Dengan tubuh yang gemetar dan ketakutan, Joni terus saja berusaha membuka pintu agar mereka secepatnya bisa keluar dari rumah yang sudah sangat menakutkan bagi keduanya.
Dinda terus saja tertawa dengan lantang dan berjalan pelan ke arah mereka untuk menakuti. Dengan usaha yang tidak putus asa walau dalam ke adaan yang sangat menakutkan, akhirnya Joni bisa keluar dari rumah itu.
Setelah pintu terbuka, keduanya segera berlari keluar dengan langkah yang lebar seakan telapak kaki keduanya tidak menyentuh tanah.
keduanya terus berlari tanpa melihat kebelakang sama sekali, Joni dan Bimo berlari tanpa menghiraukan sepeda motornya ketinggalan di rumah Dinda.
kedua lelaki itu berjanji sembari berlari kalau mereka tidak akan mencuri lagi, keduanya sangat kapok.
Adinda, menjadi hantu gentayangan yang ingin membalas dendam pada orang yang sudah membuatnya meninggal dan juga harus kehilangan Anak nya.
Adinda juga akan menakuti atau mengusik orang yang membuat kejahatan baik yang suka bermain perempuan atau pun mencuri. yang jahat akan dia cegah dengan caranya sendiri.
Adinda meninggal karena di perkosa, lalu di bunuh secara sadis dan brutal, Adinda menjadi hantu gentayangan, dia ingin mencari tiga orang yang sudah membuatnya meninggal dunia.
Andai saja tiga orang itu tidak melakukan semua itu padanya, pasti saat ini dia dan suaminya sudah bahagia bersama buah hatinya.
Namun Adinda pasrah ini sudah menjadi suratan takdir kalau hidup nya hanya sampai di sini.
Dinda tertawa menggema di dalam rumah nya, dengan menakut-nakuti Joni dan Bimo akhirnya kedua lelaki itu tidak jadi mencuri di rumahnya yang terlihat kosong.
Joni dan Bimo berlari sejauh mungkin agar tidak bertemu lagi dengan hantu Dinda. Bimo menghentikan langkah larinya, nafasnya sudah ngos-ngosan, dia sudah tidak kuat lagi berlari.
"Ayo cepat lari lagi!" suruh Joni pada Bimo yang sudah berhenti dan duduk di tengah jalan.
"Kamu lari aja, aku sudah tidak kuat!" jawab Bimo pasrah karena dia sudah tidak kuat lagi.
Melihat Bimo sudah duduk akhirnya Joni pun kembali menghampiri Bimo dan duduk di samping lelaki itu yang sudah beralih duduk di tepi jalan.
"Kayaknya kita sudah aman, aku tidak menyangka di rumah itu ada hantunya." ucap Joni, Bimo mengangguk setuju dengan ucapan Joni.
"Tapi hantu itu sangat cantik, siapa ya yang jadi hantu itu?" tanya Joni pada Bimo. Bimo menggeleng kepala karena dia juga tidak tau.
Joni dan Bimo tidak tau kalau rumah yang ada hantunya tadi adalah rumah Dinda dan Ardi. Joni dan Bimo bukan penduduk desa yang di tinggal Ardi dan Dinda. Ardi dan Dinda adalah orang desa sebelah, mereka ke desa ini karena berniat ingin mencuri saja.
"Tapi aku pernah dengar dari orang-orang di kampung kita kalau rumah tadi pernah terjadi peristiwa yang sangat mengerikan dan menyayat hati." Ungkap Bimo apa yang pernah dia dengar dari orang-orang kampungnya.
"Maksud nya gimana?" tanya Joni yang tidak mengerti dan tidak pernah mendengar berita mengerikan itu.
Bimo menarik nafasnya yang sudah agak tenang, kemudian Bimo menceritakan kejadian apa yang sudah dia dengar dari orang-orang di kampung nya.
Joni manggut-manggut tanda mengerti dengan cerita Bimo. Joni bergidik ngeri dengan cerita Bimo.
"Kenapa kamu tidak bilang dari dulu, kalau tau begini kita perlu mencuri di situ, untung kita bisa keluar, coba kalau tidak bisa keluar, pasti kita sudah mati di cekik oleh Hantu Mbak Dinda.." timpal Joni kesal dengan temannya itu karena tidak memberi tau dari awal.
Sementara di sisi lain, di kota ya itu di rumah orang tua Dinda. Ardi yang sudah rapi dengan pakaiannya sudah duduk meja makan. tidak lama kemudian kedua orang tua Dinda dan juga Andini berjalan menghampiri meja makan dan duduk di kursi yang sudah biasa mereka duduki.
Ke empat orang itu mengambil sarapan nya masing-masing yang telah di siapkan oleh Art rumah itu. Suasana di meja makan saat ini hening, hanya terdengar suara dentingan sendok dan garpu.
Setelah siap sarapan Andini dan Ardi hendak pergi bekerja yaitu ke restoran yang di kelolanya saat ini. Sedangkan Andini ingin ke butik nya. Namun langkah keduanya terhenti setelah mendengar suara dari Mama Lisa yang memanggilnya.
"Dini, Ardi, kemari nak, Papa ingin bicara!" kata Mama Lisa mengajak mereka keruang keluarga agar nyaman saat berbicara.
Ardi dan Andini saling bertatapan sesaat, kemudian keduanya melangkahkan kaki nya mengikuti langkah Mama Lisa. Sedangkan Pak Bima sudah duduk di sofa yang ada di ruang keluarga menunggu Ardi dan Andini.
Tidak lama kemudian Ardi dan Andini duduk di depan Pak Bima dan Mama Lisa dengan meja persegi yang menjadi penghalang keduanya.
" Bapak ingin bicara serius dengan kalian, terutama kamu Ardi." Pak Bima melihat ke Ardi yang agak bingung.
"Aku Pa?" tunjuk Ardi pada dirinya sendiri.
Andini yang duduk di samping Ardi hanya menyimak dan juga penasaran apa yang akan di bicarakan oleh Papanya.
"Iya," jawab Pak Bima yakin pada Ardi yang bertanya menunjuk ke dirinya.
"Papa dan Mama ingin kamu menikah lagi, ini sudah enam bulan lebih Dinda meninggal, jadi sudah sepantasnya kamu mencari penggantinya." Pak Bima belum membicarakan keinginan nya siapa yang harus di nikahi Ardi.
Mendengar Pak Bima menyuruh Ardi menikah Andini sangat terkejut, ada rasa khawatir yang melanda dirinya.
"Ini bahaya kalau Papa sudah menyuruh Kak Ardi menikah lagi, aku harus cepat-cepat beraksi, aku tidak mau Kak Ardi menikah dengan orang lain." Gumam Andini dalam hatinya, pikiran gadis itu sudah ketar-ketir.
Berbeda dengan Ardi, Ardi jelas menolak permintaan Papa mertuanya itu karena Ardi masih tidak bisa melupakan Dinda. Dinda adalah istri yang sangat di cintai nya. Dinda sungguh sempurna di mata Ardi kelakuan, kepribadiannya, Dinda juga tidak pernah mengeluh kepadanya. Dinda benar-benar istri idaman, namun sayang Dinda lebih cepat pergi meninggalkannya.
"Tidak Pa, aku belum memikirkan itu, Ardi tidak mau menyakiti Dinda, aku sangat mencintainya." Tangkas Ardi yang tidak mau Dinda kecewa.
"Dinda sudah tiada, dia sudah tidak bisa mendampingi mu jadi sudah saatnya kamu mencari pendamping yang akan mendampingi mu!" kali ini Mama Lisa yang buka suara.
"Tidak Ma, aku belum bisa melupakan istri ku." Tangkas Ardi lagi.
"Kamu menikah lagi bukan untuk melupakan Dinda, Dinda tetap ada dalam hati kita, Mama Papa juga merasakan hal yang sama seperti mu, tapi semua ini sudah suratan, kita yang masih hidup tetap harus melanjutkan kehidupan kita." Jelas Mama Lisa agar Ardi mau menikah lagi.
Ardi terdiam, entah apa yang ada di pikiran lelaki itu sekarang.
"Dinda pasti akan sedih dan tidak tenang melihat kamu selalu bersedih dan terpuruk, jika kamu mencintai Dinda menikahlah dengan adiknya Dinda pasti sangat bahagia!" Mama Lisa meneruskan.
Ardi mendongak menatap Mama mertuanya mencari keseriusan dalam mata wanita paruh baya itu, kemudian Ardi melirik ke Papa mertuanya, Pak Bima juga mengangguk.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments
Eny Hidayati
Ardi masih berkubang kesedihan...
2025-01-02
0
Zuhril Witanto
ternyata disuruh turun ranjang
2024-12-29
1
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒋𝒅 𝑨𝒓𝒅𝒊 𝒔𝒖𝒓𝒖𝒉 𝒅𝒊 𝒏𝒊𝒌𝒂𝒉 𝒔𝒂𝒎𝒂 𝑨𝒏𝒅𝒊𝒏𝒊 𝒂𝒅𝒊𝒌𝒏𝒚𝒂 𝑫𝒊𝒏𝒅𝒂 𝒘𝒆
2024-10-10
3