena tubuh fana Lin Chen, belum mampu sepenuhnya menahan kekuatan esensi Dewa miliknya.
"Baik!"
Sang ketua kemudian mengumpulkan semua anggota Gengnya yang terluka lalu mengandeng tangan mereka.
Tak berselang lama, satu persatu para anggota gangster itu kembali sadar satu persatu.
"Aku tidak ingin menyembuhkan sisanya. Itu adalah hukuman atas perilaku dan kelancangan mereka."
"Terimakasih Tetua! ketua geng itu tak henti-hentinya mengucapkan terimakasih.
Tak lama kemudian, Lin Chen kembali mengambil alih tubuhnya. Saat dia tersadar, terlihat ada begitu banyak orang yang bersujud kearahnya. Sedangkan Dewi mulai kehilangan kesadarannya.
"Hei, apa yang kalian lakukan, kenapa kalian belum pergi?" kata Lin Chen dengan heran.
"Baiklah! kamu akan pergi Tetua!" semua anggota Geng Black Tiger pun pergi.
Saat semua anggota gangster itu pergi, pintu rumah kontrakan terbuka. Seorang gadis remaja, berlari dan memeluk Lin Chen.
"Terimakasih, kakak Chen. Terimakasih banyak! Hu hu hu ..."
[Wah, gadis ini cukup menarik, memiliki begitu banyak perasaan murni. Aku kira, aku akan pingsan setelah mengeluarkan begitu banyak kekuatan.] kata Dewi Lin Hua dalam benak Lin Chen.
"Eh ... Sama-sama." kata Lin Chen yang masih bingung harus bereaksi seperti apa.
"Terimakasih Nak! Paman dan bibi tidak tahu harus memberikan apa sebagai ungkapan terimakasih!" ujar wanita paru baya itu.
"Jangan dipikirkan bibi, sebagai umat manusia, sudah selayaknya kita saling membantu!"
Tiba-tiba ayah Shin Yin berkata, "Bagaimana jika kelak kalian akan menikah?"
Mendengar itu, Lin Chen membeku namun dia masih memeluk Shin Yin, kemudian dia berkata, "Eh ... Maaf!"
"Bukannya aku tidak mau, tapi Shin Yin masih kecil dan aku menganggapnya sebagai teman!" kata Lin Chen sambil tersenyum.
Mendengar itu wajah Shin Yin tampak kecewa dan sedih.
Melihat ekspresi sedih Shin Yin, Lin Chen merasa tidak tega, kemudian dia membelai rambut Shin Yin dan menghiburnya, "Tunggu kamu sampai dewasa."
"Benarkah? Aku akan segera dewasa!" kata Shin Yin sambil kembali memeluk Lin Chen dengan erat.
Memangnya usia bisa ditambah dalam waktu satu hari? Lin Chen tidak habis pikir, mengapa Shin Yin mengatakan seperti itu.
[Lindungi gadis kecil itu, dia memiliki banyak perasaan murni. dengan adanya dia di sisimu, kita akan menjadi lebih kuat dengan cepat] seru sang Dewi dalam benaknya.
"Baiklah! Setelah ini, apa yang akan paman dan bibi lakukan? Tidak akan ada lagi preman yang akan menganggu kalian lagi." tanya Lin Chen.
"Itulah yang sedang kami pikirkan. Kami sudah tidak memiliki modal lagi, dan rumah ini sudah tidak bisa lagi kami tempati karena sudah menunggak uang sewa."
"Shin Yin, apa ada kertas dan pulpen?" tanya Lin Chen tiba-tiba.
Dengan segera Shin Yin mengambil kertas dan pulpen dari dalam tas sekolahnya lalu menyerahkannya kepada Lin Chen kemudian kembali memeluknya. Seolah-olah, Lin Chen adalah miliknya.
Lin Chen mengambil kertas itu dan menulis alamat panti asuhannya lalu menyerahkan pada pria paru baya itu.
"Paman, bibi, pergilah ke alamat ini dan katakan bahwa Lin Chen yang mengirim kalian kesana!" kata dengan lembut.
"Terimakasih anak muda, kami tidak tahu harus berterimakasih dengan cara apa!" kata sang paman.
"Sudahlah paman, kelak kita akan menjadi keluarga." kata Lin Chen.
"Terimakasih menantu ..." kata bibi itu.
Hah ... Kok Malah menantu, aku pikir, setelah tinggal dipanti asuhan, otomatis akan menjadi keluarga. kenapa bisa larinya ke menantu?
Ah ... Sudahlah. jangan dipikirkan.
"Shin Yin, kamu pergilah dulu bersama paman dan bibi. Aku masih ada urusan." kata Lin Chen dengan lembut yang membuat Shin Yin tidak ingin melepaskan pelukannya.
Dia pun berkata, "Aku tidak mau, aku mau ikut sama kak Lin Chen saja." Shin Yin merengek seperti anak kecil sambil mengencangkan pelukannya.
Lin Chen tidak bisa berkata-kata, "Shin Yin, kalau kamu ikut, bagaimana jika bertemu dengan para preman lagi?" katanya sambil mengelus kepala gadis kecil itu yang tidak ingin melepaskan pelukannya.
"Baiklah! Ingat ... Istrimu selalu menunggumu dirumah." jawab Shin Yin.
Mendengar itu, bibir Lin Chen berkedut. Apakah semua wanita jaman sekarang begitu cepat dewasa sebelum waktunya?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Max Dillon
hilang terus minat nak baca bila tau mc bodoh dan naif....dah pukul gangster lalu ubati lagi, tidak kah itu bodoh namanya 🤣🤣👎👎👎👎👎
2025-01-05
0
Imam Sutoto Suro
mantap gan lanjut
2024-10-02
0
Jimmy Avolution
ayo thor
2024-06-15
0