2 hari setelah acara pertunangan malam itu, bahkan Nadia sudah menjalani cuti selama 1bulan, Nadia sedang bersantai dihalaman rumahnya. saat sedang bersantai ia mendapatkan telfon dari Kara, Nadia malas untuk mengangkatnya sampai beberapa kali berdering dan akhirnya diangkat oleh Nadia.
Nadia: "halo?"
Kara: "lama sekali mengangkat telfon!!"
Nadia: "ada apa kau menelfonku?"
Kara: "datang kekantorku!"
Nadia: "ngapain?"
Kara: "kita harus bicarakan tentang kontrak pernikahan, aku tidak bisa jika harus kerumahmu!"
Nadia: "baiklah aku akan datang, jam berapa?"
Kara: "terserah kau saja, kabari aku jika akan datang!"
Nadia: "ya"
Nadia mematikan telfon itu, ia benar benar kesal bahwa Kara melakukan kontrak kerja itu dengan sungguh, tapi kenapa harus kesal, pikir Nadia. saat Nadia hendak masuk kedalam rumah ia mendapat telfon lagi dari seseorang, tertulis nama mas Riyan disana.
Nadia: "halo Assalamualaikum mas..."
Febriyan: "halo bil Walaikumsalam, mas boleh minta tolong nggak?"
Nadia: "boleh, katakan!"
Febriyan: "aku sibuk mengajar sekarang, dan sekarang juga waktunya jemput Bagas, bisa nggak kamu jemput Bagas?"
Nadia: "jam berapa mas?"
Febriyan: "jam 10 bil, bisa nggak?"
Nadia: "hm.. iya mas nanti Bila jemput deh,"
Febriyan: "sekolah sd mawar ya, tahu kan?"
Nadia: "hm.. iya Bila tahu!"
Febriyan: "makasih ya Bil, maaf merepotkan!"
Nadia: "tidak kok mas, kita kan bakal jadi keluarga."
Febriyan: "baiklah, terima kasih ya.. aku tutup dulu, Assalamualaikum.."
Nadia: "Waalaikumsalam.."
"hm.. nanti sekalian ajak Bagas ke kantor Kara deh!" gumam Nadia masuk kedalam rumahnya.
***
Nadia datang kesekolah Bagas, ia turun dari mobil dan mulai mencari keberadaan Bagas. terlihat beberapa anak berlari keluar dari sekolah, Nadia pun menunggu didepan gerbang sekolah Bagas.
setelah beberapa detik Nadia melihat Bagas yang berdiri membawa tasnya, Nadia pun berniat mengejutkan Bagas.
"ehem.. pangeran kecil!" Bagas pun menoleh kearah Nadia dan tersenyum lebar.
"bunda dokter..." ucap Bagas, Nadia pun berlutut mencium pipi Bagas.
"bagaimana sekolahmu?" tanya Nadia, Bagas masih terlihat senang karena melihat Nadia.
"Bagas gak nakal bunda!" ucap Bagas, Nadia pun menggandeng tangan Bagas menuju mobilnya.
"wah.. pinter dong!" Bagas mengangguk riang.
"bunda dokter, papa dimana?" Nadia membuka kan pintu mobil untuk Bagas.
"hari ini papa Riyan sibuk, jadi Bagas yang jemput bunda.." Bagas hanya diam.
"kenapa diam sayang?" tanya Nadia menyentuh pipi Bagas.
"papa bilang mau membelikanku es krim..."
"kau ingin es krim, baiklah ayo kita pergi beli es krim..." ucap Nadia melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, Bagas terlihat senang.
Nadia membawa Bagas ketempat penjual es krim, Nadia membelikan semua eskrim yang Bagas mau.
"mau nggak ketempat om?" Bagas mengangguk kuat, Nadia pun tersenyum.
setelah beberapa menit Nadia sampai ke kantor Kara, saat turun dari mobil Nadia menggandeng Bagas dan langsung masuk kekantor itu. Nadia merasa risih saat beberapa orang memperhatikannya, Nadia menuju salah satu resepsionis.
"permisi nona ada yang bisa saya bantu?" ucap resepsionis dengan sopan.
"apakah Kara ada diruangan?" resepsionis itu merasa bingung dengan Nadia, dan melihat Nadia dari atas kebawah, Nadia semakin risih dengan itu.
"apa dia belum tahu aku?" batin Nadia
"bunda ayo langsung ketempat om Kara.." ucap Bagas menarik tangan Nadia, Nadia hanya mengikuti tarikan tangan Bagas.
"apa itu istri pak Febriyan huhu sangat cantik..." ucap resepsionis disana.
"itu calon istri tuan RK!" ucap temannya.
"benarkah?, ya ampun cantik sekali..." ucap resepsionis itu.
Bagas menarik Nadia keruangan Kara, Bagas mengetuk pintu ruangan Kara.
"masuk!"
Nadia pun membukakan pintu itu dan Bagas langsung berlari kearah Kara.
"om Kara!!" Kara terkejut dengan suara Bagas, Kara langsung berdiri dan menggendong Bagas.
"hei jagoan, dengan siapa kau disini!" ucap Kara, Bagas menunjuk kearah Nadia.
"bunda dokter..." Kara melihat kearah Nadia.
"kenapa kau dengannya?" tanya Kara dingin pada Nadia.
"mas Riyan memintaku untuk menjemputnya sekolah, jadi langsung kubawa kesini!" Nadia tersenyum kearah Bagas.
"om.. ayo beli es krim!"
"ayo kita beli sekarang" Kara melangkah keluar tapi Nadia menghentikan Kara.
"tidak, dia sudah makan es krim tadi. nanti dia demam.." Kara berhenti memandang Bagas.
"kau sudah makan es krim?" Bagas hanya mengangguk.
"baiklah, kita akan makan lagi." Bagas terlihat senang, Nadia merasa kesal dengan itu, Nadia mengikuti langkah Kara.
saat mereka keluar dari ruangan Kara beberapa orang memperhatikan mereka, Kara dengan akuhnya melangkahkan kakinya sambil menggendong Bagas. Nadia berjalan dibelakang Kara menahan malu dan juga merasa risih.
"biasakan dirimu disini!" ucap dingin Kara pada Nadia.
"kenapa?" tanya Nadia lirih.
"ya kau akan dihormati disini, setelah kita menikah."
"lagi pula aku tidak akan keluar masuk dikantormu." ketus Nadia berjalan mendahului Kara, Kara hanya tersenyum tipis mendengar ketus Nadia.
setelah mereka keluar sudah ada seorang supir dan mobil pribadi Kara disana, Kara memberikan Bagas pada Nadia setelah itu Kara meminta kunci mobil pada supir itu dan menyuruh Nadia masuk mobil.
"aku membawa mobil.." ucap Nadia.
"berikan kuncimu pada supir itu!" Nadia hanya menurut saja, setelah itu ia masuk kedalam mobil Kara melajukan mobilnya.
selama diperjalanan Kara hanya diam dan fokus pada menyetir, terlihat Nadia tertawa dengan Bagas entah apa yang mereka lakukan hingga tertawa renyah pikir Kara. sesekali Kara melirik Nadia dan Bagas, Kara hanya menggelengkan kepala nya. setelah beberapa menit mereka sampai disebuah restoran, Nadia turun menggandeng Bagas. Bagas terlihat sangat senang, mereka duduk disebuah meja, dan beberapa pelayan menghampiri mereka menanyakan pesanan, mereka pun memesan makanan.
"kenapa kau menurutinya membeli es krim begitu banyak," ucap Nadia setelah melihat es krim yang dipesan Kara untuk Bagas
"lalu kenapa, aku hanya ingin menyenangkannya!" jawab acuh Kara.
"aku sudah bilang dia sudah makan es krim tadi, kalau makan lagi dia akan demam!" jawab Nadia
"kau bukan orang tuanya, kenapa harus peduli!" saut Kara lagi
"aku peduli karena aku seorang dokter, aku tahu benar tidak boleh terlalu banyak makan es krim untuk anak usia seperti Bagas." ketus Nadia yang mulai kesal
"apa hanya karena es krim kau mau berdebat denganku!"
"kau yang memulainya."
"aku, kenapa aku?" Nadia merasa kesal dengan perkataan Kara.
mereka meneruskan perdebatan mereka sedangkan Bagas, asik memakan es krim tanpa memeperdulikan pertengkaran kedua orang dewasa itu.
setelah beberapa jam berada direstoran itu, mereka keluar dari sana dan hari sudah terlihat hampir malam bahkan Bagas tertidur dikursi belakang mobil, mereka mengantar Bagas pulang terlebih dahulu.
"ini!" ucap Kara menyodorkan sebuah lembar kertas, dengan acuh Nadia mengambil kertas itu.
"tanda tangan, lalu selesai tidak perlu bertanya kalau kau mauembaca silahkan baca saja." ucap Kara, yang masih fokus menyetir.
"tidak perlu, lagian aku sudah tahu isinya." tanpa membaca Nadia menandatangani kertas itu lalu memberikannya lagi pada Kara, Kara tersenyum tipis.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
Lisa Sasmiati
belum tentu isinya sama dengan yg di katakan kara , aku curiga pada tulisannya apa ya isi perjanjian nya
2021-07-20
0
Yuyun Yunengsih
ah knp g d baca dulu
2020-06-20
1
Novianta Milala
next
2020-05-07
0