Episode 10.Ardi Setuju

Ardi yang berada di kamar duduk termenung, dia mengingat saat pertama bertemu dengan Adinda dan pada akhirnya mereka menikah.

Adinda waktu itu baru pulang dari luar Negeri setelah menyelesaikan kuliahnya.

Adinda mengurus restoran nya sendiri yang di mana di restoran itu ada Ardi yang bekerja, Ardi pertama melihat Dinda dia langsung jatuh cinta, namun cintanya harus dia pendam karena nasib hidupnya yang tidak sebanding dengan Dinda.

Namun ternyata Dinda juga jatuh cinta sama Ardi sehingga mereka menjalin kasih dan akhirnya menikah dan memilih duduk di desa di mana Ardi dilahirkan, dan di desa itu juga Ardi kehilangan Dinda istrinya untuk selama-lamanya.

Polisi yang bertugas menangkap pelaku yang membuat kehilangan nyawa belum juga di temukan hingga saat ini. Walau bagai mana pun Polisi itu tetap berusaha menemukan pelaku.

***

keesokan pagi di rumah mewah Pak Bima dan Mama Lisa semua sudah duduk di meja makan. Ardi menatap ke Pak Bima dan juga ke Mama Lisa.

Pak Bima yang peka dengan tatapan Ardi berinisiatif menanyakan apa yang ingin di bicarakan Ardi pada mereka.

"Nak Ardi, apa ada yang ingin kamu katakan? raut wajah mu mengisyaratkan ingin mengatakan sesuatu." tanya Pak Bima pada Ardi yang menatapnya seperti tidak menentu.

Ardi sejenak menatap lekat pada Papa mertuanya.

"Pa, aku mau menikah dengan Dini, tapi aku tidak tau apa Dini mau dengan ku?" ujar Ardi.

Semua mata tertuju pada Andini saat ini seperti meminta jawaban.

Andini menyungging senyum di sudut bibirnya, dalam hati gadis itu bersorak senang karena Ardi yang sangat dia cintai diam-diam mau menikah dengannya.

Walau begitu Andini tidak bisa memberi tahu kalau dia sangat bahagia kalau mengganti Kakaknya untuk menjadi istri Ardi. Andini harus berpura-pura tidak senang dan bahagia.

Andini mengulur waktu sedikit, dia sedang memikirkan cara dan bagai mana harus menjawab.

"Kalau Papa sama Mama menginginkan itu aku tidak apa-apa, Tapi apa Kak Ardi mencintaiku? karena aku tidak mau menikah kalau orang itu tidak mencintai ku." jawab Dini sok tidak menginginkan Ardi.

Selesai berkata Andini menatap Ardi menunggu apa respon lelaki itu. Namun Andini sangat berharap jawaban Ardi iya.

"Maaf Andini, Pa, Ma, saat ini mungkin belum ada cinta di hati ku untuk Andini, Namun aku akan berusaha secepat mungkin aku bisa mencintai Andini." Jawab Ardi membuat Andini bernafas lega.

Jujur saat ini Ardi tidak mencintai Andini, dia menganggap Andini adalah adik iparnya yang sangat baik, namun Ardi akan belajar mencintai Andini karena sudah saatnya dia memulai hidup lagi dengan adik iparnya itu.

Ardi sudah sangat matang memikirkan masalah ini semalam, apa lagi sudah mendengar apa yang di katakan Dinda pada mimpinya.

"Kalau begitu kalian akan menikah dalam Minggu ini!" ujar Pak Bima membuat mata Andini dan ardi membulat sempurna. Namun merek harus pasrah.

"Bagai mana?" Tanya Pak Bima sembari menatap ke arah dua orang berbeda kelamin itu.

"Baik Pa," jawab Andini dan Ardi bersamaan. Kemudian ke empat orang itu melanjutkan sarapan hingga selesai dan keluar dari rumah melanjutkan aktivitas nya masing-masing.

Hari ini sekelompok muda mudi yang terdiri dari tujuh orang sudah berada di desa tempat Ardi lahir yang di namakan desa Benar meriah.

kelompok itu terdiri dari empat orang lelaki dan tiga orang perempuan. Ke tujuh orang itu melakukan liburan sekolah dengan tujuan berkemah dan memanjat gunung.

Setelah mendapat izin dari RT setempat ketujuh muda mudi itu melanjutkan perjalanan ke kaki bukit yang ingin di daki mereka.

Namun karena hari sudah hampir magrib dan tidak memungkinkan mereka melanjutkan perjalanan. Akhirnya mereka mencari tempat yang datar tidak jauh dari rumah Dinda. dan tidak jauh juga dari kaki gunung tujuan mereka.

Setelah memasang kemah dan menyiapkan apa saja yang di perlukan mereka akhirnya mereka semua istirahat.

Nabila salah satu cewek cantik yang berhijab di dalam kelompok mereka terlihat memandang ke sana ke sini mencari sesuatu.

"Ada apa, kenapa celingukan?" tanya Sinta teman cewek Nabila.

"Eh, aku mencari sumur atau apapun yang pasti ada air untuk wudhu." jawab Nabila yang bingung tidak tau harus wudhu di mana karena ini sudah waktunya shalat magrib.

Tidak sengaja Sinta melihat rumah yang tidak terlalu jauh dari tempat mereka berkemah, rumah yang sederhana namun terlihat sangat rapi dan bersih di halaman rumah itu.

"Itu ada rumah penduduk, coba kita ke sana!" ajak Sinta pada Nabila ke rumah yang di lihat tadi. Nabila pun menganggukkan kepala dan berjalan bersama Sinta menuju rumah yang di maksud, siapa tau di sana mereka bisa menumpang wudhu dan melakukan kewajiban nya sebagai muslim.

Setelah tiba di rumah itu, Nabila dan Sinta melihat halaman yang begitu bersih dan juga rumah yang terawat. kedua gadis remaja itu terhenti di depan pintu rumah tersebut.

"Apa baik kita bertamu ke rumah orang saat magrib?" tanya Nabila segan dan merasa tidak enak.

"Tidak sopan sih, tapi ini emergency, ayo cepat ketuk sebelum waktu magrib habis!" titah Sinta membuat Nabila ragu-ragu.

Nabila akhirnya memberanikan diri untuk mengutuk pintu rumah tersebut, Saat Nabila menggerakkan tangannya hendak mengetuk pintu, tiba-tiba pintu rumah itu sudah terbuka.

Nabila mengusap dadanya karena kaget, sedangkan Sinta sudah bersembunyi di belakang tubuh Nabila.

Namun rasa terkejut dan takutnya Sinta sekarang hilang entah kemana, rasa takut itu sudah berganti dengan kehangatan senyum perempuan yang begitu cantik yang berdiri di pintu rumah.

"Maaf Mbak, kami dari kota dan berkemah di sana, kami kesini ingin numpang wudhu Karen di tempat kami berkemah tidak ada sumur atau sejenisnya." ucap Nabila menjelaskan maksud dan tujuan mereka ke rumah yang sekarang ada di depan matanya.

"Silahkan masuk!" perempuan cantik itu mempersilakan Nabila dan Sinta masuk.

Setelah masuk, perempuan cantik itu menunjukkan kamar mandi dan juga tempat mereka melakukan shalat.

Setelah berwudhu Nabila segera melakukan kewajiban nya sebagai umat muslim. Sedangkan Sinta duduk di ruang tamu menunggu Nabila selesai shalat.

Sinta melihat foto-foto di ruang tamu itu, mata Sinta tertuju pada foto yang ada lelaki tampan dan juga wanita cantik yang tengah hamil.

Sinta melihat perempuan hamil itu, dia bisa menebak kalau perempuan yang di foto itu adalah perempuan yang tadi, yang membuka pintu saat mereka ingin mengetuk.

Sekian lama Sinta menatap itu. Dia mengingat sesuatu, Sinta menemukan keanehan pada wanita itu.

"Bukankah Mbak yang tadi sedang hamil?" tanya Sinta pada dirinya sendiri.

Bersambung.

Terpopuler

Comments

Eny Hidayati

Eny Hidayati

horor ... rrrrr ....

2025-01-02

0

Zuhril Witanto

Zuhril Witanto

lanjut

2024-12-30

1

Muharmita Riska

Muharmita Riska

Bener meriah kan Aceh Tengah thorr, dekat Takengon.

2024-11-21

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!