Dilla yang perutnya sudah keroncongan karena menahan lapar sejak dari semalam dia langsung bergegas menghampiri pohon pisang tersebut.
Sampai di bawah pohon pisang itu Dilla mendongak menatap buah pisang yang sudah matang itu. Air liur Dilla sudah mulai jatuh, perutnya juga semakin keroncongan, namun Dilla tidak bisa mengambil pisang itu karena pohon nya lebih tinggi dari dirinya.
Dilla bolak balik di bawah pohon pisang tersebut sembari memikirkan cara agar pisang yang sangat di inginkan nya itu dapat dia raih.
Lama berpikir namun Dilla tidak menemukan cara, akhirnya Dilla mencoba mendorong pohon pisang yang membuatnya sangat tergiur.
Tidak lama kemudian pohon pisang itupun tumbang ke tanah, Dilla yang melihat itu sungguh takjub dengan, dia langsung mengambil pisang itu dan segera memakannya.
Di sebuah restoran yang tidak terlalu mewah namun pelanggannya sangat begitu banyak. Pelanggan sangat nyaman menyantap makanan nya di restoran itu.
Selain makanannya enak namun pelayanan juga sangat ramah, apalagi pemilik restoran itu sangat rendah hati dan dermawan, setiap Anak yatim dan juga pengemis selalu di kasih makanan oleh pemilik restoran tersebut.
Di depan restoran nampak seorang wanita cantik sedang berjalan anggun memasuki restoran tersebut.
"Mbak, mas Ardi nya ada?" tanya gadis itu pada seorang pelayan di restoran itu.
"Ada Mbak, Pak Ardi sedang berada di ruang kerjanya." pelayan itu memberi tahu pada gadis cantik itu yang tidak lain adalah Andini.
Setelah di beri tahu oleh pelayan, Andini segera berjalan memasuki ruang kerja Ardi yang tidak lama lagi akan menjadi suaminya bukan lagi Kakak iparnya.
"Assalamualaikum." Andini memberi salam sembari tangannya mengetuk pintu ruangan itu. "Masuk." Jawab Ardi dari dalam yang sedang memeriksa pengeluaran dan pemasukan dari restoran istrinya yang sekarang sudah menjadi miliknya.
Mendapat perintah Andini langsung masuk kedalam ruangan itu ya dan langsung duduk di sofa. "Mas, ini aku bawakan makan siang, pasti mas belum makan iya kan?" ucap Andini lembut dan perhatian.
Ardi menghentikan kegiatannya, dia memandang Andini dengan lekat.
"Andini cantik, lembut, perhatian persis seperti Dinda, apakah aku harus membuka hati ku untuk nya?" gumam Ardi dalam hati diri sendiri.
Andini yang melihat Ardi sedang menatapnya begitu lekat dan seperti sedang melamun, Andini langsung membuyarkan lamunan Kakak iparnya itu dan beberapa hari lagi akan menjadi suaminya.
"Mas, kenapa menatapku lekat-lekat?" tanya Andini pada Ardi yang sedang sibuk dengan pikiran nya.
"Eh, tidak, aku hanya melihat mu saja, Kamu cantik dan anggun." puji Ardi menggoda adik iparnya yang sama halnya sebentar lagi akan menjadi istrinya.
Andini yang mendapat pujian dari Ardi kedua pipinya langsung bersemu merah, bagai mana tidak Andini sudah sangat lama menyukai Ardi bahkan di saat dirinya masih SMA.
Namun sayangnya Andini harus menyerah demi Kakaknya karena waktu itu dia pun masih kecil, masih di bawah umur. Sekarang ini Kakaknya telah tiada mana mungkin dia akan melepaskan Ardi untuk perempuan lain.
Andini bahkan rela turun ranjang demi lelaki yang sudah lama menjadi tambatan hatinya.
Andini bukannya senang dan berharap Kakaknya meninggal, Andini bukan gadis seperti itu, Andini sangat menyayangi Kakaknya tapi apa dayanya Kakak nya Dinda udah di panggil terlebih dahulu oleh sang Maha pencipta.
"Mas makan dulu, ini sudah telat!" Andi dengan malu-malu menyuruh Ardi untuk makan siang agar topik pembicaraannya teralih.
Ardi mengangguk dan langsung melahap makanan yang di bawa oleh calon istrinya itu. Tidak lama kemudian Ardi sudah selesai makan, kini keduanya sedang mengobrol ringan.
Di sela obrolan yang lagi asyik terdengar suara ketukan pintu dan itu membuat keduanya terdiam.
"Masuk!'' titah Ardi pada orang yang mengetuk pintu ruangannya.
Pintu terbuka, tampak lah sepasang paruh baya di depan pintu itu, Sepasang paruh baya itu yang tidak lain adalah Pak Bima dan Mama Lisa langsung berjalan dan duduk di sisi kanan Andini.
"Dini, kenapa kamu kesini, kalian tidak berbuat yang aneh-aneh 'kan?" tanya Mama Lisa bercanda setelah dia duduk di samping Putri bungsunya itu.
Mama Lisa tau kalau putri dan menantunya itu tidak akan berbuat hal-hal yang bertentangan dengan agama, namun Mama Lisa sengaja menggoda kedua Anaknya.
"Apaan sih Ma, aku hanya mengantar makan siang untuk mas Ardi, Mama pikir aku gadis apaan?" bantah Andini memanyunkan mulutnya kesal pada Mamanya.
"Iya iya, Mama bercanda kok, Mama tau kalau putra putri Mama kuat imannya." Mama Lisa tau kalau Andini dan Ardi Anak yang baik dan kuat iman.
"Sudah,sudah, jangan ribut lagi!" titah Pak Bima pada Anak dan istrinya.
"Papa sama Mama ada apa kesini?" tanya Ardi setelah Mama Lisa dan Andini diam. Ardi tau kalau Papa mertuanya kesini pasti ada yang ingin di bicarakan.
"Begini Nak, pernikahan mu dengan Dini hanya satu Minggu lagi, jadi akan lebih baik sebelum pernikahan kalian kita ke makam Dinda, biar bagaimanapun kita harus minta izin padanya." Usul Pak Bima.
Ardi tersenyum mendengar usul Pak Bima, jujur dia juga ada niat ingin berziarah ke makam Dinda dalam Minggu ini, namun kini dia sangat senang karena Papa dan Mama mertuanya juga mu ziarah kesana.
"Iya Pa, itu akan lebih baik, tapi kapan kita kesana?" tanya Ardi lagi, Ardi sudah tidak sabar ingin menziarahi makam istrinya itu, namun pekerjaan membuatnya terus mengulur waktu.
"Kita berangkat tiga hari lagi, tiga hari lagi Papa sudah tidak sibuk, dan kamu suruh Rendi mengelola restoran untuk sementara!" Pak Bima mengusulkan pada menantunya itu.
"Iya Pa, itu sudah pasti." jawab Ardi.
Rendi adalah salah satu karyawan yang jujur dan amanah, sebelum Ardi kembali ke sini Rendi lah yang mengurus restoran ini.
"Oke, kalau begitu Papa sama Mama pamit." Pak Bima dengan istrinya langsung melangkah keluar dari ruangan itu dan menyisakan Ardi dan Andini aja berdua saat ini.
Tidak lama setelah Pak Bima dan Mama Lisa pergi, Andini juga pamit, dia ingin melanjutkan aktivitas nya di butik miliknya.
Detik demi detik, waktu terus berjalan dan jam juga sudah berganti, hari sudah mulai sore, semua yang tadi sibuk dengan pekerjaannya kini sudah kembali ke rumah masing-masing.
Namun di kampung yang letak di kaki gunung, sekumpulan orang masih sibuk dengan pencarian. Sekumpulan orang itu hanya istirahat sebentar saja tadi siang selesai makan.
Makan siang di pesan oleh Pak RT dan di antar ketempat mereka istirahat. Hari semakin sore namun belum ada tanda-tanda Kevin dan Dilla berada.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒌𝒂𝒑𝒂𝒏 𝒐𝒓𝒂𝒏𝒈" 𝒚𝒈 𝒅𝒂𝒉 𝒃𝒖𝒏𝒖𝒉 𝑫𝒊𝒏𝒅𝒂 𝒎𝒂𝒕𝒊 𝒏𝒈𝒆𝒏𝒆𝒔 🤔🤔😤😤
2024-10-10
1