Seminggu sudah Ardi berada di kota yaitu di rumah mertuanya, hari-hari yang Ardi lalui semakin membaik, kini Ardi sudah berada di restoran yang sudah di warisi oleh mertuanya kepada Dinda.
Andini selalu bersikap ramah dan manis kepada mantan suami Kakaknya itu, Andini membawa makan siang untuk mantan Kakak iparnya itu.
Dua pemuda di desa yang dulu Ardi tinggal sedang mengawasi rumah Ardi setelah Bu Ani dan Pak Budi pulang. Pak Budi dan Bu Ani pulang setelah membersihkan rumah Ardi.
Sedangkan kedua pemuda itu tanpa di ketahui oleh Bu Ani dan Pak Budi sedang memantau rumah Ardi, entah apa niat kedua pemuda itu belum ada yang tau.
"Mas, ini aku bawa makan siang." ucap Dini pada Ardi di dalam ruangan yang menjadi tempat kerja dan tempat istirahat.
"Iya, letak di meja aja!" titah Ardi pada adik iparnya itu.
"Mas, ini sudah waktunya makan siang, jadi mas tinggalkan pekerjaan dulu!" ucap Andini sembari menyiapkan makanan yang di bawanya tadi.
Ardi menarik nafas kemudian menghembuskan nya pelan. Setelah itu Ardi bangkit dan mendekati meja tempat di mana Andini sudah menyiapkan makan siang untuknya.
"Apa kamu sudah makan dek?" tanya Ardi.
Andini hanya diam dia tidak tau harus menjawab apa.
Ardi yang peka dengan diamnya Andini langsung berkata lagi
"Ayo makan, sama mas, tidak usah sungkan!" ajak Ardi pada Andini. Mendengar Ardi berkata begitu Andini mengulas senyum dan mengangguk.
Andini juga mengambil makanan dan makan bersama Ardi, Andini sangat berharap kalau Ardi menyuapinya seperti yang pernah dia lihat saat Kakaknya masih hidup.
Namun sayang makan siang hanya berjalan hening tanpa ada seorangpun yang bicara. Setelah makan siang Andini langsung pamit dan keluar dari ruangan itu.
"Hati-hati!" titah Ardi pada adik iparnya itu.
"Iya mas." sahut Andini tersenyum senang karena mendapat perhatian dari mantan Kakak iparnya itu.
Malam harinya kedua pemuda yang tadi mengintai rumah Ardi sudah mulai beraksi. Keduanya tertawa karena mengira mereka akan berhasil malam ini.
Ternyata kedua pemuda itu berniat ingin masuk ke rumah Ardi, mereka ingin mencuri barang-barang berharga yang ada di rumah Ardi.
Kedua pemuda itu sudah tau kalau rumah itu sudah lama kosong, makanya malam ini mereka beraksi ingin mencuri di rumah yang sudah lama di incar oleh keduanya.
Setelah berada di dalam rumah, kedua pemuda itu langsung melakukan aksinya, keduanya berpencar dan berjalan mengendap-endap menelusuri seluruh rumah untuk mencari barang berharga.
Salah satu dari keduanya memasuki kamar milik Ardi, tiba-tiba pintu kamar itu tertutup dengan sendirinya dan mengeluarkan suara yang sangat keras.
Joni tersentak kaget dan berbalik badan, salah satu pemuda itu namanya Joni. Joni langsung memegang gagang pintu kamar dan mencoba membukanya.
"Bimo, jangan main-main, aku tau ini kamu yang melakukannya!" Joni masih mengira kalau ini ulah Bimo yang ingin mengerjainya.
"Buka, cepat buka!" teriak Joni dari dalam.Namun sekeras apapun Joni berteriak tidak ada yang menyahut.
"Kurang ajar kamu Bimo, cepat buka kalau tidak aku akan menghajar mu!" titah Joni yang sudah mulai marah pada Bimo karena mengira Bimo lah yang mengunci pintu itu dari dalam.
Tiba-tiba bulu kuduk Joni mulai merinding, dia mengusap kuduknya yang sudah merasa geli. Joni berbalik melihat ke arah jendela yang terbuka dengan sendirinya.
Kain gorden jendela mulai tertiup oleh angin yang memasuki ruangan itu, Joni sudah mulai merasa takut, Joni langsung berbalik hendak membuka pintu, namun langkahnya terhenti karena mendengar suara jendela tertutup dengan kasar.
Angin yang tadi bertiup kencang kini hilang begitu saja dengan sendirinya. Joni menghampiri jendela itu dan membukanya. Namun dia tidak melihat apa-apa di luar sana.
Tidak lama kemudian terdengar suara Bimo yang berteriak begitu keras di dapur rumah itu. Ternyata Bimo berteriak memanggil Joni untuk menanyakan apa yang telah Joni dapatkan.
Mendengar tidak ada sahutan dari Joni temannya, Bimo pun mulai menggeledah ruangan tamu rumah itu.
Tiba-tiba angin datang begitu kencang lampu berkedip dan mati seketika, ruangan itu seketika menjadi remang karena cahaya bulan dari luar.
Tirai jendela ruangan itu bertiup-tiup, Bimo melihat jendela masih utuh tidak terbuka, tapi angin bisa masuk kedalam ruangan itu.
"Bagai mana mungkin bisa ada angin disini sedangkan jendela masih tertutup rapat. Pikir Bimo.
Saat Bimo sedang memikirkan angin yang bertiup, tiba-tiba dia di kejutkan dengan kursi yang berjalan sendiri ke arahnya. Bimo bergidik ngeri, dia menjadi takut, apa lagi dia seperti melihat ada orang yang berlalu dari arah dapur ke kamar disampingnya.
Bimo langsung berlari sembari mulutnya berteriak minta tolong, BRAAK terdengar suara pintu di dorong dari luar. Seketika pintu itu pun terbuka.
Aksi Bimo yang menabrak pintu sukses membuat Joni sangat terkejut dan langsung memaki temannya itu. Bimo tidak peduli dengan makian Joni, dia langsung meringkuk di atas ranjang kamar itu dan menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut putih yang ada di atas ranjang itu.
Tubuh Joni gemetar hebat, lidahnya keluar untuk berbicara, dia sungguh sangat ketakutan.
Joni menghentikan makiannya kala melihat tubuh Bimo yang gemetar di balik selimut.
"Kamu kenapa, kenapa tubuh mu gemetar, apa yang kamu takutkan?" Joni melempar banyak pertanyaan pada temannya itu karena penasaran apa yang terjadi pada Bimo.
Namun tidak ada sahutan dari Bimo, Joni menarik nafas lalu menghembuskannya dengan pelan. Di saat Joni ingin menyibak selimut yang di gunakan Bimo untuk menutup tubuhnya, tiba-tiba terdengar suara tawa seorang perempuan.
"Hihihi hihihi" tawa keras perempuan yang tidak terlihat oleh Joni, apa lagi Bimo mana mungkin dia dapat melihat sedangkan tubuhnya sudah tertutup selimut seluruhnya.
Joni saat ini juga sudah ketakutan, lampu di rumah itu seluruhnya sudah padam, ruang kamar itu menjadi gelap gulita tidak ada cahaya yang masuk sedikit pun.
Joni yang juga sudah di landa ketakutan meraba ranjang dan masuk kedalam selimut yang membalut tubuh Bimo itu. Keduanya kini sudah berada di bawah selimut yang sama.
Beberapa detik kemudian suara tawa itu sudah tidak terdengar lagi di telinga Joni dan Bimo. Keadaan sudah sedikit tenang sudah tidak ada lagi suasana yang menakutkan.
"Hei, kenapa kamu gemetar?" tanya Joni lagi kerena sejak tadi belum mendapatkan jawaban.
"A a ada kursi berjalan sendiri di ruang tamu." jawab Bimo gagap karena ketakutan.
Sekarang Joni tau apa yang membuat Bimo ketakutan.
"Itu hanya halusinasi kamu aja, mana ada kursi yang bergoyang sendiri." timpal Joni masih di bawah selimut yang sama.
"Lalu suara tawa perempuan itu tadi apa?" tanya Bimo agar Joni tidak menganggap nya berhalusinasi. Bimo tidak terima Joni mengatakannya berhalusinasi karena Bimo jelas melihat dengan mata kepalanya sendiri kalau kursi itu berjalan.
Bersambung.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 26 Episodes
Comments
Eny Hidayati
mungkin arwah gentayangan... kematian Andini yang sangat mengenaskan ...
2025-01-02
0
Zuhril Witanto
lanjut
2024-12-29
1
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝑨𝒅𝒊𝒏𝒅𝒂 𝒈𝒆𝒏𝒕𝒂𝒚𝒂𝒏𝒈𝒂𝒏
2024-10-10
1