Joni terdiam, otaknya berputar memikirkan pertanyaan Bimo. Joni membenarkan apa yang di katakan Bimo.
"Apa di rumah ini ada hantu?" tanya Joni dalam hatinya.
Kalaupun benar di rumah ini ada hantu, namun dia tidak akan memberitahu Bimo, Joni tidak mau membuat Bimo ketakutan. Kalau Bimo menjadi takut yang ada misi mereka untuk mendapatkan barang berharga di rumah ini akan gagal, Joni tidak mau itu.
Joni menyibak selimut keduanya, mereka segera turun dari ranjang itu untuk melanjutkan aksinya.
"Hei, kita harus cepat menemukan barang-barang berharga di sini sebelum subuh tiba!" titah Joni pada Bimo yang memegang pundaknya di belakang.
Bimo sudah tidak mau jauh-jauh dari Joni, dia sungguh ketakutan dengan kejadian tadi. Joni mendekati lemari tiga pintu itu, siapa tau di sana ada barang berharga yang dapat menjadikan duit untuk mereka.
Dengan penerangan lampu di ponselnya Joni sampai pada lemari itu.
"Aku akan membuka lemari ini, kamu pegang ponselku, dan arahkan lampu kesini!" titah Joni pada Bimo di belakangnya.
Joni memutar kunci lemari di depannya dengan penerangan lampu ponsel yang di arahkan oleh Bimo, setelah terbuka Joni mengobrak abrik lemari itu namun tidak ada apapun yang dia dapatkan.
Di lemari itu hanya ada pakaian wanita yaitu pakaian Dinda semasa masih hidup. Kemudian Joni membuka pintu lemari satu lagi. Yang di dalam nya terdapat gaun yang menggantung di henge.
Mata Joni melotot tangan dan tubuhnya gemetar karena melihat sosok perempuan dengan pakaian yang sudah berlumuran darah sedang melotot ke arahnya.
"Han Han hantu." teriak Joni dan Bimo bersamaan, keduanya langsung berlari keluar dari kamar itu dengan ketakutan dan tubuh gemetar.
Perempuan itu tertawa sekeras kerasnya.
"Hihihi hihihi." tawa itu sungguh membuat Joni dan Bimo semakin ketakutan, keduanya mempercepat larinya menuju pintu utama.
Sampai di pintu utama keduanya mencoba membuka pintu itu dengan buru-buru, tapi pintu itu tidak bisa terbuka.
"Ayo cepat ke pintu belakang!" titah Joni berlari ke pintu belakang di ikuti oleh Bimo yang semakin ketakutan. Tiba di dapur langkah mereka terhenti tiba-tiba di saat mata keduanya melihat sosok perempuan cantik yang duduk di kursi meja makan.
Bimo yang berlari tanpa melihat ke sana ke sini, tanpa sengaja menabrak punggung Joni yang berhenti tiba-tiba Karena melihat sosok cantik yang duduk di meja makan.
Kejadian itu membuat tubuh Joni tergeletak di lantai yaitu tepat di depan kaki perempuan yang duduk di kursi meja makan. Bimo berjalan pelan merangkul Joni untuk bangun.
Joni menepis tangan Bimo yang ingin membantunya untuk bangun, tapi Joni menepis tangan Bimo, dia tidak mau bangun karena asik menikmati betis perempuan itu yang mulus dan putih bersih.
Mulut Joni menganga, matanya melotot seperti ingin keluar dari tempatnya. air liur Joni sudah meleleh tanpa di sadari olehnya.
Pandangan di depannya sungguh sangat menggiurkan, nikmat Tuhan yang mana lagi yang harus di dustai.
"Berisik, diam dodol!" titah Joni pada Bimo yang masih mencoba membantunya untuk bangun.
Perempuan yang duduk di kursi itu yang tidak lain tidak bukan adalah Adinda. dia tidak peduli dengan kedua orang itu yang terus menikmati kecantikannya.
Akhirnya Joni bangkit dari tergelatak nya setelah puas melihat betis Dinda.
"Hei lihatlah, dia sungguh sangat cantik dan mulus!" bisik Joni pada Bimo.Namun Bimo tidak berani menatap wanita itu, jujur Bimo masih sangat takut.
Bimo punya firasat lain, bulu kuduk nya merinding.
"Dia bukan manusia, dia itu hantu." Ujar Bimo pada temannya yang terus menikmati kecantikan Dinda.
"Hus, kamu jangan ngaco, mana ada perempuan secantik dia jadi hantu, ngawur kamu." Bantah Joni tidak percaya pad temannya.
Bimo menggeleng kepala melihat tingkah Joni yang mengagumi kecantikan perempuan di depannya sekarang. Sedangkan Bimo dia menjauh mencari pintu keluar, dia sudah siaga andai saja perempuan itu berubah seperti firasatnya.
Mana mungkin ada perempuan sendirian di rumah ini, sedangkan tadi rumah ini kosong. begitu pikirnya.
Bimo terus mundur menjauh dari dapur, dia mencari pintu untuk keluar, sedangkan Joni dia tersenyum manis dan mengulurkan tangannya ingin berkenalan.
"Hai, boleh kenalan?" tanya Joni mengulurkan tangannya. Dinda langsung menyambut uluran tangan Joni dengan senyum yang penuh arti.
Dapat Joni rasakan kelembutan tangan Dinda yang dingin bagai es batu itu. namun Joni tidak mengindahkan hal itu, hati Joni sedang senang, karena baru pertama kali ini dia melihat wanita secantik Dinda.
"Apa Mbak pemilik rumah ini?" tanya Joni mencoba berbasa-basi dengan Dinda.
Dinda mengangguk tanpa suara menjawab pertanyaan dari Joni.
Joni merapatkan tubuhnya di sisi Dinda yang masih duduk, Kamu tinggal sendiri di rumah ini?" tanya Joni lagi.
Lagi-lagi Dinda menganggukkan kepala tanpa bersuara. dan hal itu membuat Joni berfikir kalau Dinda bisu karena dari tadi tidak ada suara.
Kemudian Joni berbalik memanggil Bimo yang sudah berada di pintu depan hendak membuka pintu ingin keluar.
Bimo membalikkan badannya karena mendengar panggilan Joni. Mata Bimo membulat seperti ingin keluar, tubuhnya semakin gemetar, mulutnya bergerak-gerak tanpa suara.
Bimo ingin memberitahu Joni agar melihat kebelakang nya yang ada Dinda, tapi lidahnya sudah kelu tidak bisa bersuara.
Joni sempat geram karena Bimo tidak mendekat padanya, Bimo hanya berdiri di dekat pintu dengan tubuh yang semakin gemetar.
Joni melihat gelagat aneh temannya, dia merasa ada sesuatu yang ingin di sampaikan oleh temannya.
Akhirnya Joni membalik tubuhnya hendak melihat Dinda yang ada di belakangnya.
"Han...hantu." Teriak nya ketakutan setelah melihat Dinda.
Muka Dinda ternyata sudah berubah menjadi hancur, dan perubahan Dinda membuat Joni ketakutan.
Joni berlari dengan keterkejutannya ke arah Bimo yang juga sudah berbalik badan hendak membuka pintu.
Sialnya pintu itu tidak bisa di buka, mungkin karena ketakutan dan terburu-buru makanya pintu itu tidak bisa di buka.
"Hihihi, hihihi, hihihi, Dinda tertawa menakuti Joni dan Bimo, Dinda mendekati kedua lelaki itu bukan dengan berjalan kaki, tapi seperti tertiup angin.
Bimo dan Joni semakin ketakutan, karena Dinda semakin mendekat. Joni dan Bimo semakin mengguncangkan gagang pintu itu.
Bimo sudah tidak bisa menahan pipisnya, celananya sudah basah, begitu juga lantai sudah mengalir air yang turun dari celana Bimo.
"Tolong, tolong," Joni berteriak minta tolong dengan Suara yang berat, sedangkan Bimo sudah menangis memanggil kedua orang tuanya.
Saking takutnya Bimo sehingga ngompol di celana.
"Ibu, Bapak, tolong Anak mu ini, Bimo tidak mau mati, Bimo belum kawin." Di saat seperti ini Bimo masih ingat dengan kawin, dasar Bimo sialan.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments
Eny Hidayati
pencuri yang takut hantu ternyata...
2025-01-02
0
Zuhril Witanto
bener2 omes
2024-12-29
1
Zuhril Witanto
dasar
2024-12-29
1