Febriyan sedang menggendong Bagas berjalan menyusuri jalan Raya, mereka sedang menunggu Ina yang sedang bekerja disebuah restoran.
"sayang.. kita tunggu mama disini yaa.." ucap Febriyan mencium Bagas, terlihat Bagas masih kecil berusia 2 tahunan.
saat Febriyan asik menimang Bagas, Febriyan melihat Ina keluar dari restoran melambaikan tangan pada mereka. Febriyan berdiri untuk menghampiri Ina, Ina berjalan tersenyum ke arah mereka.
Ina tidak memperhatikan jalan, sampai Febriyan melihat sebuah mobil melaju kencang dan menabrak Ina hingga Ina terpental jauh.
brakk!!!
*
*
"Ina!!!!"
Febriyan terbangun dari mimpinya, ia melihat sekeliling kamarnya yang gelap dan melihat Bagas tertidur disampingnya. Febriyan menyalakan lampunya dan duduk dipinggir kasurnya, Febriyan melihat jam dinding yang menunjukkan pukul 3 dini hari, ia memegang foto disaat dirinya dan Ina menikah.
"Ina.. aku bermimpi itu lagi, Ina.. aku merindukanmu, lihatlah putramu sudah besar!" Febriyan mengusap foto itu dan memejamkan mata, Febriyan merasakan keberadaan Ina yang memeluk dirinya.
"jika kau ada disini, ketahuilah aku sangat mencintaimu!" gumam Febriyan pelan, lalu memeluk Bagas yang tidur disampingnya, Febriyan merasakan pelukan seseorang dari belakang dan membisikinya.
Riyan aku sangat mencintaimu...
****
dipagi harinya Febriyan mengajak Bagas untuk berolah raga pagi, Febriyan berlari lari kecil diikuti Bagas dibelakangnya. saat mereka tengah asik berkejar kejaran Bagas berhenti dan melihat ke suatu arah, Bagas tersenyum membuat Febriyan bingung.
"sayang ada apa?" tanya Febriyan menggandeng tangan Bagas.
"doktel cantik!" Bagas berteriak memanggil seseorang ternyata adalah Nadia.
Nadia sedang beristirahat setelah ber olah raga, saat ada suara familiar baginya sedang memanggilnya, Nadia menoleh ke arah suara itu. Nadia tersenyum lebar saat melihat Bagas berlari kearahnya, Nadia langsung menghampiri mereka.
"Selamat pagi Bagas.." Nadia berjongkok dihadapan Bagas, dengan cepat Bagas memeluk Nadia.
"selamat pagi pak!" ucap Nadia pada Febriyan, Febriyan pun tersenyum.
"nama saya Febriyan panggil saja nama, tidak perlu pak!" ucap Febriyan, Nadia pun mengangguk dan tersenyum.
"Bagas sedang apa disini?" tanya Nadia, Bagas pun menggandeng tangan Nadia dan Febriyan, Bagas membawa mereka duduk disebuah bangku.
"Bagas, ada apa nak.." tanya Febriyan, Bagas malah tersenyum
"Bagas capek.. Bagas mau duduk disini!"
"wahh suara Bagas sudah gak pelat lagi ya.." ucap Nadia tersenyum, Bagas melihat seekor anak kucing dan menghampirinya, Febriyan dan Nadia duduk berdua dengan canggung.
"oh iya saya belum memperkenalkan nama resmi saya, perkenalkan nama saya Nadia Salsabillah, anda boleh memanggil apa saja.." ucap Nadia tersenyum kepada Febriyan, Febriyan merasa senyum itu terlihat sangat cantik untuk Nadia.
"iya.. bisa kah kita bicara formal saja, tidak perlu saya anda?" perkataan Febriyan membuat Nadia tertawa ringan.
"baiklah aku kamu bagaimana?" ucap Nadia, Febriyan pun mengangguk dan tersenyum.
"baiklah, mari berteman?" dengan senang hati Nadia berjabat tangan, Febriyan pun menerima pertemanan itu dan membalas jabatan tangan Nadia.
"oh iya aku tidak melihat ibunya Bagas, dimana dia?" Febriyan tersenyum mendengar itu, Nadia bingung dengan itu ia menggaruk rambut nya yang tidak gatal.
"dia hanya ada dihatiku, tapi tidak di dunia ini!" perkataan Febriyan membuat Nadia paham maksud dari perkataan itu.
"maafkan aku, aku tidak bermaksud.."
"tidak masalah, apa kamu sedang libur dokter?" Nadia mengangguk pelan, Febriyan hanya beroh saja.
Nadia tersenyum saat memperhatikan Bagas bermain dengan anak kucing, terlihat Bagas berlari lari kecil saat kucing mengejarnya. sampai Nadia dan Febriyan melihat Bagas terjatuh saat bermain, dengan cepat Febriyan membawa Bagas untuk duduk ditempatnya.
"huhuhu.. papa ini satit..." Nadia malah tersenyum mendengar suara lucu Bagas.
"dulu dokter cantik bilang apa, anak laki laki tidak boleh cengeng.." ucap Nadia mencubit hidung Bagas, Febriyan membersihkan luka kecil itu dengan air mineral.
"akan aku beri mantra.. biar tidak sakit.." Febriyan melihat kearah Nadia yang siap mengucapkan sebuah mantra.
"heii sakit sakit menjauhlah, aku tidak takut denganmu.." Nadia berekspresi lucu membuat Bagas tertawa, Nadia malah menggelitiki Bagas hingga tertawa tanpa henti, Febriyan tersenyum melihat mereka.
beberapa menit kemudian Nadia menggendong Bagas dalam pelukannya hingga tertidur, Nadia terus menggendongnya sampai Febriyan mendekatinya.
"apa kau akan pulang,?" Nadia mengangguk
"bagaimana kalau kuantar pulang, lihatlah Bagas tertidur dipelukanmu!" Nadia tidak tega melepas genggaman Bagas yang tertidur pulas dalam gendongannya.
"tapi aku membawa mobil.."
"tenang saja akan ku urus itu!" Febriyan dan Nadia berjalan menuju mobil Febriyan dan berlalu pergi.
Febriyan pulang kerumahnya terlebih dahulu, Bagas diberikan pada pengasuh Bagas. setelah itu Febriyan mengantar Nadia pulang, didalam mobil mereka hanya terdiam.
"hm.. aku harus memanggilmu apa?" ucap Nadia, Febriyan un tersenyum.
"apapun itu yang kau mau!" Nadia tampak berpikir.
"Febri bagaimana?" Febriyan terdiam mendengar itu, ia mengingat Angel saat dulu memanggilnya Febri.
"apa kau tidak suka? baiklah aku akan memanggilmu Riyan." Febriyan tersenyum dan mengiyakan.
"terserah kau saja dokter!"
"aku tidak suka dipanggil dokter!" Febriyan berpikir sejenak.
"baiklah aku akan memanggilmu Bilah?" Nadia tersenyum dan mengangguk.
beberapa menit kemudian Febriyan telah sampai di apartemen milik Nadia, Febriyan tampak mengenali kawasan apartemen itu.
"ada apa? kenapa kamu terlihat bingung?" tanya Nadia saat melihat Febriyan melihat kanan dan kiri.
"tidak, sepertinya ini apartemen milik Kara?"
"memang, si tuan es itu berhadapan dengan apartemenku!" jawab Nadia ketus.
"bukan itu, maksudku ini adalah apartemen milik perusahaan Kara." Nadia melotot terkejut dengan itu seakan tidak percaya dengan perkataan Febriyan.
"ya sudah lah, akan ku urus mobilmu nanti. aku pulang dulu ya.." Nadia mengangguk dan melambaikan tangannya saat Febriyan berlalu pergi.
"hm.. mereka satu saudara tapi sifat mereka berbeda!" gumam Nadia saat memasuki apartemen nya.
diperjalanan pulang Febriyan terbayang senyum Nadia saat bermain dengan Bagas, Febriyan mengusap wajahnya kasar didalam mobil.
setelah sampai dirumah Febriyan menghampiri Bagas yang sedang tertidur pulas dikamarnya, saat itu juga ia terkejut melihat gelang yang ada ditangan Bagas. Febriyan mengambil gelang itu dan melihat nama Nadia tertera pada gelang itu, Febriyan menyimpan gelang itu dilacinya, ia berniat akan mengganti gelang itu dilain hari.
****
jangan lupa like dan komen kalian😍
beri saran/kritikan jika diperlukan😇
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 107 Episodes
Comments
Lisa Sasmiati
wah bakalan rame nih kalo ada cinta segi tiga Thor.....lanjut
2021-07-20
0
Indra Dafais
wah ...wah...
2020-08-04
1
Yuyun Yunengsih
waduhh jadian sama siapa nih nantinya..
2020-06-20
1