Episode 19. Pasrah Dilla

Nabila langsung membuka matanya.

"Air." pertama kali yang di ucap Nabila ketika dia sadar dari pingsannya.

"Kamu sudah sadar? Baiklah akan aku ambilkan."Sinta langsung menuangkan air di dalam jak kedalam gelas, lalu di suguhkan untuk Nabila yang sudah di bantu bangun oleh yang punya rumah.

Sedangkan di sisi lain yaitu di dalam hutan belantara, Dilla yang sudah kenyang Karena memakan pisang tadi, dia terus berjalan membawa langkahnya mencari jalan agar dia bisa secepatnya keluar dari hutan itu.

Hari sudah semakin gelap, apa lagi di dalam hutan jam segini sudah nampak seperti sudah malam. Dengan perasaan sedih, takut dan khawatir Dilla melihat sana-sini berharap menemukan jalan yang bisa membawanya keluar.

Namun semua itu hanya ilusinya saja, hingga saat ini sepertinya hutan itu tidak memiliki jalan keluar. Dilla kembali di Landa rasa penyesalan. Dia terus berandai-andai.

"Andai saja aku tidak serakah, dan tidak merebut Kevin dari Nabila. Andai saja aku tidak tergoda oleh Kevin pasti aku tidak akan seperti ini." gumam Dilla dengan penyesalannya.

Dilla menghembuskan nafas kasar sepertinya dia sudah pasrah dengan keadaannya sekarang. Dilla sadar semua yang sudah terjadi tidak dapat di ulangnya lagi.

Dilla duduk di akar pohon besar untuk istirahat, dia juga berniat untuk berteduh di bawah pohon itu malam ini. Dilla juga melihat ke atas pohon itu untuk memastikan tidak ada mata merah seperti semalam.

Dilla tidak perasaan kalau pohon besar yang dia berteduh sekarang adalah pohon dekat dengan jalan semalam dia lalui dengan Kevin dan juga Dinda. Jalan untuk menuju kampung padahal sudah dekat hanya berjarak sekitar dua puluh meter lagi.

Di saat dia dan Kevin di ajak oleh hantu Dinda padahal mereka juga berjalan melalui pohon itu, mungkin saja Dilla semalam tidak melihat pohon itu.

Di kampung, Pak RT sudah menghubungi polisi dan juga Sar, dia melaporkan tentang mayat di jurang yang masyarakatnya lihat.

Bukan hanya Pak RT yang sibuk dengan ponselnya, Marvin juga menghubungi Reno yaitu Ayah dari Kevin.

" Halo Om." sapa Marvin saat Reno sudah menjawab telpon dari nya. "Ya Marvin, ada apa kamu menelpon om?" tanya Reno dingin.

Marvin tidak tau harus memberi tahu Reno bagai mana, dia juga takut kalau Reno marah dan mengomelinya. Walaupun Marvin tau kalau ini semua bukan salahnya.

Pak RT yang melihat Marvin diam terpaku seakan lidahnya keluar untuk berbicara Pak RT langsung mendekat dan mengambil alih ponsel Marvin yang masih Marvin lekatkan di telinganya.

"Halo Marvin, kamu masih di sana, ada apa menelpon om?" tanya Reno di seberang telpon karena Marvin tidak membuka suara lagi.

"Ya halo, apa benar ini orang tua Kevin?" tanya Pak RT memastikan kalau yang di telpon oleh Marvin adalah orang tuanya Kevin.

"Ya saya Reno Papanya Kevin,ada apa dan ini siapa?" tanya Reno lagi.

"Saya RT di kampung tempat Kevin dan teman-teman nya kemping." Pak RT memberi tahu pad Reno kalau dia RT di kampung ini.

"Ya Pak RT, ada apa?" tanya Reno mulai merasakan ada yang tidak beres dengan putri nya itu.

"Saya mau memberitahu Pak Reno kalau putra anda hilang tadi malam, dan warga saya menemukan mayat di jurang, tapi saya tidak tau pasti kalau itu adalah." Pak RT tidak melanjutkan kata-katanya lagi.

Pak RT takut kalau Reno tersinggung makanya dia tidak meneruskan kata-kata nya.

Namun Reno sudah bisa mengerti apa yang hendak di di bicarakan Pak RT.

Reno merasa terenyuh mendengar kalau Putra nya meninggal meski Pak RT belum jelas mengatakan nya tadi. Hubungan Kevin dengan Reno memang tidak baik.

Reno kesal dan marah dengan Kevin karena selalu melarangnya membawa wanita jalang ke rumah. Namun biar bagai manapun dia tetap harus ke kampung dimana Kevin saat ini berada.

"Iya Pak, kami akan segera kesan." Reno langsung memutuskan sambungan telponnya, Reno segera menghubungi Dedi dan Doni untuk menemaninya menemui Anaknya yang mungkin sudah menjadi mayat.

Tidak butuh waktu lama Dedy dan Doni sudah sampai di kediaman Reno, ketiganya langsung berkemas dan masuk ke mobil dan melesat ke kampung dimana mereka sudah menodai dan membunuh seorang wanita cantik.

Polisi dan team Sar sudah berada di halaman rumah Pak RT saat ini. Pak RT langsung menjabat tangan dan menceritakan apa yang warga nya katakan padanya, Pak RT juga memanggil kedua orang itu untuk menceritakan apa yang sudah mereka lihat.

Kemudian kedua orang itu langsung menceritakan kepada polisi dan Sar sesuai apa yang sudah dia lihat tadi sore.

Polisi dan Sar langsung bersiap, dia juga meminta ke dua orang itu untuk menunjukkan tempat. Pak RT, dan beberapa warga setia mengikuti, Marvin dan semua temannya juga mengikuti polisi dan Sar.

Walau malam sudah sangat gelap namun tidak menurun semangat polisi dan Sar untuk masyarakat nya.

Di hutan Dilla sedang tertidur di himpitan akar pohon itu, mungkin karena capek tadi siang makanya Dilla sangat cepat terlelap. Di hutan sudah sangat gelap apa lagi tidak ada cahaya bulan sedikitpun.

Tidak lama kemudian Dilla terbangun dari tidurnya karena suara gonggongan serigala di hutan. Dilla menjadi ketakutan namun apa boleh buat, mau tidak mau di pun pasrah.

"Ya Allah ampuni hamba mu ini yang sudah khilaf dan tidak di jalan Mu, hamba janji jika hamba selamat dan keluar dari sini hamba akan selalu mendekatkan diri pada Mu.hamba akan menjadi orang baik." gumam Dilla dengan bibir yang bergetar dan tubuh yang gemetar.

sementara di kampung semuanya sudah berjalan menyusuri jalan menuju hutan dimana dia orang warga melihat mayat kevin. Mobil polisi dan juga ambulance serta team Sar berjalan di depan.

Sedangkan Pak RT dan beberapa warga berjalan di belakang dengan berjalan kaki, begitu juga dengan Marvin dan teman-teman nya.

Di saat melewati rumah Dinda, Nabila melihat Dinda berdiri di depan rumah itu sedang melambaikan tangan kepadanya. Nabila menunduk takut, setelah dia tau kalau Dinda itu bukanlah lagi manusia dia menjadi takut saat melihat sosok Dinda.

Nabila terus berjalan bersama teman-teman nya, namun matanya sesekali melirik Dinda yang masih melambaikan tangan padanya. Nabila menyenggol Sinta yang berjalan di sampingnya.

"Sin, apa kamu lihat Mbak Dinda di sana, tunjuk Nabila dengan mulutnya. Sinta pun menoleh melihat kemana mulut Nabila mengarah. Namun Sinta tidak melihat sosok yang di tunjuk oleh Nabila.

"Mana," tanya Sinta yang tidak melihat siapa-siapa. Nabila heran kenapa Sinta tidak melihat sedangkan jelas kalau Dinda berdiri di depan rumahnya.

Terpopuler

Comments

Eny Hidayati

Eny Hidayati

dila tobat..

2025-01-02

1

Zuhril Witanto

Zuhril Witanto

pembunuh nya dah datang

2024-12-30

1

💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕

💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕

𝒑𝒆𝒏𝒋𝒂𝒉𝒂𝒕 𝒚𝒈 𝒃𝒖𝒏𝒖𝒉 𝑫𝒊𝒏𝒅𝒂 𝒅𝒂𝒕𝒂𝒏𝒈 𝒏𝒊𝒉

2024-10-10

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!