terlihat Nadia sedang memeriksa ibu Kumala yang tiba tiba pingsan, beberapa saat kemudian Kara datang langsung mendekat ke arah ibunya. sesekali kali Kara dan Nadia saling melirik tapi mereka tetap sibuk dengan kegiatan mereka.
"Nad apa yang terjadi dengan tante Kumala?" tanya ibu Sabilah.
"tante pingsan karena tekanan darahnya turun, hm.. pak Reno tolong belikan obat ini ya untuk menambah darah, untuk tante jangan kepikiran apapun lagi." ucap Nadia tersenyum.
"ma.. ini Kara, maafin Kara tadi.." ibu Kumala hanya menggelengkan kepala dan tersenyum.
"Kara turuti kemauan mama.. mama ingin kalian menerima perjodohan ini. Kara menikahlah dengan Nadia, dia itu gadis yang baik.." Kara terdiam dengan permintaan ibunya itu, ia memandang Nadia sejenak tapi Nadia mengalihkan pandangannya kearah lain.
"aku tidak bisa melupakan Angel.."
"Kara kami semua tidak menyuruhmu untuk melupakan Angel, kami menyuruhmu untuk memiliki pendamping hidup yang bisa mengurus mu kelak, Angel akan bahagia melihatnya." ucap ayahnya, membuat Kara berpikir dan terdiam.
"tante sudah lah jangan pikirkan apapun, nanti kondisi...."
"baiklah aku akan menikahinya."
semua orang terkejut dengan pernyataan Kara, Nadia menatap Kara seakan akan seribu pertanyaan dalam benaknya. Kara menatap Nadia, setelah itu Kara memegang tangan ibunya.
"Kara apa kamu yakin?"
"ma.. mama jangan pikirkan apapun, sekarang Kara mau bicara dengannya!" Kara menunjuk Nadia dan berlalu pergi, Nadia pun berpamitan mengikuti Kara.
setelah Kara dan Nadia keluar dari kamar itu, mereka semua berpelukan. ibu Kumala bangun dari tidurnya memeluk ibu Sabilah, ternyata itu semua rencana dari mereka semua.
"hanya dengan cara ini Kara mau menuruti ku.." ucap ibu Kumala, semuanya pun tersenyum.
"aku sempat panik loh Mala!" ucap ibu Sabilah, ibu Kumala malah tertawa.
****
Kara menunggu Nadia yang berjalan, mereka duduk didepan halaman rumah Nadia. mereka masih terlihat diam membisu satu sama lain,
"aku setuju menikah denganmu karena ibuku, jangan berpikir yang tidak tidak." Nadia mengeryitkan dahinya mendengar perkataan Kara
"tentu saja, aku tidak akan berpikir lebih, hanya demi ibumu." ketus Nadia.
"ya.. hanya ibuku.." balas Kara lebih ketus.
"ya.. tentu!"
"kita menikah hanya karena demi seseorang, dan aku akan memberikan mu status pernikahan dan segala kebutuhan yang kau butuhkan akan kupenuhi tapi, untuk memenuhi kebutuhan suami dan istri tidak perlu." Nadia terdiam mendengar perkataan Kara, mereka pun terdiam dengan pikiran mereka masing masing.
"bukan seperti ini pernikahan yang aku inginkan!" batin Nadia.
"Angel maaf aku harus menikah, pasti ini juga bukan pernikahan yang dia inginkan" batin Kara.
*****
sebelum berangkat ke rumah sakit Nadia menyiapkan obat yang diperlukan oleh ibu Kumala, ia masuk dalam rumah itu tapi tidak mendapati siapa pun. sampai Nadia bertemu dengan pembantu rumah itu, dan menghampirinya.
"pagi bi.." ucap Nadia, kedua pembantu itu tersenyum
"pagi non, ada apa pagi pagi kesini?"
"ini bi.. saya membuat makanan untuk tante Mala, dan obat nanti tolong berikan ya.."
"non langsung kekamar nyonya saja.." Nadia pun berpikir dan akhirnya mengangguk.
saat menuju kamar ibu Kumala, ia dikejutkan oleh Kara yang keluar dari kamarnya dengan telanjang dada dan rambutnya yang basah menambah kesan kesexy an dari Kara.
"akhh.. apa yang kau lakukan!" kejut Nadia ia membalikkan tubuhnya, Kara hanya menaikan alisnya.
"apa yang kulakukan, apa aku menyentuhmu?" ucap angkuh Kara.
"tidak tahu malu, kau keluar dari kamarmu seperti ini!" ketus Nadia yang masih membalikkan tubuhnya.
"terserah inikan rumahku, dan apa yang kau lakukan disini?" tanya Kara, Nadia pun tersadar bahwa dirinya harus memberi makanan dan obat itu.
"karenamu aku terhenti disini!" Nadia berjalan tanpa melihat kearah Kara, Kara dengan cuek tetap menunjukkan tubuhnya itu tanpa rasa malu.
***
setelah beberapa jam Nadia sudah ada dirumah sakit, hari ini dirinya lebih santai karena sudah menyelesaikan nya lebih awal. saat Nadia sedang duduk diruangannya, Dewi temannya masuk kedalam ruangan Nadia.
"Nad.. nge mall yuk.." aja Dewi, Nadia pun tampak berpikir.
"hm... boleh deh, lagi pula aku akan pulang siang ini.!"
"ajak Nita yuk, aku jarang ketemu dia nih!" Nadia pun mengiyakan permintaan Dewi.
siang menjelang sore pun tiba, Nadia pulang kerumahnya untuk bersiap pergi ke mall bersama Dewi dan juga Nita. Nadia sudah siap untuk pergi dengan dandanan yang sederhana dan sangat cantik, Nadia mengambil tas, dompet, hp dan juga kunci mobilnya. Nadia duduk dalam mobilnya, ia menyalakan mobilnya tapi tidak bisa menyala.
"hm.. tadi baik baik saja, sekarang kenapa?" ucap Nadia terus mencoba menghidupkan mobilnya.
dari jauh Kara memperhatikan Nadia yang kesulitan dengan mobilnya, ia pun menghampiri Nadia.
"ada apa?" tanya Kara dari seberang rumahnya, Nadia pun menoleh kearah Kara.
"aku tidak tahu, sepertinya mogok!" dengan cepat Kara melompat dari pagar pembatas rumah mereka, Nadia terkejut dengan itu.
"apa yang kau lakukan, kalau kau terluka bagaimana?" ucap Nadia secara spontan.
"apakah kau mulai peduli padaku?" ucap Kara acuh, ia membuka mesin depan mobil Nadia. Nadia hanya mengumpat dirinya sendiri.
"mobilmu harus kebengkel, naiklah mobilku akan kuantar kau ketempat tujuanmu!"
"tidak!" dengan cepat Nadia menjawab, Kara hanya menatap acuh Nadia.
"maksudku tidak perlu, aku akan naik taksi!"
"kau tahu saat aku berbuat kebaikan, aku harap tidak ada penolakan!" tegas Kara, Nadia pun pasrah mengikuti Kara menaiki mobilnya.
didalam mobil mereka hanya diam dengan pikiran masing masing, Kara tetap fokus menyetir sesekali Kara melihat sekilas ke arah Nadia.
"haduh.. kalau Nita tahu bagaimana ini, apa yang harus kukatakan..." batin Nadia,
"apa yang kau pikirkan?" tanya Kara tiba tiba membuat Nadia terkejut.
"tidak!, antarkan aku ke mall jaya." Kara tidak menjawab, hanya memfokuskan dirinya menyetir.
beberapa menit saat sedang dalam perjalanan mobil Kara tiba tiba berhenti dipinggir jalan, Nadia dan Kara bingung dibuatnya.
"hei tuan es sepertinya mobilmu mogok?" ucap Nadia kearah Kara.
"(menghela nafas) ya.. kau benar, bantu aku dorong!"
"apa! aku yang dorong, kau kan seorang pria!" Kara menyengir dengan itu,
Akhirnya Kara keluar dari mobil dan mulai mendorong mobil itu. Tapi kemudian Kara mendapat telpon dari Reno tentang pekerjaannya, Kara menghentikan dorongan itu. Nadia turun dari mobil melihat Kara yang sedang menelfon.
"Kara masuklah mobil aku akan mendorongnya.." tanpa menjawab Kara masuk dalam mobilnya dan Nadia mulai mendorong mobil itu.
"Kara apa kau bersama Nadia, kalian dimana?"
"diamlah, urus pekerjaanmu!"
Kara pun mematikan telfon nya dan mulai fokus dengan mobilnya, sesekali ia melihat Nadia yang mendorong mobil itu tanpa mengeluh, Kara menyunggingkan senyumnya tipis.
tapi Kara sangat kesal saat orang orang menertawai mereka, yang menyebutkan seorang suami duduk di dalam mobil sementara istrinya mendorong mobil. Kara pun menyuruh Nadia masuk ke dalam mobil dan dia mendorongnya, Nadia menurut dan masuk dalam mobil.
setelah beberapa menit Kara mendorong, dan Nadia mencoba menyalakan mobil itu, akhirnya mobil Kara bisa berjalan kembali dan mereka segera melaju ke mall.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
Lisa Sasmiati
oke thor....like
2021-07-20
0
Gustina Hasibuan Hasibuan
masa mobil sultan bisa mogok thorr😁
2021-01-10
0
❄️ sin rui ❄️
menurut ku si nadia terlalu gampangan, kata nya dia gak suka sama si kara tapi kok di paksa ke gtu doang langsung mau padahal yg pura2 pingsan kan mama nya si kara
2020-08-31
0