Alma dan Davin sedang perjalanan menuju lokasi karena hari ini mereka akan meninjau lokasi yang akan di bangun perumahan. Sepanjang jalan Alma mau pun Davin tidak ada yang bicara mereka sibuk dengan pikiran mereka masing-masing. Sesampainya di tujuan Alma kaget saat melihat tempat yang dia datangi. Lokasinya masih berupa tanah kosong dan perkebunan. Alma melihat kakinya yang menggunakan sepatu hak tinggi karena gak mungkin dia jalan di dengan sepatu hak tinggi ke lokasi seperti ini.
"Ngapain kamu masih diam di sana? " tanya Davin saat melirik Alma yang masih berdiri. Alma pun langsung melangkah menghampiri Davin dengan memilih jalan agar tidak jatuh.
"Tau gitu gue pakai sepatu biasa saja" gumamnya.
"Dasar bos brengsek napa gak ngasih tau" umpatnya lagi karena kesal.
Akhirnya Alma membuka sepatunya karena dia kesulitan berjalan. Namun semakin dalam jalanan nya semakin terjal karena banyak rumput liar.
"Aduh" ucap Alma saat kakinya menginjak rumput yang berduri.
"Ah sial, kenapa juga harus ke tempat beginian" umpatnya kesal.
Davin berhenti di bawah pohon rindang dan itu membuat Alma senang karena dia bisa beristirahat.
"Kenapa sepatu kamu di buka? " tanya Davin yang baru menyadari jika Alma melepas sepatunya.
"Lah bapak baru sadar? kemana aja dari tadi" ujar Alma yang kesal.
"Kamu kenapa marah sama aku? " Davin balik marah.
"Ya habis bapak kenapa gak bilang jika kita datang ke tempat seperti ini" ucap Alma.
"Lah kamu saja yang gak mikir kalau kerja lapangan itu seperti apa" balasnya masih menyalahkan Alma.
Alma yang kesal tidak membalas ucapan Davin tapi dia balik ke bawah dengan jalan pincang karena kakinya sakit.
"Pak, calon istrinya gak di bantuin?, kakinya sakit tuh" ucap mandor proyek yang tadi menemani Davin dan Alma melihat-lihat.
Davin pun memperhatikan jalan Alma yang tertatih karena kakinya sakit. Davin pun mendekati Alma dan dia langsung menghadang jalan Alma.
"Apa? " tanya Alma ketus.
Davin balik memunggungi Alma lalu dia berjongkok lalu berkata "ayo naik" sambil menepuk punggungnya.
Alma yang melihat itu diam kaget karena dia gak habis pikir jika Davin akan melakukan itu.
"Cepetan naik! " titah nya lagi.
Alma pun langsung mengalungkan tangannya di leher Davin dan Davin langsung menggendong Alma turun. Sebenarnya Alma gak tega karena Alma yakin jika Davin keberatan menggendong dirinya. Pas di tengah jalan Alma pun minta di turunkan.
"Pak aku jalan sendiri saja, lagian sudah dekat" ucap Alma.
"Kamu yakin? " tanya Davin sebelum menurun kan Alma.
"Yakin pak" jawab Alma kemudian Davin menurunkan Alma.
"Makasih pak" ucap Alma lalu melangkah turun menuju mes dan dia berusaha agar jalannya tidak tertatih.
saat sampai mes Alma minta izin untuk ke kamar mandi karena ingin mencuci kakinya. Namun saat dia melihat kakinya banyak yang luka.
"Aih, kaki ku sakit banget gak mungkin aku jalan pulang pakai sepatu ini lagi. " gumamnya.
Davin yang mendengar ucapan Alma di kamar mandi dia pun menemui mandor yang ada di sini untuk meminta sendal namun Davin hanya di beri sendal jepit karena hanya ada itu.
"Maaf Pak cuman ada itu" ucap sang Mandor sambil menyerahkan sendalnya. .
"Ya sudah gak apa-apa pak, makasih" balasnya lalu kembali ke depan kamar mandi.
Alma pun selesai dan dia kaget saat keluar melihat Davin berdiri di depan kamar mandi.
"Bapak ngapain disini? ngintip aku ya? " tuduh Alma membuat Davin memasang wajah kesal.
"nih" sambil menyerahkan sendal jepit.
Alma hanya menatap Davin. "Kaki kamu masih sakit jangan paksakan pakai sepatu itu" ucapnya lalu Alma mengambil sendal itu dan memakainya. Alma tersenyum karena dia teringat saat di kampung dulu dia sering memakai sendal seperti itu dan itu sangat Nayaman.
Davin yang melihat senyum Alma dia mengangkat bibirnya sedikit karena senang bisa melihat Alma tersenyum.
"Ya udah pak, sekarang kita pulang kan? " ajak Alma dan Davin hanya mengangguk.
Alma pun berjalan dengan nyaman walau menggunakan sendal jepit, setidaknya kakinya tidak terlalu sakit. Namun Davin terus memperhatikan Alma karena dia khawatir kakinya sakit dan bengkak namun Alma bersikap biasa saja. Sesampainya di hotel Alma masuk lebih dulu dan dia bersandar di balik pintu karena dia senang mendapat perhatian sepesial dari Davin tapi dia sadar jika malam minggu ini dia akan bertemu dengan pria yang akan di jodohkan dengannya.
"Kenapa aku harus punya perasaan seperti ini" gumamnya.
Begitu pun Davin dia setelah masuk kamar dia langsung duduk di tepi tempat tidur lalu mengendurkan simpul dasi kemudian dia berbaring dan menatap langit-langit kamar.
"Kenapa aku harus terjebak dengan perasaan ini, aku ingin jujur pada Alma atas kejadian tiga tahun lalu tapi sekarang aku harus rela memendam rahasia ini untuk selamanya karena lusa aku akan bertemu dengan wanita pilihan keluargaku" ucapnya dalam hati.
Davin pun beranjak dan masuk kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.
Berbeda dengan Alma dia baru selesai mandi dan mengobati lukanya ternyata kakinya bengkak karena di paksakan untuk berjalan. Alam pun memesan obat untuk mengobati kakinya yang bengkak.
Davin pun keluar kamar bermaksud untuk mengajak Alma makan namun saat baru keluar dia melihat karyawan hotel hendak mengetuk pintu kamar Alma.
"Maaf, apa yang kamu bawa? " tanya Davin.
"Ini obat yang di pesan orang yang menginap di kamar ini"jawab pelayan itu.
" Coba saya lihat"pinta Davin dan pelayanan itu menyerahkannya.
"Kamu boleh pergi" titah Davin.
"Ini obat anti bengkak, apa kakinya bengkak" pikir Davin dia pun langsung mengetuk pintu kamar dan Alma langsung membuka pintu namun dia kaget ternyata itu Davin.
"Bapak"
Davin tidak berkata melainkan menarik Alma masuk kamar dan menyuruhnya duduk dan Davin duduk di sampingnya lalu mengangkat kaki Alma ke pangkuannya membuat Alma kaget.
"Bapak mau ngapain? " tanya Alma.
Davin menunjukan obat yang dia pesan.
"Aku bisa sendiri pak" tolak Alma namun Davin menahan kaki Alma yang hendak turun.
"Kamu diam saja" ucap Davin dengan tegas membuat Alma diam. Davin mengoleskan obat pada kaki Alma dan Alma memandangi wajah Davin yang ganteng dan hampir mirip dengan kakak iparnya Tara.
"Aku ganteng ya? " tanya Davin membuat Alma sadar.
"Ya Iyah lah kan bapak cowok" balas Alma ngeles karena ketahuan memandangi Davin.
Davin hanya memalingkan wajah tak membalas ucapan Alma. Alma tersenyum karena bisa membuat bosnya itu kesal dan malu. Davin pun menurunkan kaki Alma dan Alma langsung memperbaiki duduknya.
"Makasih lo pak, udah bantuin obati luka ku" ucap Alma.
"Nanti makan malam mu di antar ke kamar" ucap Davin lalu pergi begitu saja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 80 Episodes
Comments